< Previous 46 Kita ambil contoh sebuah dekoder biner ke oktal, memiliki 3 kode input biner dan dapat mengaktifkan satu dari 8 saluran output. Sedangkan enkoder merupakan kebalikannya yaitu oktal ke biner, memiliki 8 input yang boleh High salah satu dan menghasilkan 3 binaari output. Gambar 1.21 Enkoder Oktal ke Biner Tabel 5. 5 Tabel Kebenaran Enkoder Oktal ke Biner Dari tabel dapat dilihat bahwa saat A2 = 1, maka output yang dihasilkan adalah 010 dan saat A5 = 1 output yang dihasilkan adalah 101. Begitu pula untuk enkoder Desimal ke BCD pada prinsipnya sama, yaitu dengan memberikan Low pada salah satu input karena kondisi normal 47 High sesuai gambar 23 dan akan menghasilkan nilai BCD pada output. Sebagai contoh kita berikan signal Low pada A7, maka pada output akan dihasilkan nilai BCD 0111 yang berarti nilai 7. Gambar 1.22 Enkoder Desimal ke BCD 3.3 Multiplekser dan Demultiplexer 3.3.1 Multiplexer Multiplekser adalah rangkaian logika yang memiliki beberapa saluran data input, satu saluran output dan kombinasi pemilih saluran input. Pemilih saluran input sering disebut dengan pengalamatan input (Address), sehingga melalui pemilih ini kita dapat menentukan data pada saluran input mana yang dapat disalurkan ke output. Gambar 1.23 Multiplexer Pada gambar 5.16 ditunjukan adanya sejumlah N saluran input, satu saluran output (Z) dan pemilih saluran input (select input), sebagai contoh output Z akan memiliki data yang sama dengan data yang ada pada saluran input I3 bilamana pemilih diset untuk memilih input I3. 48 3.3.2 Empat Kanal Multiplekser Empat kanal multiplekser merupakan pengembangan rangkaian dua input multiplekser, dimana pada saluran pemilih input bukan lagi dari 1 bit tetapi 2 bit yaitu S1 dan S2. Pemilihan saluran input dilakukan dengan memberikan kombinasi pada S1 dan S2, sedangkan kombinasi pemilih S1 dan S2 akan menghasilkan 4 alamat yaitu 00, 01, 10 dan 1. Untuk multiplekser 2, 4, 8 dan 16 input saat ini dapat diperoleh dalam kemasan IC-TTL atau kemasan IC-CMOS, dalam aplikasinya kombinasi dari IC tersebut dapat digunakan untuk membuat multiplekser dengan saluran input yang banyak. Gambar 1.24 Empat kanal Multiplexer . Secara blok diagram multiplekser dapat dilihat pada gambar 31 a. memberikan ilustrasi 8 kanal multiplekser dan gambae 31 b. merupakan diagram 2 kanal 4-bit multiplekser. Gambar 1.25 8 Kanal Multiplxer 49 Tabel 5. 6 Switch Selektor 8 Kanal Multiplexer Gambar 1.26 Multiplexer 2 - 4 bit 3.4 Demultiplekser (Distributor Data) Demultiplekser merupakan kebalikan dari multiplekser, yaitu hanya memiliki satu data input, beberapa saluran output dan pemilih saluran output. Gambar berikut menunjukan blok diagram sebuah demultiplekser: Gambar 1.27 Demultiplexer 50 Untuk lebih jelas kita ambil sebuah contoh rangkaian demultiplekser yang dikenal dengan 1 line to 8 line, yaitu satu saluran input ke delapan saluran output dan untuk memilih saluran Gambar 1.28 Rangkaian Logika 1 Line to 8 Line Output digunakan pemilih 3 bit ( 000 – 111 ). Sebagai contoh kombinasi pemilih 010, maka data input akan disalurka ke output O2. Tabel 5. 7 Tabel kebenaran 1 kine to 8 line 51 4. Rangkaian Pembangki Pulsa / detak (Clock) Multivibrator adalah sebuah rangkaian regenerative yang digunakan secara luas dalam aplikasi pewaktuan. Multivibrator ini adalah rangkaian yang membentuk suatu gelombang yang memberikan gelombang kotan yang semetris maupun tidak simetris. Multivibrator mempunyai dua pernyataan yaitu stable atau quasi stable tergantung pada jenis dari multivibrator. 4.1 Multivibrator Monostable Multivibrator monostable membangkitkan pulsa tunggal dalam durasi tertentu sebagai respon pada setiap sinyal trigger eksternal. Multivibratoe jenis ini hanya kempunyai satu pernyataan stable. Aplikasi dari trigger mengaibatkan sebuah perubahan ke pernyataan quasi-stable. Sebuah sinyal eksternal trigger yang terbangkit oleh karena pengisian dan pengosogan dari kapasitor menghasilkan transisi ke pernyataan stable aslinya. 4.2 Multivibrator Astable Multivibrator astable adalah osilator free-running yang mempunyai dua pernyataan quasi-stable. Oleh karenanya, osilasi antara dua pernyataan dan tidak ada sinyal eksternal yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan pernyataan. 