< Previous12Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Edisi RevisiSemester 24.Seni Sastra dan AksaraPengaruh India membawa perkembangan seni sastra diIndonesia. Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya, kesusastraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan). Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita-cerita Carangan.Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif (pendidikan). Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat dan ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia.Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai, Dinas Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.Gambar 2.58 Alat musik Celempung dan semacam kecapi (Candi Jago Malang)Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai, Dinas Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.Gambar 2.59 Alat musik Reyong (Candi Penataran, Blitar)13Sejarah Indonesiapunakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno. Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya, ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia).5.Sistem KepercayaanSejak masa praaksara, orang-orang di KepulauanIndonesia sudah mengenal simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam kuburnya disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan orang naik perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal tersebut rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme).Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme.Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni lambang perempuan.Sumber: Direktorat Peninggalan Purbakala, 2006, Majapahit Trowulan, Jakarta: Heritage Society.Gambar 2.60 Gambar salah satu tokoh wayang14Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Edisi RevisiSemester 26.Sistem PemerintahanSetelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia,dikenal adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior), arif, dapat membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian). Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di Kutai.Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan, misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu-Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat raja dipandang dekat dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja.7.ArsitekturBentuk alkulturasi budaya lain yang dapat dilihat hinggasaat ini adalah arsitektur pada bangunan-bangunan keagamanan. Bangunan keagamaan berupa candi atau arca sangat dikenal pada masa Hindu-Buddha. Hal ini terlihat pada sosok bangunan sakral peninggalan Hindu seperti Candi Sewu, Candi Gedungsongo, dan masih banyak lagi. Juga bangunan pertapaan – wihara merupakan bangunan berundak. Bangunan ini dapat dilihat pada beberapa Candi Plaosan, Candi Jalatunda, Candi Tikus, dan masih banyak lagi. Bentuk lain berupa stupa berundak yang dapat dilihat pada bangunan Borobudur. Di samping itu juga terdapat bangunan Gua, seperti Gua Selomangkleng Kediri, dan Gua Gajah. Bangunan lainnya dapat berupa gapura paduraksa seperti Candi Bajangratu, Candi Jedong, dan Candi Plumbangan. Untuk memahami lebih lanjut baca buku Agus A. Munandar, Sejarah Kebudayaan Indonesia. 15Sejarah IndonesiaBangunan suci berundak itu sebenarnya sudah berkembang subur dalam zaman praaksara, sebagai penggambaran dari alam semesta yang bertingkat-tingkat. Tingkat paling atas adalah tempat persemayaman roh nenek moyang. Punden berundak itu menjadi sarana khusus untuk persembahyangan dalam rangka pemujaan terhadap roh nenek moyang.Pemikiran dasar dan filsafat yang melandasi kepercayaan ini terus hidup di dalam alam kehidupan, meskipun tidak begitu tampil di permukaan. Sebagai lokal genius yang menentukan arah perkembangan kebudayaan Indonesia dalam mengolah pengaruh