< PreviousKelas XI SMA/SMK54 Ajaran Catur Guru Berhasilnya seseorang menempuh jenjang pendidikan tertentu ( pendidikan tinggi yang berkualitas) tidak akan mungkin bila kita tidak memiliki rasa bhakti kepada Catur Guru. Mereka yang melaksanakan ajaran Guru Bhakti sejak dini (anak-anak), pada umumnya memiliki disiplin dan percaya diri yang mantap pula. Dengan disiplin dan percaya diri yang mantap, tidak saja akan sukses dalam bidang akademik, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya. Di sinilah kita melihat ajaran Catur Guru Bhakti senantiasa relevan sepanjang masa, sesuai dengan sifat agama Hindu yang Sanatana Dharma. Aktualisasi ajaran Guru Bhakti atau rasa bhakti kepada Catur Guru dapat dikembangkan dalam situasi apa pun, sebab hakikat dari ajaran ini adalah untuk pendidikan diri, utamanya pendidikan disiplin, patuh dan taat kepada sang Catur Guru dalam arti yang seluas-luasnya.3. Karma Marga YogaBerkarma Tulus dan MembantuBerbuat ikhlas dan membantu dalam bahasa Bali Ngayah dan Matatulung: merupakan suatu istilah yang ada di Bali dan identik dengan gotong royong. Ngayah ini dapat dilakukan di pura-pura dalam hal upacara keagamaan, seperti odalan-odalan/karya. Sedangkan matatulungan ini bisa dilakukan antarmanuasia yang mengadakan upacara ke-agamaan pula, seperti upacara pawiwahan, mecaru dan lain sebagainya. Sesuai dengan ajaran karma yoga, hendaknya ngayah atau matatulungan ini dilakukan secara ikhlas tanpa ada ikatan apa pun. Dengan demikian, apa yang kita lakukan dapat memberikan suatu manfaat.Berkarma yang Baik Berbuat baik atau mekarma sane melah hendaknya selalu kita lakukan. Dalam agama Hindu ada slogan mengatakan “Rame ing gawe sepi ing pamrih” Slogan itu begitu melekat pada diri kita sebagai orang Hindu. Banyaklah berbuat baik Gambar 3.8 Ngayah - Karma Marga Sumber : Dok. Pribadi sumber. Dok Pribadi3.8 Ngayah Karma MargaPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti55tanpa pernah berpikir dan berharap suatu balasan. Dengan begitu niscaya kita akan selalu mendapat karunia-Nya tanpa pernah terpikirkan dan kita sadari. Untuk melaksanakan slogan itu dalam kehidupan sehari-hari, tidaklah mudah untuk memulainya. Sebagai makhluk ciptaan Brahman, sepantasnya kita menyadari bahwa sebagian dari hidup kita adalah untuk melayani. Ber-karma baik itu adalah suatu pelayanan. Kita akan ikut berbahagia bila bisa menyenangkan orang lain. Hal ini tentu dibatasi oleh perbuatan Dharma. Slogan “Tat Twam Asi” adalah salah satu dasar untuk ber-Karma Baik. Engkau adalah Aku, Itu adalah Kamu juga. Suatu slogan yang sangat sederhana untuk diucapkan, tapi memiliki arti yang sangat mendalam, baik dalam arti pada kehidupan sosial umat dan juga sebagai diri sendiri/individu yang memiliki pertanggungjawaban karma langsung kepada Brahman.Ajaran Karmaphala Karmaphala merupakan hasil dari suatu perbuatan yang dilakukan. Kita percaya bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan diterimanya, demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk, buruk pula yang akan diterimanya. Karmaphala memberi keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk. Karmaphala mengantarkan roh (atma) masuk surga atau masuk neraka. Bila dalam