52 4.3 Multivibrator Bistable Multivibrator bistable adalah satu mempertahankan level tegangan output yang diberikan kecuali sebuah trigger eksternal diterapkan. Aplikasi dari sebuah sinyal trigger eksternal mengakibatkan sebuah perubahan pernyataan, dan level output ini dipertahankan secara tidak pasti sampai sebuah trigger yang kedua diterapkan. Oleh karena itu diperlukan dua trigger eksternal sebelum kembali ke pernyataan awalnya. 4.4 Multivibrator Berbasis Timer IC timer 555 adalah salah satu yang paling banyak digunakan, rangkaian multivibrotor monostable dan astable dapat dikonfigurasi dengan IC ini dengan mudah, ini adalah alas an mengapa IC ini banyak dipakai secara luas. Gambar 10.9 menunjukkan gambar skematik internal dari timer IC 555. IC ini terdiri dari dua komparator opamp, sebuah flip-flop, transistor untuk pengosongan, tiga buah resistor dan sebuah output. Resistor mengatur tegangan referensi pada input non-inverting dari komparator bagian bawah dan input inverting dari komparator bagian atas pada (+ VCC/3) dan (+2VCC/3). Output dari komparator diberikan ke input SET dan RESET dari flip-flop dan ini akan menentukan status logika dari outputnya dan sub-sekuen output final. Output flip-flop komplemen memberikan tahapan output dan sebagai basis dari transistor pengosongan. Ini meyakinkan bahwa ketika output adalah HIGH transistor pengosongan adalah OFF, dan ketika output adalah LOW transistor pengosongan adalah ON. Terminal yang berbeda dari timer 555 didisain sebagai ground (terminal 1), trigger (terminal 2), output (terminal 3), reset (terminal 4), kontrol (terminal 5, threshold (terminal 6) discharge (terminal 7) dan + VCC (terminal 8). 53 Gambar 1.29 Skematik Internal dari Timer IC 555 4.5 Multivibrator Astable Menggunakan Timer IC 555 Gambar 1.30 (a) menunjukan rangkaian multivibrator astable berbasis timer 555. Awalnya kapasitor C adalah dalam keadaan muatannya adalah kosong, yang mana memaksa output ke posisi pernyataan HIGH. Dengan terbukanya transistor pengosongan mengizinkan kapasitor C mengisi dari + VCC melalui R1 dan R2. Ketika tegangan C melebihi +2VCC/3, output menjadi LOW dan transistor pengosongan menjadi ON pada saat yang bersamaan. Kapasitor C mulai proses pengosongan melalui R2 dan transistor pengosongan yang terdapat di dalam IC. Ketika tegangan di C turun di bawah +2VCC/3, output kembali ke pernyataan HIGH. Siklus pengisian dan pengosongan diulangi dan rangkaian berjalan seperti multivibrator free-running. Terminal 4 dari IC adalah terminal RESET, yang biasanya dihubungkan ke +VCC. Jika tegangan pada terminal dibawah 0,4 V, output dipaksa ke pernyataan LOW dan menggantikan command pulse pada terminal 2 dari IC. Perioda waktu pernyataan HIGH dan LOW diatur dengan perubahan waktu pengisian (+VCC/3 sampai +2VCC/3) dan waktu pengosongan (+2VCC/3 sampai +VCC/3), ini diberikan oleh persamaan: THIGH = 0,69 (R1 + R2) C TLOW = 0,69.R2.C 54 Bentuk gelombang seperti ditunjukan pada gambar 10.10 (b). perioda waktu T dan frekuensi f dari gelombang output diberikan oleh persamaan: Perioda waktu T = 0,69 (R1 + R2) C Frekuensi f = 1/ 0,69 (R1 + R2) C Ingat bahwa ketika multivibrato astable diberi daya, perioda waktu siklus pertama pernyataan HIGH adalah 30% lebih lama, oleh karena kapasitor awalnya kosong dan mengisi mulai dari 0. Dalam hal ini rangkaian multivibrator dalam gambar 1.30 (a), perioda waktu pernyataan HIGH selalu lebih besar dari pernyataan LOW. (a) (b) Gambar 1.30 (a) Multivibrator astable menggunakan Timer IC 555, (b) bentuk gelombang. 55 4.5.1 Multivibrator Monostable Menggunakan Timer IC 555 Gambar 1.31 (a) menunjukan konfigurasi rangkaian multivibrator berbasis timer 555. Pulsa trigger diterapkan pada terminal 2 dari IC, yang mana awalnya dijaga pada tegangan + VCC. status HIGH pada terminal 2 memaksa output menjadi LOW. Pulsa trigger dari HIGH ke LOW pada terminal 2 mempertahankan output pada pernyataan HIGH dan pada saat yang bersamaan mengizinkan kapasitor mengisi muatan dari + VCC melalui R. ingat bahwa level LOW dari pulsa trigger memerlukan paling sedikit di bawah + VCC/3. Ketika tegangan kapasitor melebihi + 2VCC/3, output kembali lagi ke pernyataan LOW. Kita akan perlu menerapkan pulsa trigger yang lain ke terminal 2 untuk membuat output menjadi pernyataan HIGH kembali. Setiap waktu timer ditriger output menjadi pernyataan HIGH dan tetap pada statusnya sampai kapasitor mengisi dari 0 sampai + 2VCC/3. Perioda waktu ini, yang mana sama dengan lebar pulsa output monoshot, seperti yang diberikan oleh persamaan: T = 1,1 RC (a) Next >