Hindu-Buddha maka unsur-unsur praaksara itu makin nampak pengaruhnya. Ungkapan-ungkapan seperti candi, misalnya dipahami maknanya hanya sebagai pemujaan roh nenek moyang. Alas atau kaki candi berbentuk persegi/bujursangkar, berketinggian menyerupai batur dan dicapai melalui tangga yang langsung dapat menuju bilik candi. Di tengah kaki candi terdapat perigi tempat menanam peripih. Bagian kaki candi disimbolkan sebagai Bhurloka dalam ajaran Hindu atau Kamaloka dalam ajaran Buddha.Denah bagian tubuh candi pada umumnya berdimensi lebih kecil dari alasnya, sehingga membentuk serambi. Bagian tubuh ini dapat berbentuk kubus atau silinder yang berisi satu atau empat bilik. Pada candi Hindu lubang perigi yang ditutup yoni terdapat di tengah bilik utama, dinding luar terdapat relung-relung yang isi arca. Pada bagian atas setiap pintu masuk candi dihiasi kepala kala yang dikenal sebagai banaspati, yaitu lambang penjaga. Bagian atap candi selalu terdiri dari susunan tingkatan yang mengkecil ke atas, dan diakhiri dengan mahkota. Mahkota ini dapat berupa stupa, lingga, ratna, atau berbentuk kubus. Bagian atap candi disimbolkan sebagai tempat persemayaman dewa. Khusus untuk candi-candi Buddha menggunakan stupa sebagai elemennya.16Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Edisi RevisiSemester 2Secara keseluruhan candi menggambarkan hubungan makrokosmos atau alam semesta yang dibagi menjadi tiga, yaitu alam bawah tempat manusia yang masih mempunyai nafsu, alam antara tempat manusia telah meninggalkan keduniawian dan dalam keadaan suci menemui Tuhannya, dan alam atas tempat-dewa-dewa. Uji Kompetensi1.Buatlah ringkasan tulisan tentang bab ini dalam dua formatberbeda: (i) dalam bentuk bagan atau skema-skema denganketerangan singkat dan (ii) narasi tentang bagan pada tugaspertama sekitar satu sampai dua halaman untuk membantumenjelaskan keringkasan dalam tugas pertama (bagan)! Carilahbahan bacaan terkait dengan pembahasan ini!2.Buatlah pertanyaan kritis mengenai tahap-tahap sejarah Hindu-Buddha sejak zaman praaksara hingga terbentuknya sistemorganisasi kenegaraan (kerajaan) tradisional yang tersebardi Nusantara. Masing-masing peserta didik diminta memilihdan membuat deskripsi profil salah satu kerajaan tersebut danmenyusun pertanyaan-pertanyaan kritis dalam kaitannya dengankepemimpinannya, ketatanegaraannya dan kisah sukses sertakegagalannya. Bagaimana pendapat kamu tentang hipotesis ahlimengenai hubungan budaya Hindu-Buddha dengan Nusantara?Diskusikan hasil tulisan kamu!3.Cobalah eksplorasi (jelajah) apakah sisa-sisa kebudayaan material(material culture) dan kebudayaan kerohanian (spiritual culture)masa Hindu-Buddha masih ada di lingkungan tempat tinggalkamu atau di kampung asal nenek atau orang tua kamu?Deskripsikan bentuk-bentuk peninggalan itu dan adakah sesuatu(gagasan) yang berharga jika dikaitkan dengan masa sekarang?4.Tulis tugasmu dalam satu esei pendek. Terbitkan dalam koranlokal atau majalah sekolah!17Sejarah Indonesia Kesimpulan1.Sejak semula tampak bahwa letak geografis Nusantara (yangkemudian menjadi Indonesia) memainkan peran utama sejakzaman praaksara. Faktor geografis ini tampaknya merupakan faktorpermanen dalam perjalanan sejarah Indonesia sepanjang masa. Peranitu ditunjukkan di zaman Hindu-Buddha, ketika jalur utama dalampelayaran samudra semakin pesat dan mengintegrasikan daerahantarpulau. Kondisi demikian didukung dengan keterlibatan nenekmoyang kita secara aktif dalam perdagangan laut, dan mengarungilautan. Ini pada gilirannya telah menumbuhkan kekuatan ekonomi danpolitik yang besar di Nusantara sehingga mampu mengintegrasikanwilayah-wilayah di Nusantara terutama era Kerajaan Sriwijaya,Singhasari dan Majapahit.2.Silang budaya Nusantara di zaman praaksara terlihat jelas ketikapengaruh budaya Austronesia masuk. Sebagian