< PreviousKelas XI SMA/SMK184Glosarium1. Astāngga yoga adalah delapan tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan yoga, dengan bagian-bagiannya yaitu yama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dan samadhi.2. Astāngga yoga adalah “delapan bagian yoga” sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.3. Asana ialah sikap duduk yang sempurna.4. Bhakti Marga berarti berbakti atau sembahyang yang merupakan cara mendekatkan diri pada Tuhan. Agama mengajarkan umatnya untuk melakukan ritual ini lengkap dengan tata caranya.5. Bagi Vibhuti Mārga, kegelapan merupakan simbol ketidakbenaran yaitu kejahatan, kekacauan, keonaran, kebodohan, kematian, setan dan sebagainya. Dewa Agni secara simbolis menyatakan keutamaan sinar. Oleh karena itu, Dewa Agni dipuja sebagai Dewa yang berkilauan yang memancarkan sinarnya ke seluruh penjuru.6. Catur Marga adalah empat jalan yang wajib dilalui untuk mewujudkan kebahagiaan hidup ini. Keempat jalan itu adalah Bhakti Marga/yoga, Karma Marga/Yoga, Jnana Marga/Yoga, dan Raja Marga/Yoga.7. Catur Warna berarti empat macam pengklasifikasian umat atau masyarakat Hindu berdasarkan guna dan karmanya masing-masing.8. Catur Asrama adalah empat jenjang lapangan hidup yang diklasifikasikan menurut tingkatan-tingkatan tatanan rohani, waktu, umur, dan sifat perilaku umat manusia.9. Catur Purusartha adalah empat tujuan hidup manusia yang utama, yang terdiri atas: dharma, artha, kama, dan moksa.10. Dharmasāstra (Smrti) dipandang sebagai kitab hukum Hindu karena di dalamnya banyak dimuat tentang syariat Hindu yang disebut dharma.11. Dharana adalah pemusatan pikiran.12. Dhyana adalah meditasi.13. Grhastha adalah masa hidup mendirikan rumah tangga baru (melaksanakan perkawinan) yang dilaksanakan setelah fase brahmacari.14. Hukum Hindu adalah sebuah tata aturan yang membahas aspek kehidupan manusia secara menyeluruh yang menyangkut tata keagamaan, mengatur hak dan kewajiban manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, dan aturan manusia sebagai warga negara (tata negara).15. Hukum adalah peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik yang ditetapkan oleh pemerintah, penguasa, maupun pemberlakuannya secara alamiah yang bila perlu pelaksanaannya dapat dipaksakan untuk dipatuhi guna mewujudkan keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat.16. Harmonis adalah hidup dan kehidupan yang selalu damai, tiada bermasalah, penuh dengan tenggang-rasa, saling mengasihi dan mematuhi hukum yang berlaku.17. Jnana Marga berarti dengan belajar dan mencari pengetahuan seseorang akan bisa mendekatkan diri pada Pencipta-Nya.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti18518. Kirti adalah suatu usaha, kerja ( karma) dan pengabdian yang dilaksanakan oleh umat Hindu untuk menghubungkan diri ke hadapan Sang Hyang Widhi beserta dengan manifestasinya. Kirti adalah wujud kerja umat Hindu dalam rangka melaksanakan swadharmanya, baik dharma negara maupun dharma agama.19. Kitab Dharmasāstra yang memuat bidang hukum Hindu tertua dan sebagai sumber hukum Hindu yang paling terkenal adalah Manawa Dharmasāstra.20. Karma Marga berarti perbuatan, tingkah laku, pekerjaan ataupun aksi. Pekerjaan atau perbuatan yang dimaksud