hidupnya selalu berkarma baik maka pahala yang didapat adalah surga, sebaliknya bila hidupnya itu selalu berkarma buruk maka hukuman nerakalah yang diterimanya. Dalam pustaka- pustaka dan ceritera- ceritera keagamaan dijelaskan bahwa surga artinya alam atas, alam suksma, alam kebahagiaan, alam yang serba indah dan serba mengenakkan. Neraka adalah alam hukuman, tempat roh atau atma mendapat siksaan sebagai hasil dan perbuatan buruk selama masa hidupnya. Selesai menikmati surga atau neraka, roh atau atma akan mendapatkan kesempatan mengalami penjelmaan kembali sebagai karya penebusan dalam usaha menuju moksa.4. Raja Marga YogaPenerapan Raja Marga Yoga ini antara lain terdapat pada ajaran Astāngga yoga, yaitu catur brata penyepian.Kelas XI SMA/SMK56Ajaran Astāngga yoga Astāngga yoga merupakan delapan anggota dari raja yoga yang terdiri dari yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi adalah delapan anggota (anga) dari Raja Yoga yama membentuk disiplin etika yang memurnikan hati. Yama terdiri atas ahimsa (tanpa kekerasan), satya (kejujuran), brahmacarya (selibat), asteya (tidak mencuri), dan aparigraha (tidak menerima pemberian kemewahan). Semua kebajikan berakar pada ahimsa. Niyama adalah kepatuhan, dan tersusun atas sauca (permurnian dalam dan luar), santosa (kepuasan jiwa), tapas (kesederhanaan/pengendalian diri), svadhyaya (belajar kitab suci dan pengucaran mantra) dan isvarapranidhana (berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa). Mereka yang bagus dalam yama dan niyama akan cepat maju dalam melaksanakan yoga pada umumnya. Dengan yama dan niyama seseorang dapat mewujudkan cittasuddhi atau atmasuddhi (kesucian hati).Asana, pranayama dan pratyahara merupakan perlengkapan pendahuluan dari yoga. Asana adalah sikap badan yang benar. Pranayama adalah pengaturan napas, yang menghasilkan ketenangan indra dan kemantapan pikiran serta kesehatan yang baik. Pratyahara adalah penarikan indra-indra dari objek-objeknya. Seseorang harus melakukan pratyahara untuk dapat melihat di dalam batin dan memiliki pemusatan pikiran. Dharana adalah konsentrasi pikiran pada suatu objek atau cakra dalam istadevata. Lalu menyusul dhyana, atau meditasi pengaliran yang tak henti-hentinya dari pemikiran satu objek, yang nantinya membawa kepada keadaan samadhi. Saat seperti itu yang bermeditasi dan yang dimeditasikan menjadi satu. Semua vritti yakni gejolak pikiran mengendap. Pikiran kehilangan fung-sinya. Segala samskara, kesan-kesan dan vasana (kecen-derungan dan pikiran halus) terbakar sepenuhnya dan yogi (pelaksana yoga) terbebas dari kelahiran dan kematian. Ia mencapai kaivalya atau pembebasan akhir (kemerdekaan mutlak) Gambar 3.9 Raja Marga Sumber : Dok. https://www.facebook.com sumber. www.facebook.comGambar 3.9 Raja MargaPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti57Pelaksanaan Hari Raya Nyepi, pada hakikatnya merupakan penyucian bhuwana agung dan bhuwana alit (makro dan mikrokosmos) untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir bathin (jagadhita dan moksa) terbinanya kehidupan yang berlandaskan satyam (kebenaran), sivam (kesucian), dan sundaram (keharmonisan/keindahan).Uji Kompetensi1. Coba sebutkan contoh-contoh pengalaman