< PreviousKelas XI SMA/SMK24F. Sang Hyang Widhi (Tuhan) dalam Ajaran YogaPerenungan”Yo báūtaṁ ca bhavyaṁ ca sarvaṁ yaṡ cādhitiṣþhati, svar yasya ca kevalaṁ tasmai jyeṣþhāya brahmaṇe namaá”Terjemahannya adalah. ”Tuhan Yang Maha Esa ada di mana-mana, baik di masa lampau, di masa kini maupun di masa datang. Dia berbahagia sepenuhya. Kami menghaturkan persembahan (korban) ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang Maha Agung (Makhluk Agung itu)” (Atharva Veda X.7.35).Memahami TeksPatanjali menerima eksistensi Sang Hyang Widhi (isvara) di mana Sang Hyang Widhi menurutnya adalah The Perfect Supreme Being, bersifat abadi, meliputi segalanya, Mahakuasa, Mahatahu, dan Mahaada. Sang Hyang Widhi adalah purusa yang khusus dan tidak dipengaruhi oleh kebodohan, egoisme, nafsu, kebencian dan takut akan kematian. Ia bebas dari karma, karmaphala dan impresi-impresi yang bersifat laten. Patanjali beranggapan bahwa individu-individu memiliki esensi yang sama dengan Sang Hyang Widhi, tetapi karena ia dibatasi oleh sesuatu yang dihasilkan oleh keterikatan dan karma, maka ia berpisah dengan kesadarannya tentang Sang Hyang Widhi dan menjadi korban dari dunia material ini.Tujuan dan aspirasi manusia bukanlah bersatu dengan Sang Hyang Widhi, tetapi pemisahan yang tegas antara purusa dan prakrti (Sarasamuccaya, hal 371). Hanya satu Tuhan (Sang Hyang Widhi). Menurut Vijnanabhisu: “dari semua jenis kesadaran meditasi, bermeditasi kepada kepribadian Sang Hyang Widhi adalah meditasi yang tertinggi. (Sarasamuccaya, 372) Ada berbagai objek yang dijadikan sebagai pemusatan meditasi yaitu bermeditasi pada sesuatu yang ada di luar diri kita, bermeditasi kepada suatu tempat yang ada pada tubuh kita sendiri dan yang tertinggi adalah bermeditasi yang di pusatkan kepada Sang Hyang Widhi.Uji Kompetensi1. Bagaimana pandangan ajaran yoga terhadap Tuhan?2. Bagaimana keberadaan Tuhan itu sendiri dalam ajaran yoga? Sebelumnya diskusikanlah dengan orangtuamu di rumah.3. Apakah yang dimaksudkan Tuhan dalam ajaran yoga?Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti25G. Mempraktikkan Sikap-sikap Yoga Perenungan”Yo marayati pranayati, yasmat prananti bhuvanani visva”Terjemahannya adalah.”Sang Hyang Widhiwasa menghidupkan dan menghancurkan. Dia adalah sumber penghidupan seluruh alam semesta”(Atharva Veda XIII. 3.3)Memahami Teks Walaupun yoga diklasifikasikan ke dalam empat disiplin yang berbeda, tidak ada satu pun yang bersifat istimewa, superior atau lebih rendah dari yang lain. Semuanya sama pentingnya dan disebutkan dalam kitab Hindu. Kecocokan disiplin tertentu bergantung dari mental, intelektual dan dimensi emosional dan hubungannya dengan karma dari pribadi seseorang. Ketika kata yoga digunakan di negara barat, secara umum ini berarti Hatha Yoga, yang merupakan latihan fisik dalam sistem hindu kuno dan teknik pernafasan yang dirancang untuk menjaga tubuh yang sehat. Kitab hindu menggunakan kata yoga sebagai sinonim dari sadhana, yang berarti spiritual disiplin. Terdapat enam disiplin yang utama dalam yoga, Karma Yoga, Bhakti Yoga, Jnana Yoga, dan Raja Yoga.Gambar berikut adalah beberapa contoh peragaan praktik yoga.sumber. dok pribadiGambar 1.4 Yoga silasanasumber. dok pribadiGambar 1.5 Yoga bhujangasana 1sumber. dok pribadiGambar 1.6 Yoga bhujangasana 3sumber. dok pribadiGambar 1.7 Yoga purnadhanurasana Kelas XI SMA/SMK26Gambar di atas hanyalah sebagian kecil dari gerakan-gerakan yoga yang terdapat dalam ajaran agama Hindu. Gerakan