tentu perbuatan yang baik.21. Lima bentuk yajña yang patut dilakukan oleh umat sedharma dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan keharmonisan hidup ini yang dikenal dengan Panca Yajña. Bagian- bagiannya adalah Dewa Yajña, Pitra Yajña, Rsi Yajña, Manusa Yajña, dan Bhuta Yajña.22. Moksa adalah bersatunya atman dengan paramatman, atau tercapainya kebahagiaan yang tertinggi yaitu suka tan pawali dukha.23. Manawa Dharmasāstra adalah sebuah kitab Dharmasāstra yang dihimpun dengan bentuk yang sistematis oleh Bhagawan Bhrigu.24. Perkawinan wajib hukumnya bagi seseorang yang sudah pantas untuk melaksanakannya sekaligus sebagai pengamalan dharmanya.25. Niwrtti Marga dilaksanakan dengan menekuni ajaran yoga marga. Pelaksanaan yoga merupakan sadhana dalam mewujudkan samadhi yaitu penyatuan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa.26. Nyama ialah pengendalian diri dalam diri yaitu tahapan rohani.27. Perkawinan atau wiwaha, baru dapat dilakukan oleh seseorang ”umat” apabila yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku dan berdasarkan norma-norma agama yang dianutnya.28. Prawrtti Marga adalah cara atau jalan yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Sang Hyang Widhi, dengan tekun melaksanakan; tapa, yajna, dan kirti.29. Pranayama adalah pengendalian prana / pernafasan.30. Pratyahara adalah penarikan pikiran dari objeknya.31. Raja Marga berarti mengamalkan ajaran agama dengan melakukan yoga, bersamadhi, tapa atau melakukan brata (pengendalian diri) dalam segala hal termasuk upawasa (puasa) dan pengendalian seluruh indra.32. Rta adalah hukum alam ”Tuhan atau Brahman” yang bersifat murni, absolut, berlaku sangat adil dan transendental serta keberadaannya tidak ada satu pun makhluk “manusia” dapat menolaknya.33. Samadhi adalah luluhnya pikiran dengan atman.34. Setiap individu umat Hindu memiliki kesempatan untuk meningkatkan guna dan karmanya masing-masing, sehingga dapat mencapai kesempurnaan hidup.35. Setiap umat memiliki kewajiban untuk meningkatkan jenjang kerohaniannya sesuai dengan kondisi dan kenyataan hidupnya masing-masing.36. Syahnya suatu perkawinan yang dilaksanakan oleh seseorang apabila telah mendapatkan legalitas hukum ”tri upasaksi” sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya.Kelas XI SMA/SMK18637. Tapa adalah pengendaliaan diri, untuk memuja Sang Hyang Widhi. Setiap umat Hindu memiliki kewajiban untuk melakukan pengendalian diri, dengan tujuan untuk menghubungan diri ke hadapan Sang Hyang Widhi. Pengendalian diri (tapa) itu sangat perlu dilaksanakan secara tekun dan teratur.38. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) baru yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.39. Untuk memenuhi tuntutan tujuan hidup manusia, kondisi moksa dapat ditingkat seperti. Samipya, Sarupya (Sadharmaya), Salokya (Karma mukti), dan Purnamukti.40. Vibhuti Mārga berarti kebesaran dan kemuliaan Tuhan yang dihayati oleh para maharesi melalui spiritual yang kemudian penghayatan tersebut dilukiskan secara lahiriah dalam bentuk puisi sebagai rasa kekagumannya.41. Vibhuti Mārga, sikap spiritual yang puitis yang dimiliki oleh para maharesi sebagai jalan kemegahan memiliki keistimewaan yaitu tidak