pribadimu yang sudah dilakukan dalam menerapkan ajaran Catur Marga!2. Termasuk pada bagian yang manakah dalam Catur Marga pelaksanaan Tri Sandya?3. Bagaimana hubungan mebanten Saiban, dengan ajaran Catur Marga itu? Jelaskanlah! Sebelumnya diskusikanlah dengan orangtuamu di rumah! D. Hubungan Catur Marga dengan Tujuan Ajaran Agama Hindu Perenungan“Dharma ewa plawo nanyah swargam sabhiwanchatam sa ca naurpwanijastatam jala dhen paramicchatah”. Ikang dharma ngaranya, hetuning mare ring swarga ika, kadi gatining prahu, an hetuning banyaga nentasing tasik”Terjemahannya adalah.“Yang disebut dharma, penyebab menuju sampai ke surga itu, seperti halnya sebuah perahu alat bagi pedagang menyebrangi laut” (Sarasamuçcaya I.14).Memahami TeksUmat manusia tentunya memiliki tujuan hidup, termasuk umat Hindu memiliki tujuan hidup yang jelas yakni seperti berikut ini.1. Moksartham jagad hita ya ca iti Dharma.2. Catur Purusartha.3. Santa Jagadhita.4. Sukerta Sakala lan Niskala.5. Mencapai keharmonisan hidup sesuai ajaran Catur Marga.Penerapan Catur Marga oleh umat Hindu sesungguhnya telah diterapkan secara rutin dalam kehidupannya sehari- hari, termasuk juga oleh umat Hindu yang tinggal di Bali maupun yang tinggal di luar Bali. Banyak cara dan jalan yang dapat ditempuh untuk dapat menerapkannya.Kelas XI SMA/SMK58Sesuai dengan ajaran Catur Marga, penerapannya disesuaikan dengan kondisi atau keadaan setempat yang berdasarkan atas tradisi, sima, adat istiadat, drsta, atau pun yang lebih dikenal di Bali yakni desa, kala, patra atau desa mawa cara. Inti dari penerapan Catur Marga adalah untuk memantapkan mengenai hidup dan kehidupan umat manusia di alam semesta ini, terutama untuk peningkatan, pencerahan, serta memantapkan keyakinan atau kepercayaan (sraddha) dan pengabdian (bhakti) terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan memahami dan menerapkan ajaran Catur Marga, diharapkan segenap umat Hindu dapat menjadi umat yang berkualitas, bertanggung jawab, memiliki loyalitas, dedikasi, jati diri yang mulia dan harapan lainnya guna tercapai kehidupan yang damai, rukun, tenteram, sejahtera, bahagia dan sebagainya. Jadi dengan penerapan ajaran Catur Marga diharapkan agar tujuan dari agama Hindu dapat terwujud. Uji Kompetensi1. Manfaat apakah yang kamu dapatkan setelah dalam kehidupan sehari-hari melaksanakan ajaran Catur Marga secara konsisten? Jelaskanlah!2. Apa yang kamu ketahui bila umat Hindu tidak melaksanakan ajaran Catur Marga? 3. Apakah tujuan hidup manusia bisa tercapai bila tidak melaksanakan ajaran agamanya? Jelaskanlah!4. Buatlah rangkuman untuk masing-masing pokok bahasan berdasarkan sumber teks yang terdapat pada Bab 3 (Catur Marga) materi pembelajaran ini sesuai petunjuk khusus dari Bapak/Ibu guru yang mengajar! Sebelumnya diskusikanlah dengan orangtuamu di rumah!5. Amatilah gambar berikut ini dengan baik dan benar, selanjutnya buatlah deskripsinya! Gambar 3.10 Menuju Pulau Harapan Sumber : Dok. https://www.facebook.com sumber. www.facebook.com3.10 Menuju Pulau Harapan sumber. Dok. PribadiGambar 3.11 YajnaPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti59Vibhuti Mãrga“Ud vayaṁ tamataspari jyatis paṡyanta uttaram, Dewaṁ devatrā sūryam aganma jyotir uttamam” Terjemahannya:“Dengan memandang sinar suci di luar alam gelap, kami sampai pada Sūrya, Dewata utama (tertinggi),sinar yang amat bagus” (Åg Veda I. 50. 