yang lainnya diharapkan dapat dipraktikkan dengan baik dan sungguh-sungguh oleh peserta didik dalam proses pembelajaran di setiap sekolah (SMA/SMK). Jika yoga rutin dilakukan dalam kehidupan ini, kesejahteraan dan kebahagiaan pendidik dan peserta didik pada khususnya serta umat sedharma pada umumnya dapat terwujud.Uji Kompetensi1. Coba sebut dan jelaskan sikap- sikap yoga yang dapat menyembuhkan macam- macam penyakit!2. Setelah mengetahui sikap- sikap dalam yoga, coba praktikkan sikap- sikap yoga tersebut!3. Apa pengaruh praktik yoga dalam kehidupan sehari- hari?4. Buatlah rangkuman untuk masing-masing pokok bahasan berdasarkan sumber teks yang terdapat pada Bab 1 (Yoga Menurut Agama Hindu) materi pembelajaran ini, sesuai petunjuk khusus dari Bapak/Ibu guru yang mengajar!5. Amatilah gambar berikut ini, dan jelaskan! Sebelumnya diskusikanlah dengan orangtuamu di rumah. Gambar 1.8 Raja Yoga 2 Sumber : Dok. https://www.facebook.com sumber. www.facebook.comGambar 1.8 Raja Yoga 2 sumber. dok. Yoga asanasGambar 1.9 Yoga GabhsanaPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti27Yajña dalam Mahabharata “Sahayajñāh prajāh sṛṣtvā puro ‘vāsa prajāpatiá, anena prasavisyadhvam eṣa vo ‘iṣtakhamadhuk”.Terjemahannya:”Pada zaman dahulu kala Prajapati (Tuhan Yang Maha Esa) menciptakan manusia dengan yajna dan bersabda; dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu ”. (Bhagavad Gita, III.10). Setiap tindakan tanpa dilandasi keyakinan yang mantap, akan sia-sia. Demikian pula keyakinan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sraddha apnoti brahma apnoti, mereka yang memiliki iman yang mantap dapat mencapai dan bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa, demikian pula dalam melaksanakan yajna, mutlak dilandasi Sraddha (keimanan atau keyakinan) yang mantap.A. Pengertian dan Hakikat Yajña Perenungan“Ojaṡce me, sahaṡca me, ātmā ca me, tanūṡca me, ṡarma ca me, varma came, yajñena kalpantām.”Terjemahannya adalah.“Dengan sarana persembahan (yajña), semoga kami memperoleh sifat-sifat yang berikut ini: kemuliaan, kejayaan, kekuatan rohaniah, kekuatan jasmaniah, kesejahteraan dan perlindungan.” (Yajur Veda XVIII.3)Memahami TeksKata yajña berasal dari bahasa Sansekerta, dengan akar kata ”yaj” berarti memuja, mempersembahkan, korban. Dalam kamus bahasa Sansekerta, kata yajña diartikan; upacara korban, orang yang berkorban yang berhubungan dengan korban (yajña). Dalam kitab Bhagavad Gita dijelaskan, yajña artinya suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran untuk melaksanakan persembahan kepada Tuhan. Gambar 2.1 Memuja kebesaran Tuhan Sumber : Dok. Pribadi sumber. dok pribadi2.1 Yoga purnadhanurasanaBab 2Kelas XI SMA/SMK28 Yajña berarti upacara persembahan kurban suci. Pemujaan yang dilakukan menggunakan kurban suci memerlukan dukungan sikap dan mental yang suci juga. Sarana yang diperlukan sebagai perlengkapan sebuah yajña disebut dengan istilah upakara. Upakara yang tertata dalam bentuk tertentu yang difungsikan sebagai sarana memuja keagungan Tuhan disebut sesajen. Upakara dapat diartikan memberikan pelayanan yang ramah tamah atau kebaikan hati. Dengan demikian sudah semestinya setiap upakara yang dipersembahkan hendaknya dilandasi dengan kemantapan, ketulusan dan kesucian hati, yang diwujudkan dengan sikap dan perilaku ramah tamah bersumber dari hati yang hening dan suci.Tata cara atau rangkaian pelaksanaan suatu yajña disebut upacara. Kata upacara dalam kamus Sansekerta diartikan