pernah lepas dari kenyataan yang dapat dihayati melalui persepsi indra.42. Vibhuti Mārga mencari pengalaman yang bersifat transendental di luar alam indra. Sinar yang menjadi objek utama kekaguman pendeta penyangga Vibhuti Marga, di mana sinar itu digunakan sebagai simbol keindahan dan kemuliaan jiwa, simbol kebenaran, simbol rta, simbol kebaikan, kebahagiaan, kekekalan, simbol Tuhan dan lain-lain.43. Wiwaha atau perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri yang syah.44. Yama ialah pengendalian diri dari tahap perbuatan jasmani.45. Yajña adalah perbuatan atau persembahan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta prabhawa-Nya.46. Yang termasuk ruang lingkup Catur Warna adalah Brahmana, Ksatrya, Wesya, dan Sudra Warna.47. Yajña bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat manusia beserta makhluk hidup yang lainnya.48. Yajna adalah suatu pemujaan dan persembahan yang dilaksanakan oleh umat Hindu ke hadapan Sang Hyang Widhi/Tuhan beserta manifestasinya yang dilandasi dengan rasa bhakti dan ketulusan hati. Melaksanakan yajna adalah merupakan kewajiban bagi setiap umat yang beragama Hindu.49. Yoga merupakan penghentian goncangan-goncangan pikiran. Ada lima keadaan pikiran yang ditentukan oleh intensitas ; sattwam, rajas dan tamas. di antaranya : Ksipta, Mudha, Waksipta, Ekgra, Nirudha. Dengan Panca Yama Brata dan Panca Nyama Brata menuju keharmonisan.50. Yoga merupakan pengendalian gelombang – gelombang pikiran dalam alam pikiran untuk dapat berhubungan dengan Sang Hyang Widhi Wasa. Disebutkan ada 22 jenis yoga yang sangat bermanfaat untuk kesehatan jasmani dan rohani manusia.51. Yoga Marga adalah suatu usaha untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya melalui Astāngga Yoga. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti187IndeksA. Astāngga yoga 16, 20, 21, 23, 50, 55, 56, 61, 107, 110, 112, 114, 137. Asanas 9,10, 21.B. Bhakti Marga 46, 51, 52, 53, 65, 136, 184. C. Catur marga 44, 45, 46, 51, 57, 58, 184.D. Dharmaṡāstra 76, 79. Dharana 16, 19, 20, 23, 50, 56, 67, 107, 113, 114, 126, 137. Dhyana 16, 19, 20, 23, 50, 56, 67, 94, 184, 107, 111, 113, 114, 137. Grhastha 156, 160, 172. H. Hukum Hindu 72, 73, 74, 101, 156, 172. Harmonis 2, 8, 28, 57, 89. J. Jnana Marga 46, 47, 53, 65. Kirti 104, 105, 115, 120, 121, 122, 182. Karma Marga 46, 49, 54, 66M. Moksa 3, 9, 20, 21, 47, 55, 65, 89., Manawa Dharmaṡāstra 72, 73, 75, 76, 79.,N. Niwrtti marga 105, 106, 108, 110, 112, 114., Nyama 16, 107, 110, 111, 112, 115, 116. P. Prawrtti Marga 103, 105, 114, 115, 120. Pranayama 16, 18, 20, 23, 50, 56, 67, 107, 112, 113, 137. Pratyahara 16, 19, 20, 23, 50, 56, 67. R. Raja Marga 46, 50, 55, 67. S. Samadhi 3, 5, 16, 17, 50, 56, 67T. Tapa 17, 23, 47, 50, 56, 67.U. Upakara 28, 162.V. Vibhuti mārga IV.60. W. Wiwaha 148, 150, 161, 172, 181.Y. Yama 16, 21, 23, 50, 56, 67. Yajña 27, 30, 33, 39, 104, 117. Yoga 1, 4, 8, 10, 16, 21, 23, 24, 25, 46, 65.Kelas XI SMA/SMK188Daftar PustakaAgus S. Mantik. 2007. Bhagavad Gītā. Surabaya : Pāramita. Ananda Kusuma, Sri Rsi. 1984. Dharma Sastra. Klungkung-Bali : Pusat Satya Dharma Indonesia.Agung Oka, I Gusti. 1978. Sad Darsana. PGAHN Denpasar. Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali. 2003. Filsafat untuk Umum. Jakarta : Fajar Interpratama; Bhāsya of Sāyanācārya. 2005. Atharvaveda Samhitā I. Surabaya : Pāramita.Bhāsya of Sāyanācārya. 2005. Atharvaveda Samhitā II. Surabaya : Pāramita. Bhāsya of Sāyanācārya. 2005. Rgveda Samhitā VIII IX X. Surabaya : Pāramita.Dirjen Bimas Hindu dan Budha. 1979. Sang Hyang Kamayanikan. Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci Buddha Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Departemen Agama RI.Dinas Pendidikan Provinsi. 1989. Bharata Yuddha Kakawin Miwah Tegesipun: Bali.Tidak diterbitkanDinas Pendidikan Provinsi. 1988. Arjuna Wiwaha Kakawin Miwah Tegesipun: Bali. Tidak diterbitkanGelebet, Ir. I Nyoman. ---- Arsitektur Tradisional Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan. Tanpa tahunKadjeng, dkk. I Nyoman. 2001. Sarasamuscaya Jakarta: (terjemahan dalam bahasa Indonesia.) --- : Dharma Nusantara.Kantor Departemen Agama Kota. 2000. Caru Pancasatha.Kota Denpasar. tidak diterbitkanKalam; Drs. A.A.Rai. 1980. Bangunan Rumah Tinggal Tradisional Bali. Denpasar: tidak diterbitkanKamala Subramaniam : Ramayana (diterjemahkan oleh Sanjaya I Gde Oka). 2001. Surabaya : Paramita.Kosasih R.A. 2006. Mahabharata. Surabaya : Paramita.Maswinarta I Wayan. 2008. Reg Veda Samhitā Mandala I II III. Surabaya : Paramita.Maswinarta I Wayan. 2004. Reg Veda Samhitā Mandala IV V VI VII. Surabaya : Paramita.Mas Putra, Nyonya I G A. 1982. Upakara Manusa Yajna. Denpasar : IHD Denpasar.N. Supardjana, BA dan I Gusti Ngurah Supartha, SSt. 1982. Pengetahuan-Pengetahuan Tari I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Punyatmaja, Drs. IB. Oka. 1984. Panca Sraddha. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Pusat.Pudja, MA. Gde dan Sudharta , MA.Tjok Rai. 2004. Manawa Dharmasastra. Surabaya : Paramita.Pudja, MA., SH. Gde. 1971. Veda Parikrama. Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci Agama Hindu Departemen Agama R.I.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti189Pudja, MA., SH. Gde. 1977. Theologi Hindu. Jakarta : Mayasari.Pudja, MA., SH. Gde. 1977. Hukum Waris Hindu. Jakarta : CV. Junasco.Poedjawitna, Prof. Ir. 1982. Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : PT. Bina Aksara.Pendit, S. Nyoman. 1978. Bhagavad Gita. Denpasar : Dharma Bhakti.Parisada Hindu Dharma. 1968. : Upadesa. Denpasar : Parisada Hindu Dharma Pusat.PGAHN. 6 Tahun Singaraja. 1997. Nitisastra. Denpasar : Pemerintah Daerah Propinsi Bali.Puja, Gde. 2004. Bhagavad Gìtā (Pañcamo Veda). Surabaya: Pāramita.Parisada Hindu Dharma Pusat,. 1968. Upadesa tentang Ajaran Agama Hindu. Denpasar : Proyek Pengadaan Prasarana dan Sarana Kehidupan Beragama tersebar di 8 Kabupaten Dati II.Pandit, Bansi. 2005. Pemikiran Hindu Pokok- pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya. Surabaya : Paramita.Maswinara, I Wayan. 2000. Panggilan Veda. Surabaya: Pāramita.Sugiarto, R dan G. Puja. 1982. Sweta Swatara Upanisad, Cetakan I. Jakarta: Mayasari.Kajeng, I Nyoman Dkk. 2009. Sarasamuscaya, Surabaya: Pāramita.Maswinara, I Wayan. 1998. Sarva Darsana Samgraha, Sistem Filsafat India. Surabaya : ParamitaMilik Pemerintah Daerah Tingkat 1 Bali. 1995. Panca Yajna, Dewa Yajna, Bhuta Yajna, Rsi Yajna, Pitra Yajna dan Manusa Yajna. Bali.Radhakrisnan S. 1989. Indian Philosophy 2. New Delhi : Oxford University Press.Ranganathananda, Swami. 