10)A. Pengertian dan Hakikat Vibhuti Mãrga Perenungan“Vṛhatsumnaá prasavitā nivesano jagataá sthāturubhasya yo vasi, sa no devaá savita sarma yaccha tvasme ksayāya trivarutham amhasah”. Terjemahannya adalah.“Tuhan Yang Mahapengasih, yang memberi kehidupan kepada alam semesta, dan menegakkannya, ia yang mengatur baik yang bergerak dan yang tak bergerak, semoga ia, Savitar memberikan rakhmat-Nya kepada kami, untuk ketentraman hidup dengan kemampuan melawan kekuatan jahat” (Åg Veda IV.53. 6).Memahami TeksTuhan dalam keadaan tanpa sifat disebut nirguna atau sunya. Nirguna atau sunya adalah istilah yang digunakan untuk memahami hakikat Tuhan dalam keadaan hukumnya semula. Dalam ilmu filsafat dikatakan sebagai keadaan alam transendental. Transendental adalah sesuatu yang berada di luar lingkaran kemampuan pikir. Kalau diibaratkan fikiran itu mempunyai batas seperti lingkaran, segala yang ada di luar lingkaran dinamakan dalam alam transendental. Kitab Brahma Sutra memberi keterangan tentang aspek transendental itu dengan kalimat sebagai berikut. ‘Tad adwyaktm, Aha hi’ artinya sesungguhnya Tuhan itu yang tak terkatakan. Menggambarkan keagungan sifat-sifat Tuhan itu merupakan ajaran dari Vibhuti Marga.Bab 4Kelas XI SMA/SMK60Vibhuti Mārga berasal dari bahasa Sansekerta. Kata (Vibhu - ti) Vibhu ...(adjective): hadir di mana-mana; kekal; mengembang seluas-luasnya; kuat. ...(masculine): yang kuasa; yang maha kuasa; Brahman. Mārga ...(masculine : jalan; saluran; cara; gaya. Vibhuti mārga : Jalan atau cara – Brahman (Kamus Kecil Sansekerta – Indonesia, hal. 174 - 224).Vibhuti Mārga berarti kebesaran dan kemuliaan Tuhan yang dihayati oleh para Maha Rsi melalui spiritual. Vibhuti Marga adalah penghayatan terhadap kebenaran dan kemuliaan Tuhan yang dihayati oleh para maharesi melalui spiritual yang kemudian penghayatannya dilukiskan dalam bentuk puisi sebagai rasa kekagumannya. Hakikat utama ajaran Vibhuti Marga adalah memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan persoalan-persoalan yang muncul mengenai sifat-sifat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang transendental atau di luar alam indra.Penggambaran sifat-sifat mulia dan agung dari Tuhan yang melebihi dari segala yang ada merupakan ajaran Vibhuti Marga. Dalam ajaran ini dilukiskan sifat-sifat agung dari Tuhan seperti dewa dari semua dewa, maha bijaksana, maha mengetahui, maha adil, maha tinggi dan sebagainya. Semuanya ini adalah bentuk dari ajaran Vibhuti Marga. Kesadaran spiritual dalam penghayatan terhadap keagungan Tuhan yang dirasakan oleh seorang Maha Rsi di mana kekagumannya ini dilukiskan dengan suatu puisi yang bersifat abstrak yang mengandung makna moral yang digubah dengan begitu indahnya sehingga puisi itu bernilai sangat tinggi.Sumber yang digunakan untuk melukiskan segala keindahan itu adalah sinar. Oleh sebab itu sinar menjadi objek utama dan sangat dikagumi oleh para pujangga, sehingga akhirnya sinar menjadi simbul keindahan dan kemuliaan jiwa. Sinar merupakan simbol kebenaran, gambaran hukum