mendekati, kelakuan, sikap, pelaksanaan, kecukupan, pelayanan sopan santun, perhatian, penghormatan, hiasan, upacara, pengobatan. Kegiatan upacara dapat memberikan ciri-ciri tersendiri bagi agama-agama tertentu, sekaligus membedakannya dengan agama-agama yang lainnya. Setiap agama memiliki tatanan tersendiri dalam melaksanakan upacaranya. Di dalam pelaksanaan upacara diharapkan terjadinya suatu upaya untuk mendekatkan diri ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta prabhawanya, kepada alam lingkungannya, para pitara, para rsi atau maha rsi dan manusia sebagai sesamanya. Wujud dari pendekatan itu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk persembahan maupun tata pelaksanaan sebagaimana yang ditentukan dalam berbagai sastra yang memuat ajaran agama Hindu. Kesucian itu adalah sifat dari Tuhan Yang Maha Esa. Siapa pun orangnya bila berkeinginan mendekatkan diri dan berdoa ke hadapan Tuhan Yang Maha Suci, hendaknya menyucikan diri secara lahiriah dan bathiniah. Secara alamiah dunia beserta isinya harus bergerak harmonis, selaras, seimbang, dan saling mendukung. Agama Hindu mengajarkan umatnya selalu hidup harmonis, seimbang, selaras, dan saling mendukung. Gambar 2.2 Upacara Sembahyang Sumber : Dok. Pribadi sumber. dok pribadiGambar 2.2 upacara SembahyangPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti29 Tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran suci Veda hanya meminta saja dari alam, tetapi memberi kepada alam juga menjadi sebuah kewajiban dalam rangka menjaga keseimbangan alam. Katakanlah dengan bunga, kata orang bijak yang masih relevan dilakukan sepanjang zaman. Ketika memberi, tak boleh mengharapkan pengembalian, itu merupakan ajaran Veda tentang ketulusikhlasan. Saling memberi adalah satu-satunya cara untuk menjaga keteraturan sosial. Jangan heran bila di masyarakat dalam setiap upacara adat keagamaan selalu saling memberikan makanan.Gambar 2.2 Siswa Hindu Bali sedang sembahyang.Alam semesta ini diciptakan oleh Brahman dengan kekuatan-Nya sebagai Dewa Brahma. Isi alam yang kita nikmati untuk kesehatan lahir dan batin. Makanan yang disediakan oleh alam harus disyukuri dan dinikmati secara seimbang. Kitab suci Veda mengajarkan umat hindu dalam menyampaikan rasa syukur dengan memakai isi alam, yaitu bunga, daun, cahaya, air, dan buah. Isi alam ini dikemas, ditata dalam aturan tertentu sehingga menjadi sesajen persembahan (banten).Sesajen ini dipakai sebagai media persembahan kepada Brahman.Sesajen atau banten bukan makanan para dewa atau Tuhan, melainkan sarana umat dalam menyampaikan dan mewujudkan rasa bakti dan syukur kepada Brahman, Sang Hyang Widhi. Di dalam ajaran suci Veda, Santi Parwa atau Bhagavad Gita disebutkan, mereka yang makan sebelum memberikan yajña disebut pencuri. Veda mengajarkan tentang etika sopan santun, mengingat semua yang ada di dunia ini berasal dari Sang Hyang Widhi, maka tentu sangat sopan apabila sebelum makan diwajibkan mengadakan penghormatan dengan persembahan kepada pemilik makanan sesungguhnya, yaitu Sang Hyang Widhi. Dengan demikian, yajña itu adalah kurban suci yang tulus ikhlas untuk menjaga keseimbangan alam dan keteraturan sosial.Yajña berarti persembahan, pemujaan, penghormatan, dan kurban suci. Yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih. Berdasarkan sasaran yang akan diberikan yajña, maka korban suci ini dibedakan menjadi lima jenis sebagai berikut.a. Dewa YajñaYajña jenis ini adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widhi dengan segala manisfestasi-Nya. Contoh Dewa Yajña dalam kesehariannya, melaksanakan puja Tri Sandya, sedangkan contoh Dewa Yajña pada hari-hari tertentu melaksanakan piodalan di pura dan lain sebagainya.Kelas XI SMA/SMK30“kāòksanta karmaṇāṁ siddhiṁ yajanta iha devatāá, kṣipraṁ hi mānuṣe loke siddhir bhavati karma-jā”.Terjemahannya adalah.