1993. Suara Vivekananda. Jakarta : Hanuman Sakti.Rai Sudarta,MA., Prof.Dr.Tjok : Siwaratri; 1994. Upada Sastra; Denpasar. Tidak diterbitkan.---------- 2004. Kidung Panca Yajna. Surabaya : Paramita.Swami Satya Prakas Saraswati. 2005. Patanjali Raja Yoga. (dilengkapi dengan naskah asli - alih bahasa oleh Drs. J.B.A.F. Mayor Polak) Surabaya: Paramita.Suamba I.B.P. 2003. Dasar- dasar Filsafat India. Denpasar : Program Magister Unhi dan Widya Dharma.Sumawa I Wayan dan Raka Krisnu T Raka. 1992. Materi Pokok Darsana. Jakarta : Dirjen Bimas Hindu Buddha dan UT.S Pendit, Nyoman. 2007. Filsafat Hindu Dharma, Sad Darsana, Enam Aliran Astika (Ortodoks). Denpasar : Pustaka Bali Post.Sura, Drs. I Gede. 1985. Pengendalian Diri dan Ethika; Departemen Agama RI.Sura, Drs. I Gede. Sekitar Tata Susila Seri I., Denpasar: Yayasan Guna WerddhiSuryani, Prof. Luh Ketut. 2003. Perempuan Bali Kini. Denpasar : Percet. PT. Offset BP.Soekmono, R. Drs. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia II. Jakarta : Yayasan Kanisius.Sugiarto, Drs. R. Dkk. 1982. Sweta Swatara Upanisad. Departemen Agama Republik Indonesia.Kelas XI SMA/SMK190Sri Arwati, Dra. Ni Made. 1992. Caru. Denpasar : Upada Sastra.Sandhi, BA. Gde. Dkk. 1979. Brahmanda Purana. Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia.Slametmulyana, Prof. Dr. 1967. Perundang-undangan Majapahit. Jakarta : Bhratara.Sudarsana. Drs. IB.Pt. MBA.MM. 2004. Himpunan dan Ethika Penataan Banten. Denpasar : Yayasan Dharma Acarya.Sunetra. I Made, SE. BE. MM. 2004. Laya Yoga. Surabaya : ParamitaSurpha, SH. I Wayan. 1986. Pengantar Hukum Hindu. Tanpa penerbit.------- 2003. Intisari Ajaran Hindu. Surabaya : Paramita. Tanpa penerbit------- 2006. Yoga Asanas. Denpasar : Widya Werddhi Sabha. Tanpa penerbitTeam Penyusun. 2002. Panca Yajna. Denpasar : Pemerintah Tingkat I Bali.Team Penyusun. 1982/1983. Kamus Kecil Sansekerta-Indonesia. Denpasar : Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Pemda Tk. I Bali.Team Penyusun. 1978. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.Team Penerjemah. 1994. Bhuwanakosa. Denpasar : Penerbit Upada Sastra.Titib, DR. I Made. 2003. Teologi dan Simbol-simbol agama Hindu. Tanpa penerbitTitib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya : Paramita.Titib, I Made. 2008. Itihasa Ramayana dan Mahabharata (Viracarita) Kajian Kritis Sumber Ajaran Hindu. Surabaya : Paramita.Wiratmaja, Drs. I Gst. Agama Hindu Sejarah dan Sraddha. Tanpa tahun dan tidak diterbitkanWidyatranta, Siman. Adiparwa Jilid I dan II. Yogyakarta : U.P. Spring.Wursanto, Drs. I G. 1986. Dasar-dasar Manajemen Umum. Jakarta : Pustaka Dian.Wiana, Drs I Ketut. 2002. Memelihara Tradisi Veda. Denpasar : PT. Bali Post.Wiana, Drs. Ketut dan Raka Santreri. 1993. Kasta dalam Hindu Kesalah Pahaman Berabad-abad. Denpasar : Penerbit. Yayasan Dharma Naradha.Zoetmulder, P.J. 2005. Ădiparva. Surabaya : Pāramita.-----------Himpunan Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu; Parisada Hindu Dharma Indonesia. Tanpa Penulis----------- 1992. Sundarigama. Denpasar : Departemen Agama Kota Denpasar. Tanpa PenulisNext >