< Previous124 Kelas VIII SMP Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di Semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukkan dan diserap ke dalam lingkup pengaruh Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa, adanya serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya karena saat itu Wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sejak tahun 670 hingga 1025 M.Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur, yaitu menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia. Perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan Dinasti Tang dan naiknya Dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, Kerajaan Min dan Kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi, Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah, diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) yang masuk melalui perdagangan mereka.3. Penyebaran Penduduk Kemaharajaan BahariUpaya Sriwijaya untuk menjamin dominasi perdagangan bahari di Asia Tenggara berjalan seiring dengan perluasan Sriwijaya sebagai sebuah kemaharajaan bahari atau thalasokrasi. Dengan menaklukkan bandar pelabuhan negara jiran yang berpotensi sebagai pesaingnya, Sriwijaya secara otomatis juga melebarkan pengaruh dan wilayah kekuasaannya di kawasan. Sebagai kemaharajaan bahari, pengaruh Sriwijaya jarang masuk hingga jauh di wilayah pedalaman. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 125 Sriwijaya kebanyakan menerapkan kedaulatannya di kawasan pesisir pantai dan kawasan sungai besar yang dapat dijangkau armada perahu angkatan lautnya di wilayah Nusantara, dengan pengecualian Pulau Madagaskar. Diduga penduduk yang berasal dari Sriwijaya telah mengoloni dan membangun populasi di Pulau Madagaskar yang terletak 3.300 mil atau 8.000 kilometer di sebelah barat di seberang Samudra Hindia. Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Jurnal Proceedings of The Royal Society, bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah orang Indonesia. Para peneliti meyakini mereka adalah pemukim asal Kerajaan Sriwijaya. Migrasi ke Madagaskar diperkirakan terjadi 1.200 tahun yang lalu sekitar kurun tahun 830 M. Berdasarkan penelitian DNA mitokondria, suku pribumi Malagasy dapat merunut silsilah mereka kepada 30 perempuan perintis yang berlayar dari Indonesia 1.200 tahun yang lalu. Bahasa Malagasy mengandung kata serapan dari bahasa Sanskerta dengan modifikasilinguistik melalui bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Hal ini merupakan sebuah petunjuk bahwa penduduk Madagaskar dikoloni oleh penduduk yang berasal dari Sriwijaya. Periode kolonisasi Madagaskar bersamaan dengan kurun ketika Sriwijaya mengembangkan jaringan perdagangan bahari di seantero Nusantara dan Samudra Hindia.4. Hubungan dengan Wangsa SailendraMunculnya keterkaitan antara Sriwijaya dan Dinasti Sailendra dimulai karena adanya nama Śailendravamśa pada beberapa prasasti di antaranya pada Prasasti Kalasan di Pulau Jawa, Prasasti Ligor di selatan Thailand, dan Prasasti Nalanda di India. Sementara pada Prasasti Sojomerto dijumpai nama Dapunta Selendra. Karena Prasasti Sojomerto ditulis dalam bahasa Melayu dan bahasa Melayu umumnya digunakan pada prasasti-prasasti di Sumatra, diduga Wangsa Sailendra berasal dari Sumatra, walaupun asal-usul bahasa Melayu ini masih menunggu penelitian sampai sekarang.Majumdar berpendapat Dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan Medang (Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India. Kemudian, Moens menambahkan kedatangan Dapunta Sumber: mansatumagelang.wordpress.comGambar 7.16126 Kelas VIII SMP Hyang ke Palembang menyebabkan salah satu keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara, didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa yang berbahasa Melayu Kuno di antaranya Prasasti Sojomerto.5. Hubungan dengan Kekuatan RegionalUntuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China. Sriwijaya secara teratur mengantarkan utusan beserta upeti. Maharaja Sriwijaya, Sri Indrawarman mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah.Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di Provinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya tampak pada bangunan Pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota, yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah dengan perpindahan Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu, Wangsa Sailendra sebagai anggota mandala Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka, Wangsa Sailendra berkuasa sekaligus atas Sriwijaya dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatra dan Jawa. Akan tetapi, akibat pertikaian suksesi singgasana Sailendra di Jawa antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani, hubungan antara Sriwijaya dan Medang memburuk.Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/SriwijayaGambar 7.18 Pagoda Borom That bergaya Sriwijaya di Chaiya, Thailand.Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 127 Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan akhirnya berkuasa di Sriwijaya. Permusuhan ini diwariskan hingga beberapa generasi berikutnya. Dalam Prasasti Nalanda yang bertarikh 860, Balaputradewa menegaskan asal-usulnya sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu, Raja Sriwijaya. Dengan kata lain, ia mengadukan kepada Raja Dewapaladewa, Raja Pala di India, bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan. Persaingan antara Sriwijaya di Sumatra dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika Raja Dharmawangsa Teguh menyerang Palembang pada tahun 990, tindakan yang kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja Wurawari (sebagai sekutu Sriwijaya di Jawa) atas dorongan Sriwijaya. Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan Kerajaan Pala di Benggala, pada Prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa Raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah vihara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga cukup baik. Dari Prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma. Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian, hubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun demikian, pada masa ini, Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari Dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts'i, membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079. Pada masa Dinasti Song, candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan, dan pada masa Dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan.6. Masa KeemasanKemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai, serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9, Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir semua kerajaan di Asia Tenggara, antara lain: Sumatra, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. 128 Kelas VIII SMP Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan India.Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara sepanjang abad ke-10. Tetapi, pada akhir abad ini, Kerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh menjadi kekuatan bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita Tiongkok dari Dinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang karena negerinya diserang oleh balatentara Jawa. Serangan dari Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-an, yaitu antara tahun 988 dan 992 pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa. Pada musim semi tahun 992, duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang, namun kembali tertahan di Champa karena negerinya belum aman. Ia meminta Kaisar Song agar Tiongkok memberi perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok tahun 992. Ia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut adalah Dharmawangsa Teguh.Sumber: Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/SriwijayaGambar 7.19Arca emas Avalokiteçvarabergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo, Muarabulian, Jambi, Indonesia.Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 129 Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara waktu. Namun, kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatra. Rangkaian serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal karena Jawa tidak berhasil membangun pijakan di Sumatra. Menguasai ibu kota di Palembang tidak cukup karena pada hakikatnya kekuasaan dan kekuatan mandala Sriwijaya tersebar di beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka. Maharaja Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling menghimpun kekuatan dan bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk memukul mundur tentara Jawa. Sriwijaya memperlihatkan kegigihan persekutuan mandalanya, bertahan dan berjaya memukul mundur angkatan laut Jawa.Sri Cudamani Warmadewa kembali memperlihatkan kecakapan diplomasinya, memenangi dukungan Tiongkok dengan cara merebut hati kaisarnya. Pada tahun 1003, ia mengirimkan utusan ke Tiongkok dan mengabarkan bahwa di negerinya telah selesai dibangun sebuah candi Buddha yang didedikasikan untuk mendoakan agar Kaisar Tiongkok panjang usia.Kaisar Tiongkok yang berbesar hati dengan persembahan itu menamai candi itu Cheng Tien Wan Shou dan menganugerahkan genta yang akan dipasang di candi itu. Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus.Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman Jawa. Maka, Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha menghancurkan Kerajaan Medang. Sriwijaya disebut-sebut berperan dalam menghancurkan Kerajaan Medang di Jawa. Dalam prasasti Pucangan, disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh.130 Kelas VIII SMP Tahun Nama RajaIbu KotaPrasasti, catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristiwa671Dapunta Hyang atau Sri JayanasaSrivijayaShih-li-fo-shihCatatan perjalanan I Tsing pada tahun 671-685, Penaklukan Malayu, penaklukan JawaPrasasti Kedukan Bukit (683), Talang Tuo (684), Kota Kapur (686), Karang Brahi, dan Palas Pasemah702Sri IndrawarmanShih-li-t-’o-pa-moSriwijayaShih-li-fo-shihUtusan ke Tiongkok pada tahun 702-716, 724728Rudra VikramanLieou-t’eng-wei-kongSriwijayaShih-li-fo-shihUtusan