Rta, kebaikan, kemuliaan, keindahan akal budi dan sebagainya. Dewa Agni sebagai dewa keagungan, dan sumber sinar. Maka ia dipuja sebagai yang berkilauan, memancarkan sinarnya ke bumi, ke langit, ke laut dan memberikan kehidupan pada semua makhluk. Gambar 4.1 Para Maharsi pemuja Tuhan Sumber : Dok. https://www.facebook.com sumber. www.facebook.com4.1 Para Maharsi pemuja TuhanPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti61Dewa Surya dipandang sebagai dewa sumber yang memberikan kehidupan, sehingga dewa ini dipandang sebagai atman dari semua makhluk hidup baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Sinar dipandang sebagai sesuatu yang suci yang meliputi seluruh alam semesta seperti terlukis dalam mantra berikut ini.”Šiṣarṇaá ṡiṣarṇo jagatas tasthusas patiṁ samayā viṡvam a rajaá sapta ṡvasārah suvitāya sūrya vahanti harito rathe. taccakṣur devahitaṁ ṡukram uccarat, paṡyema ṡaradaá ṡataṁ jivema ṡaradaá ṡatam”Terjemahannya adalah.”Ia yang bersinar menerangi seluruh alam, Sūya, Dewata yang bergerak dan yang tidak bergerak. Tujuh putri dalam satu kereta, demi kesejahteraan dunia mata bersinar, dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, menyingsing, semoga kami dapat menyaksikannya selama seratus tahun, semoga kami hidup selama seratus tahun” (Åg Veda VII.66.15-16)Pada jalan kemegahan atau Vibhuti Marga ini, para maharsi menerima sabda suci serta membayangkan-Nya sebagai sesuatu yang indah, meriah dan megah. Pemuja mengagungkan-Nya sebagai menggetarkan sikap spiritual puitis dari sabda yang merupakan kenyataan yang sangat luhur. Kebesaran-Nya sesungguhnya di luar jangkauan akal pikir umat manusia. Devata sesuai akar katanya, berarti yang bersinar, maka para maharsi menangkap sinar kesucian-Nya yang dilukiskan dalam mantra-mantra Veda yang indah, suci penuh pesona batin.Uji Kompetensi1. Apakah yang dimaksud dengan Vibhuti Marga? Jelaskanlah!2. Galilah konsep ajaran Vibhuti Marga yang ada pada berbagai jenis sumber buku yang pernah dibaca. Tuliskanlah dan pahamilah konsep-konsep yang dimaksud, selanjutnya tuangkan karyamu masing-masing dalam portopolio.Kelas XI SMA/SMK62B. Penerapan Vibhuti Marga dalam Kehidupan Perenungan“Tam insanām jagatattasdhusas pati ghiyam jinvār avase humahe vayam pusa no yatha vedasā masad vrghe raksita payuradacvah svataye”Terjemahannya adalah.“Ya, Yang Mahakuasa, dewa bagi yang bergerak dan yang tidak bergerak, yang mengilhami pikiran, kami mohon pertolongan. Semoga Tuhan, pelindung kami dan yang menjaga kami, yang tak terkalahkan, lipat gandakanlah kekayaan kami untuk kesejahteraan kami” (Åg Veda I.89-5).Memahami TeksSifat-sifat Tuhan dalam kitab suci agama Hindu dilukiskan sebagai Yang Mahamengetahui dan Mahakuasa. Dia merupakan perwujudan keadilan, kasih sayang dan keindahan. Dalam kenyataannya, Dia merupakan perwujudan dari segala kualitas terberkati yang senantiasa dapat dipahami manusia. Dia senantiasa siap mencurahkan anugerah, kasih dan berkah-Nya pada ciptaan-Nya. Dengan kata lain, tujuan utama penciptaan dunia semesta ini adalah untuk mencurahkan berkah-Nya pada makhluk-makhluk, membimbingnya secara bertahap dari keadaan yang kurang sempurna menuju keadaan yang lebih sempurna. Dengan mudah Dia disenangkan dengan doa dan permohonan dari para pemuja-Nya. Namun, tanggapan-Nya pada doa ini dituntun oleh prinsip yang hendaknya tidak bertentangan dengan hukum kosmis yang berkenaan dengan kesejahteraan umum dunia dan hukum karma yang berkaitan dengan kesejahteraan pribadi-pribadi khususnya. Kitab suci Veda menyatakan sebagai berikut.