< Previous 1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 473 Penahan pendel Sambungan titik (eye bar) menghubungkan superstruktur dan substruktur dengan pin/paku di setiap akhiran. Gerakan membujur dimungkinkan dengan memiringkan sambungan titik, jarak pin di bagian akhir harus ditentukan dengan baik. Hal ini dimaksudkan untuk menyediakan reaksi negatif jembatan Cable-stayed. Tidak ada ketahanan ke arah melintang. Penahan angin Penahan tipe ini menyiapkan ketahanan terhadap angin ke arah melintang dan sering digunakan pada penahan Pendel. Gambar 9.45. Jenis-jenis Penahan (bearing) Sumber: Chen & Duan, 2000 Penahan elastomeric Fleksibilitas elastomeric atau penahan karet memungkinkan pergerakan rotasi atau putaran dan horisontal. Gambar 9.46. akan menjelaskan prinsip penahan lembaran karet dan membandingkannya dengan sebuah unit karet. Lembaran karet kaku, tidak seperti unit karet, untuk menahan gaya tekan vertikal karena plat baja diletakkan diantara 1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 474 pengendali deformasi karet secara vertikal, tetapi fleksibel untuk gaya geser horisontal seperti unit karet. Fleksibilitas menyerap energi seismic horisontal dan sangat sesuai untuk menahan aksi gempa bumi. Setelah bencana gempa bumi Kobe di Jepang tahun 1995 penahan karet elastomeric menjadi semakin populer, tetapi belum ada jaminan apakah dapat efektif menahan gaya vertikal tanpa menyebabkan kerusakan. Gambar 9.46. Penahan Elastomeric Sumber: Chen & Duan, 2000 Penahan isolasi seismic Banyak jenis penahan isolasi seismic yang tersedia, seperti isolator elastomeric dan isolator sliding. Apabila diterapkan pada pendukung tengah jembatan dan abutmen, penahan isolasi melayani baik penahan vertikal untuk beban gravitasi dan isolasi lateral untuk beban seismik. Tujuan dasar penggunaan isolasi adalah untuk mengganti mode dasar getaran sedemikian rupa sehingga struktur diperlakukan untuk menurunkan 1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 475 kekuatan gempa bumi. Bagaimanapun pengurangan kekuatan mungkin diikuti peningkatan pada kebutuhan jarak yang akan diakomodasi dalam sistem isolasi dan struktur lain yang berdekatan. Pemilihan dari berbagai tipe penahan dibuat menurut ukuran jembatan dan prediksi kekuatan reaksi menaik atau menurun. 9.4.2. Sambungan Ekspansi Sambungan ekspansi seperti pada gambar 9.4, dibuat untuk mengijinkan sebuah jembatan melakukan penyesuaian panjangnya akibat perubahan suhu atau deformasi karena beban luar. Mereka dirancang sesuai perkembangan panjang dan material seperti klasifikasi yang ditunjukkan pada gambar berikut. Sambungan ekspansi baja paling umum digunakan. Kerusakan sering ditemukan pada batas antara baja dan slab beton, yang menyebabkan gangguan sentakan pada pengemudi pada saat melintasi sambungan tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, sambungan karet dipergunakan pada permukaan jalan untuk menjadikan perpindahan yang halus pada konstruksi jembatan modern. Gelagar menerus lebih sering menggunakannya dibandingkan gelagar sederhana. Gambar 9.47. Tipe sambungan ekspansi: (a) blind slit type; (b) slit plate type; (c) angle joint type; (d) postfitting butt type; (e) rubber joint type; (f) steel covered type; (g) steel finger type (cantilevered); dan (h) steel finger type (supported) Sumber: Chen & Duan, 2000 1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 476 9.4.3. Pagar Terali dan Trotoar Pagar terali pengarah disajikan untuk memastikan kendaraan dan pejalan kaki tidak jatuh dari jembatan. Mungkin mereka juga akan berfungsi sebagai tempat pegangan tangan bagi pejalan kaki, pengarah yang kuat untuk kendaraan, atau pagar untuk keduanya. Pagar dapat dibuat dari bahan seperti beton, baja, atau aluminium. Pagar pengarah diletakkan secara menyolok agar mudah terlihat. Penting untuk diketahui bahwa pagar tidak saja menjaga lalu lintas didalam batas tersebut