ke Tiongkok pada tahun 728-742743-774Belum ada berita pada periode ini775Sri MaharajaSriwijayaPrasasti Ligor B tahun 775 di Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand dan menaklukkan KambojaPindah ke Jawa (Jawa Tengah atau Yogyakarta)Wangsa Sailendra menggantikan Wangsa Sanjaya778Dharanindra atau Rakai PanangkaranJawaPrasasti Kelurak tahun 782 di sebelah utara kompleks Candi PrambananPrasasti Kalasan tahun 778 di Candi Kalasan782Samaragrawira atau Rakai WarakJawaPrasasti Nalanda dan Prasasti Mantyasih tahun 907792Samaratungga atau Rakai GarungJawaPrasasti Karang Tengah tahun 824,825 menyelesaikan pembangunan Candi Borobudur840Kebangkitan Wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan856BalaputradewaSuwarnadwipaKehilangan kekuasaan di Jawa, dan kembali ke SuwarnadwipaPrasasti Nalanda tahun 860, IndiaPara Maharaja SriwijayaTahukah kamu nama-nama Maharaja Sriwijaya pada tabel di bawah ini? Tabel 7.1 Nama-Nama Maharaja SriwijayaPendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 131 988Sri Cudamani WarmadewaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwaSriwijayaMalayagiri (Swarnadwipa) San-fo-ts’i990 Jawa menyerang Sriwijaya, Catatan Atiśa,utusan ke Tiongkok tahun 988-992-1003, pembangunan candi untuk kaisar Cina yang diberi nama Cheng tien wan shou1008Sri Mara-VijayottunggawarmanSe-li-ma-la-piSan-fo-ts’iKatahaPrasasti Leiden & utusan ke Tiongkok 10081017Utusan San-fo-ts’i ke Tiongkok tahun 1017: dengan raja Ha-ch’i-su-wa-ch’a-p’u (Haji Sumaterabhumi (?)); gelar haji biasanya untuk raja bawahan1025Sangrama-VijayottunggawarmanSriwijayaKadaramDiserang oleh Rajendra Chola I dan menjadi tawananPrasasti Tanjore bertarikh 1030 pada candi Rajaraja, Tanjore, India1030Di bawah Dinasti Chola dari Koromandel1079Utusan San-fo-ts’i dengan raja Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) ke Tiongkok 1079 membantu memperbaiki Candi Tien Ching di Kuang Cho (dekat Kanton)1082Utusan San-fo-ts’i dari Kien-pi (Jambi) ke Tiongkok tahun 1082 dan 10881089-1177Belum ada berita1178Laporan Chou-Ju-Kua dalam buku Chu-fan-chi berisi daftar koloni San-fo-ts’i861-959Belum ada berita pada periode ini960Sri Udayaditya WarmadewaSe-li-hou-ta-hia-li-tanSriwijayaSan-fo-ts’iUtusan ke Tiongkok pada tahun 960 & 962980Utusan ke Tiongkok pada tahun 980 & 983: dengan raja Hie-tche (Haji)1183Srimat Trailokyaraja Maulibhusana WarmadewaDharmasrayaDi bawah Dinasti Mauli, Kerajaan Melayu, Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand132 Kelas VIII SMP Warisan Sejarah Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggal anarkeologi dan keberadaannya sempat terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya pada masa lalu. Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. Selama berabad-abad, kekuatan ekonomi dan keperkasaan militernya telah berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung (lingua franca) yang digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara. Tersebar luasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Adapun Bahasa Melayu Kuno masih tetap digunakan sampai pada abad ke-14 M.Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk Kota Palembang, Sumatra Selatan. Keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat di selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/SriwijayaGambar: 7.20 Busana gadis penari Gending Sriwijaya yang raya dan keemasan menggambarkan kegemilangan dan kekayaan SriwijayaPendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 133 Nyanyikan Gending Sriwijaya di bawah ini bersama-sama!Kamu bisa mengakses video di youtube atau MP3.Syair Gending Sriwijaya disusun oleh Nungcik AR pada tahun 1940-an. Proses penciptaan Tari Gending Sriwijaya untuk memenuhi permintaan dari pemerintah zaman pendudukan Jepang kepada Jawatan Penerangan (Hodohan) untuk menciptakan sebuah tarian dan lagu tentang Sriwijaya. Gunanya adalah untuk menyambut tamu yang datang berkunjung ke Palembang. Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota. Nama Sriwijaya juga digunakan oleh Universitas Sriwijaya yang didirikan pada tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatra Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab Sepak -bola Palembang). Gending SriwijayaDi kala kumerindukan keluhuran dulu kalaKutembangkan nyanyian lagu Gending SriwijayaDalam seni kunikmati lagi zaman bahagiaKuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha KalaSriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha GuruTutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirtiBerkumandang dari puncaknya Siguntang Maha MeruMenaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.Borobudur candi pusaka di zaman SriwijayaSaksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masaMemahsyurkan Indonesia di daratan se-AsiaMelambangkan keagungan sejarah Nusa dan BangsaTaman Sari berjenjangkan emas perlak Sri KesitraDengan kalam pualam bagai di Sorga IndralayaTaman puji keturunan Maharaja SyailendraMendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.Ayo, Berekspesi!Next >