“Ko addhā veda ka iha pra vocad, devāṁ acchā pathyā kā sam eti, dadṛṡra eṣām avamā sadāṁsi, pareṣu yā guhyeṣu vrateṣu.”Terjemahannya adalah. “Kami mengetahui apa yang benar atau siapakah di sini yang dapat menyatakannya? jalan apakah yang pantas untuk menuntun pada kekuatan Tuhan (ilahi)? hanya tempat kediaman yang lebih rendah yang dipahami, bukan yang terletak pada lokasi misterius.” (Rg. Veda III.54.5). Gambar 4.2 Perwujudan sifat Tuhan Sumber : Dok. https://www.facebook.com sumber. www.facebook.com4.2 Perwujudan sifat TuhanPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti63Jalan (patha) menuju Tuhan ialah cara bagaimana seseorang akan sampai kepada Tuhan atau pada wilayah Tuhan. Menurut Mantra di atas, tidak ada manusia yang mengetahuinya dengan pasti dan dapat menegaskan bahwa jalan itu adalah satu-satunya jalan yang akan dapat membawanya kepada Tuhan, atau menunjukkan sebagai jalan yang paling aman dan paling singkat menuju Tuhan. Adalah hal yang wajar, untuk mencapai tempat yang dituju, orang harus mengenal tempat itu, dan demikian pula untuk sampai kepada Tuhan, orang harus mengenal Tuhan. Tetapi pengetahuan kita tentang Tuhan serba terbatas. Demikian pula cara mengetahuinya terlalu berliku-liku sehingga dapat menyesatkan tanpa kesadaran dan berpikir selalu tentang Tuhan. Oleh karena itu penggambaran untuk mengenal Tuhan itu dilukiskan seperti dengan gambar ;Swastika, Padma, Acintya, dan yang lainnya. Orang yang ingin pergi ke Bali, setidak-tidaknya mengenal ciri-ciri yang dikatakan Pulau Bali yang berbeda dari pulau lainnya. Orang harus mendapatkan petunjuk-petunjuk. Tanpa itu orang dapat nyasar ke tempat lain, lebih-lebih bagi seorang asing yang akan pergi ke tempat itu. Begitulah dapat kita umpamakan orang yang akan mencari jalan menuju Tuhan harus mengenal jalan-jalan itu dan mengenal nama-nama menuju Tuhan dan akhirnya sampai pada Tuhan itu.Salah satu petunjuk yang kita peroleh adalah keterangan yang mengatakan agar kita membaca Weda atau kitab suci agama Hindu. Karena di dalam kitab suci itulah pertama-tama kita akan mendapatkan keterangan tentang Tuhan dan cara mencapai tujuan itu. Orang harus memuja Tuhan untuk sampai kepada Tuhan dan bukan lainnya. (Isa Up. ‘l3).Demikian pula di dalam kitab Gandharwa Tantra dikemukakan bahwa seseorang hendaknya memuja Tuhan (Dewa) bukan Dewa-dewa. Di dalam kitab Agni Purana dikemukakan pula bahwa dengan memuja Rudra orang sampai kepada Rudra, dengan memuja Surya orang sampai kepada Surya, dengan memuja Wisnu orang sampai kepada Wisnu, dengan memuja Sakti orang sampai kepada Sakti. Oleh karena itu orang harus memuja Tuhan untuk sampai kepada Tuhan. Jadi semua kitab suci Hindu itu pada dasarnya mengajarkan pemujaan kepada Tuhan. Gambar 4.3 Acintya dalam Wibhuti marga Sumber : Dok. https://www.facebook.com sumber. www.facebook.com4.3 Acintya dalam Wibhuti margaNext >