tetapi juga untuk menambah nilai keindahan jembatan tersebut. Tiang sandaran merupakan kelengkapan jembatan yang berfungsi untuk keselamatan sekaligus membuat struktur lebih kaku. Sedangkan trotoar bisa dibuat atau pun tidak, tergantung perencanaan. Secara umum lebar trotoar minimum adalah untuk simpangan 2 orang (+ 100 – 150 cm). Tiang sandaran umumnya setinggi + 90 – 100 cm dari muka trotoar, dan trotoar dibuat lebih tinggi 20 – 25 cm dari lantai jembatan (Gambar 9.48). Gambar 9.48. Susunan tiang sandaran dan trotoar Sumber: Supriyadi & Muntohar, 2007 9.4.4. Jalan (pavement) Jalan pada geladak menyediakan permukaan yang halus untuk mengemudi dan mencegah rembesan air hujan ke batang beton dan dan geladak baja di bawahnya. Lapisan kedap air harus diletakkan di antara jalan dan geladak. Aspal merupakan bahan yang sering dipergunakan untuk pelapis jembatan jalan raya, dengan ketebalan sekitar 5 – 10 cm pada jalan raya dan 2 – 3 cm pada bagian pedestrian atau pejalan kaki. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah saluran atau pipa drainase pada jembatan untuk mengalirkan genangan yang ada pada jembatan, terutama bila lantai diberi lapis aus. 1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 477 Pertanyaan: 25. Apakah fungsi dari bangunan jembatan? 26. Bagaimanakan klasifikasi bangunan jembatan? 27. Sebutkan bentuk-bentuk struktur bangunan jembatan? 28. Jelaskan elemen-elemen yang ada dari sebuah struktur jembatan? 29. Bagaimanakah proses mendirikan jembatan dengan panjang ben-tang yang cukup lebar? 30. Jelaskan fungsi dari beberapa komponen pendukung sebuah jembatan? Tugas: Cari kasus sebuah jembatan dengan bentang yang cukup lebar (lebih dari 10 meter). Jelaskan klasifikasi jembatan tersebut, bentuk strukturnya, serta uraikan elemen-elemen yang terdapat pada jembatan tersebut. Lengkapi dengan gambar-gambar yang memperjelas, baik keseluruhan maupun masing-masing elemennya. daftar pustaka 1A1DAFTAR PUSTAKA Allen, Edward (1999). Fundamental of Building Construction: Materials and Methods. John Willey and Sons Inc. Amon, Rene; Knobloch, Bruce; Mazumder, Atanu (1996). Perencanaan Konstruksi Baja untuk Insinyur dan Arsitek, jilid 1 dan 2. Jakarta. Pradya Paramita Anonim (2005). Standard Handbook for Civil Engineering. McGraw-Hill Companies. Anonim (1979). Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia NI-5 I 1961. Bandung. Yayasan LPMB Dep. PUTL Anonim (1983). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. Bandung. Yayasan LPBM Anonim. Undang-undang no. 18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi. Anonim (2002). SNI 03-1729-2002. Tata cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung. Anonim (2002). SNI 03-2847-2002. Tata cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung Anonim. Undang-undang no. 28 tahun 2002, tentang Bangunan Gedung. Anonim. Undang-undang no. 38 tahun 2004, tentang Jalan. Anonim. Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Anonim. Keputusan Presiden nomor 61 tahun 2004, tentang Perubahan atas Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Anonim. Keputusan Presiden nomor 32 tahun 2005, tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Anonim. Keputusan Presiden nomor 70 tahun 2005, tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Anonim. Keputusan Presiden nomor 8 tahun 2006, tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Anonim. Keputusan Presiden nomor 79 tahun 2006, tentang Perubahan Kelima atas Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. daftar pustaka A2 Anonim. Keputusan Presiden nomor 85 tahun 2006, tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Bowles, Joseph E. (1997) Foundation Analysis & Design, fifth edition. McGraw-Hill Companies. Brockenbrough, Roger. L. dan Boedecker, Kenneth J. (2003). Highway Engineering Handbook. McGraw-Hill. CEB-FIP (2004). Planning and Design Handbook on Precast Building Structures. BFT Betonwerk. Chen, Wai-Fah & Duan, Lian (2000). Bridge Engineering Handbook. CRC Press LLC. Chen, Wai-Fah & M. Lui, Eric (2005). Handbook of Structural Engineering. CRC Press LLC. Ching, Francis DK & Cassandra, Adams (2001). Building Construction Illustrated, third edition. John Wiley & Sons, Inc. Dipohusodo, Istimawan (1994). Struktur Beton Bertulang, berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Dipohusodo, Istimawan (1996). Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta. Kanisius. Engel, Heinrich (1981). Structure Systems. Van Nostrand Reinhold Company. Ervianto, Wulfram I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta. Andi Ofset. Gaylord Jr, Edwin H; Gaylord, Charles N.; dan Stallmeyer, James E. (1997) Structural Engineering Handbook, 4th. McGraw-Hill. Gere dan Timoshenko (1994). Mechanics of Materials Third Edition. Massachussetts. Cahapman&Hall. Gurki, J. Thambah Sembiring (2007). Beton Bertulang. Bandung. Rekayasa Sains. Hibbeler, Russell C (2002). Structural Analysis, fifth edition. Prentice Hall. Hodgkinson, Allan (1977). AJ Handbook of Building Structure. London. The Architecture Press. Leet, Kenneth M. & Uang, Chia-Ming (2002). Fundamentals of Structural Analysis. McGraw-Hill. Macdonald, Angus J. (2002). Struktur dan Arsitektur, edisi kedua.Jakarta. Erlangga Merritt FS & Roger L Brocken Brough (1999). Structural Steel Designer’s Handbook. McGraw-Hill. Millais, Malcolm (1999). Building Structures, A conceptual approach. London. E&FN Spoon. Moore, Fuller (1999). Understanding Structures. McGraw-Hill Companies. Mulyono, Tri (2005). Teknologi Beton. Yogyakarta. Andi Offset. daftar pustaka 3A3Nilson, Arthur H., Darwin, David, Dole, Charles W. (2004). Design of Concrete Structures, thirdteenth edition. McGraw-Hill Companies. Oentoeng (1999). Konstruksi Baja. Yogyakarta. Andi Ofset. Patterson, Terry L. (2003). Illustrated 2003 Building Code Handbook. McGraw-Hill. R. Sagel; P. Kole; Kusuma, Gideon H. (1994). Pedoman Pengerjaan Beton; Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03. Jakarta. Erlangga. R. Sutrisno (1984). Bentuk Struktur Bangunan dalam Arsitektur Modern. Jakarta. Gramedia. Salmon, Charles G., Johnson, John E. & Wira M (penterjemah) (1991). Struktur Baja, Disain dan Perilaku, jilid 1 dan 2, Edisi kedua. Jakarta. Erlangga. Salvadori, Mario & Levy, Matthys (1986). Disain Struktur dalam Arsitektur. Jakarta. Erlangga. Schodek, Daniel L. (1999). Struktur (Alih Bahasa) edisi kedua. Jakarta. Erlangga. Schuler, Wolfgang (1983). Horizontal-Span Building Structures. John Wiley & Sons, Inc. Schuler, Wolfgang (1989). Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi. Bandung. Eresco. Soegihardjo & Soedibjo (1977). Ilmu Bangunan Gedung. Depdikbud. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Sumarni, Sri (2007). Struktur Kayu. Surakarta. UNS Press. Supriyadi, Bambang & Muntohar, Agus Setyo (2007). Jembatan. Yogyakarta. Beta Offset. TY Lin & SD Stotesbury (1981). Structural Concepts and Systems for Architects and Engineers. New York. John Wiley & Sons, Inc WC Vis & Kusuma, Gideon (1993). Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta. Erlangga NSPM Kimpraswil (2002). Metode, Spesifikasi dan Tata Cara, bagian 8: Bendung, Bendungan, Sungai, Irigasi, Pantai. Jakarta. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Badan Penelitian dan Pengembangan. Forest Products Laboratory USDA (1999). Wood Handbook: Wood as an Engineering Material. Forest Cervice Madison Wisconsin Pembangunan Perumahan (2003). Buku Referensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil, Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama daftar istilah 1B1DAFTAR ISTILAH Abutment – bagian bawah tumpuan struktur jembatan Agregat campuran – bahan batu-batuan yang netral (tidak bereaksi) dan merupakan bentuk sebagian besar beton (misalnya: pasir, kerikil, batu-pecah, basalt) AISC – singkatan