“Mereka yang menginginkan keberhasilan yang timbul dari karma, beryajña di dunia untuk para deva, karena keberhasilan manusia segera terjadi dari karma, yang lahir dari pengorbanan”. (Bhagavad Gita. IV.12).b. Rsi YajñaRsi Yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi. Mengapa yajña ini dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan melakukan puja surya sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan keselamatan dunia, alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran suci Veda juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan upacara dwijati disebut pandita, dan ada yang melaksanakan upacara ekajati disebut pinandita atau pemangku. Umat hindu memberikan yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang dimaksud untuk menghantarkan upacara yajña yang dilaksanakan.c. Pitra YajñaKorban suci jenis ini merupakan bentuk rasa normat dan terima kasih kepada para pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan oleh leluhur adalah memberikan persembahan yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Veda agar umat Hindu selalu saling memberi demi menjaga keteraturan sosial.d. Manusa YajñaManusa Yajña adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. sumber. dok pribadi2.4 Upacara MepandesGambar 2.4 “Upacara Mepandes” Sumber : Dok. Pribadi Gambar 2.3 “puja Saraswati” Sumber : Dok. Pribadi sumber. dok pribadiGambar 2.3 Puja SaraswatiPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti31Banyak pengungsi yang hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan melakukan Manusa Yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu secara sukarela. Dengan demikian, memahami Manusa Yajña tidak hanya sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga seperti donor darah dan membantu orang miskin.“yeyathāmāṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham, Mamavartmānuvartante manusyaá partha sarvaṡaá”.Terjemahannya adalah.“Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima wahai Arjuna. Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan”. (Bhagavad Gita.IV.11).Manusa Yajña dalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk dilaksanakan. Karena sekecil apa pun sebuah yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan terkena dampaknya. Agama Hindu mengajarkan agar upacara Manusa Yajña. dilakukan sejak anak dalam kandungan seorang ibu. Ada beberapa perbuatan yang diajarkan oleh Veda sebagai bentuk pelaksanaan dari ajaran Manusa Yajña, antara lain:a) Membantu orangtua, wanita atau anak-anak yang menyeberang jalan ketika kondisi lalu lintas sedang ramai.b) Menjenguk dan memberikan bantuan kepada teman yang sakit.c) Melakukan bakti sosial, donor darah, dan pengobatan gratis.d) Memberikan tempat duduk kita kepada orangtua, wanita, atau anak-anak ketika berada di dalam kendaraan umum.e) Memberikan beras kepada orang yang membutuhkan.f) Memberikan petunjuk jalan kepada orang yang tersesat.g) Membantu fakir miskin yang sangat membutuhkan pertolongan.h) Membantu teman atau siapa saja yang terkena musibah, bencana alam, kerusuhan, atau kecelakaan lalu lintas. Gambar 