besar dimungkinkanberkat posisi silang letak geografis Nusantara (di antara dua benuadan dua samudra). Sekali lagi pola itu diulangi lewat integrasi budayadominan seperti Hindu-Buddha. Sumbangan terbesar dari zamanHindu-Buddha ialah membebaskan Nusantara dari zaman praaksaradan memberi jalan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologiuntuk zamannya. Budaya tulis tetap merupakan bagian penting dalamperkembangan peradaban sampai hari ini. Meskipun sekarang kitasudah mengenal media cyber (media maya), budaya tulisan tidak akanpernah ditinggalkan dan bahkan akan semakin maju apabila generasikita semakin menguasai bahasa tulis.18Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Edisi RevisiSemester 23.Interaksi antara budaya Nusantara dengan budaya dominan Hindu-Buddha waktu itu, menunjukkan budaya Indonesia bukanlah penerimayang pasif, melainkan aktif. Jadi terjadi upaya seleksi (filter) tanpa perlumerendahkan, apa lagi mengucilkan budaya asli nenek moyang yangsebelumnya. Proses inilah yang dinamakan proses ‘akulturasi budaya’.Bangsa Indonesia juga melahirkan modifikasi-modifikasi lokal genius,yaitu semacam kritik dan mempertanyakan budaya yang lama sambilmemperbarui dan memperkuatnya sehingga mampu menghasilkanperadaban tinggi (great tradition) hasil modifikasi dari interaksi budayaasli Kepulauan Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha.4.Tumbuhnya negara-negara tradisional (kerajaan) yang bercorakHindu-Buddha tidak hanya mewariskan peninggalan-peninggalansejarah dengan peradaban yang lebih tinggi dari masa nenek moyangsebelumnya, tetapi juga semacam mahakarya yang abadi sepertiBorobudur. Lebih dari itu kekayaan pemikiran mengenai konsepkekuasaan, bahasa, dan sastra serta kosmologi alam makro dan mikro.Kesemuanya terekspresikan dalam perilaku sehari-hari dan sebagianbesar masih hidup dalam masyarakat sampai sekarang.19Sejarah IndonesiaGambar 3.1 Masjid Baiturrahman, AcehSumber :Bambang Budi Utomo. 2011. Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.20Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Edisi RevisiSemestert 2Bab IIIIslamisasi dan Silang Budaya di NusantaraIslamisasi adalah proses sejarah yang panjang yang bahkan sampai kini masih terus berlanjut… Kalau para ahli sejarah mempersoalkan tentang asal usul nasionalisme Indonesia, atau integrasi bangsa, mereka menyebutkan Islam sebagai salah satu faktor utama maka hal itu bisa diartikan pada sifat Islam yang universal dan pada jaringan ingatan kolektif yaitu keterkaitan para ulama di Nusantara dalam berbagai corak jaringan sosial guru-murid, murid sesama murid; penulis-dan-pembaca, dan tak kurang pentingnya ulama-umara serta ulama dan umat.(Taufik Abdullah, 1996)Kedatangan Islam ke Nusantara mempunyai sejarah yang panjang. Satu di antaranya adalah tentang interaksi ajaran Islam dengan masyarakat di Nusantara yang kemudian memeluk Islam. Lewat jaringan perdagangan, Islam dibawa masuk sampai ke lingkungan istana. Interaksi budaya Islam dengan budaya yang ada sebelumnya memunculkan sebuah jaringan keilmuan, akulturasi budaya dan perkembangan kebudayaan Islam. Uraian berikut akan mencoba menjabarkan proses Islamisasi di Indonesia dan mengurai simpul dari silang budaya yang sampai kini masih terus berlanjut.21Sejarah IndonesiaPETA KONSEPIslamisasi dan Silang Budaya di NusantaraKedatangan Islam di NusantaraSeni Bangunan Seni Rupa dan ukir Seni Sastra dan Aksara Sistem KesenianKalenderIslam dan Jaringan Perdagangan antarpulauIslam Masuk Istana RajaJaringan Keilmuan di NusantaraKerajaan Islam di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa TenggaraProses dimulai dariMembentukMembentukMembentukMenyebabkanMenyebabkanProses MelaluiBerbentukAkulturasi dan Perkembangan Budaya IslamBerproses melaluiProses Integrasi NusantaraNext >