dari American Institute of Steel Construction AISCS – Spesifikasi-spesifikasi yang dikembangkan oleh AISC, atau singkatan dari American Institute of Steel Construction Specification ASTM – singkatan dari American Society of Testing and Materials Balok – elemen struktur linier horisontal yang akan melendut akibat beban transversal Balok spandrel – balok yang mendukung dinding luar bangunan yang dalam beberapa hal dapat juga menahan sebagian beban lantai Batas Atterberg – besaran kadar air (%) untuk menandai kondisi konsistensi tanah yakni terdiri dari batas cair (Liquid Limit / LL), bata plastis (Plastic Limit/ PL) maupun batas susut (shirinkage Limit). Batas Cair – besaran kadar air tanah uji (%) dimana dilakukan ketukan sebanyak 25 kali menyebabkan alur tanah pada cawan Cassangrade berimpit 1.25 cm (1/2 inch). Batas Plastis – besaran kadar air tanah sehingga saat dilakukan pilinan pada contoh tanah hingga ∅ 3 mm mulai terjadi retakan dan tidak putus Beban – suatu gaya yang bekerja dari luar Beban hidup – semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan/atau beban akibat air hujan pada atap Beban mati – berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut Beton – suatu material komposit yang terdiri dari campuran beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan-ikat, yaitu dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen (semen +air) sebagai bahan pengikat. Beton Bertulang – beton yang diperkuat dengan tulangan, didesain sebagai dua material berbeda yang dapat bekerja bersama untuk menahan gaya yang bekerja padanya. Beton Cast-in-place – beton yang dicor langsung pada posisi dimana dia ditempatkan. Disebut juga beton cast- in situ. daftar istilah 2 B2 Beton Precast – beton yang dicor di tempat yang berbeda dengan site, biasanya di tempat yang berdekatan dengan lokasi site Beton Prestressed – beton yang mempunyai tambahan tegangan tekan longitudinal melalui gaya tarik pada serat yang diberi pra-tegang di sepanjang elemen strukturnya. Beton struktural – beton yang digunakan untuk menahan beban atau untuk membentuk suatu bagian integral dari suatu struktur. Fungsinya berlawanan dengan beton insulasi (insulating concrete). Bracing – konfigurasi batang-batang kaku yang berfungsi untuk menstabilkan struktur terhadap beban lateral Cincin tarik (cincin containment) – cincin yang berada di bagian bawah struktur cangkang, berfungsi sebagai pengaku Daktilitas – adalah kemampuan struktur atau komponennya untuk melakukan deformasi inelastis bolak-balik berulang di luar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya dukung bebannya; Defleksi – lendutan balok akibat beban Dinding geser (shear wall, structural wall) – dinding beton dengan tulangan atau pra-tegang yang mampu menahan beban dan tegangan, khusunya tegangan horisontal akibat beban gempa. Faktor reduksi – suatu faktor yang dipakai untuk mengalikan kuat nominal untuk mendapatkan kuat rencana; Gaya tarik – gaya yang mempunyai kecenderungan untuk menarik elemen hingga putus. Gaya tekan – gaya yang cenderung untuk menyebabkan hancur atau tekuk pada elemen. Fenomena ketidakstabilan yang menyebabkan elemen tidak dapat menahan beban tambahan sedikitpun bisa terjadi tanpa kelebihan pada material disebut tekuk (buckling). Geser – keadaan gaya yang berkaitan dengan aksi gaya-gaya berlawanan arah yang menyebabkan satu bagian struktur tergelincir terhadap bagian di dekatnya. Tegangan geser umumnya terjadi pada balok. Girder – susunan gelagar-gelagar yang biasanya terdiri dari kombinasi balok besar (induk) dan balok yang lebih kecil (anak balok) Goyangan (Sideways) – fenomena yang terjadi pada rangka yang memikul beban vertikal. Bila suatu rangka tidak berbentuk simetris, atau tidak dibebani simetris, struktur akan mengalami goyangan (translasi horisontal) ke salah satu sisi. HPS – singkatan dari high-performance steel, merupakan suatu tipe kualitas baja Next >