2.5 Persembahan “canang” Sumber - Dok. Pribadi Sumber - Dok Pribadi2.5 Persembahan “canang”Kelas XI SMA/SMK32i) Memberikan jalan terlebih dahulu kepada mobil ambulan yang sedang membawa orang sakit. Semua perilaku ini wajib dilatih, dibiasakan, dan dikembangkan sebagai bentuk pelaksanaan Manusa Yajña. Dalam konteks ini, tidak berarti hanya melakukan upacara saja, tetapi juga termasuk membantu orang.e. Bhuta Yajña Upacara Bhuta Yajña adalah korban suci untuk para bhuta, yaitu roh yang tidak nampak oleh mata tetapi ada di sekitar kita. Para bhuta cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, lebih suka mengganggu orang. Contoh upacara Bhuta Yajña adalah masegeh, macaru, tawur agung, panca wali krama. Sedangkan tujuannya adalah menetralisir kekuatan bhuta kala yang kurang baik menjadi kekuatan bhuta hita yang baik dan mendukung kehidupan umat manusia.Uji Kompetensi1. Apakah yang dimaksud dengan yajña dan jelaskanlah salah satu contohnya yang sudah kamu lakukan dalam kehidupan sehari- hari!2. Sebutkan bagian-bagian dari Panca Yajña dan berikan masing-masing satu contohnya!3. Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan upakara dan upacara dalam yajña? Sebelumnya diskusikanlah dengan orangtuamu di rumah. Gambar 2.6 Banten Caru Sumber : Dok. Pribadi Sumber: Dok PribadiGambar 2.6 Banten CaruPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti33B. Yajña dalam Mahabharata dan Masa Kini Perenungan”Svar yanto nāpekṣanta, ā dyaṁ rohanti rodasi. yajñam ye vi vatodharam, savidvamso vitenire”.Terjemahannya:”Para sarjana yang terkenal yang melaksanakan pengorbanan, mencapai kahyangan (sorga) tanpa suatu bantuan apa pun. Mereka membuat jalan masuk dengan mudah ke kahyangan (sorga), yang menyeberangi bumi dan wilayah-pertengahan”. (Yajur Veda XXIII.62)Memahami TeksSarpayajñaPada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa melaksanakan Yajña Sarpa yang sangat besar dan dihadiri seluruh rakyat dan undangan yang terdiri atas raja-raja terhormat dari negeri tetangga. Bukan itu saja, undangan juga datang dari para pertapa suci yang berasal dari hutan atau gunung. Tidak dapat dilukiskan betapa meriahnya pelaksanaan upacara besar yang mengambil tingkatan utamaning utama.Menjelang puncak pelaksanaan yajña, datanglah seorang brahmana suci dari hutan ikut memberikan doa restu dan menjadi saksi atas pelaksanaan upacara yang besar itu. Seperti biasanya, setiap tamu yang hadir dihidangkan berbagai macam makanan yang lezat dalam jumlah yang tidak terhingga. Kepada brahmana utama ini diberikan suguhan yang enak-enak. Setelah melalui perjalanan yang sangat jauh dari gunung ke ibu kota Hastinapura, ia sangat lapar dan pakaiannya mulai terlihat kotor. Begitu dihidangkan makanan oleh para dayang kerajaan, Sang Brahmana Utamapun langsung melahapnya dengan cepat bagaikan orang yang tidak pernah menemukan makanan. Bersamaan dengan itu melintaslah Dewi Drupadi yang tidak lain adalah penyelenggara yajña besar tersebut. Melihat cara Brahmana Utama menyantap makanan dengan tergesa-gesa, berkomentarlah Drupadi sambil mencela. “Kasihan Brahmana Utama itu, seperti tidak pernah melihat makanan, cara makannya tergesa-gesa,”kata Drupadi dengan nada mengejek. Walaupun jarak antara Dewi Drupadi dengan Sang Brahmana Utama cukup jauh, tetapi karena kesaktiannya ia dapat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh Drupadi. Sang Brahmana Utama diam, tetapi batinnya kecewa. Drupadi pun melupakan peristiwa tersebut.Next >