< Previous 2. Uraian Materi a. Persiapan lahan Persiapan lahan adalah penciptaan lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan bibit yang ditanam. Kita harus lakukan persiapan lahan ini yang sebaik-baiknya karena kita diberi amanah untuk menyiapkan tempat tumbuhnya bagi makhuknya Tuhan yaitu benih melon apabila benih kita siapkan dengan media yang terbaik kita yakin bahwa Tuhan akan membalas kebaikkan kita sehingga tumbuhnya benih jadi lebih baik dan mudah-mudahan hasil lebih optimal amiin. Persiapatan lahan bertujuan untuk mendapatkan daya hidup tanaman yang maksimal dan pertumbuhan awal tanaman yang cepat. (Reni, S.W. 2010). Kegiatan persipan lahan tersebut meliputi: 1) Menghilangkan vegetasi yang tidak diinginkan seperti: membuang tungul, akar dan bebatuan. 2) Beberapa perlakuan untuk memfasilitasi pertumbuhan tanaman dan memperbaiki kondisi fisik lahan dalam menunjang pertumbuhan dan daya hidup bibit selanjutnya. Persiapan lahan dalam budidaya melon ada beberapa tahapan antara lain; pembersihan lahan, pengukuran pH tanah, pengukuran lahan, pembentukan bedengan, pemupukan dasar, dan pemasangan mulsa b. Pembersihan lahan Lahan yang banyak sisa-sisa tanaman dari kegiatan produksi sebelumnya atau rerumputan dan semak yang tumbuh pada lahan tersebut baik lahan darat maupun sawah, pertama kali harus dibersihkan untuk memudahkan kegiatan pengolahan tanah. Pembersihan lahan ini dapat dilakukan dengan pembabatan, penggunaan herbisida , dan pencabutan. Cara pembersihan lahan yang paling cepat adalah dengan cara membabat sisa tanaman, lalu tanaman tersebut dikumpulkan disuatu tempat untuk dijadikan kompos, dan kompos tersebut bisa dikembalikan ke lahan tersebut dalam bentuk pupuk. Kompos yang diberikan akan meningkatkan mutu tanah dengan meningkatnya kandungan bahan organik, maka bahaya kerusakan tanah dapat ditekan . c. Pengukuran Lahan Kegiatan pengukuran lahan ini bisa dilakukan sebelum kegiatan pembersihan lahan maupun sesudahnya. Tujuan dari kegiatan lahan ini adalah untuk memastikan seberapa luas lahan yang digunakan dalam kegiatan agribisnis tersebut. Dengan luas yang sudah diketahui maka dapat dibuat perencanaan sesuai peruntukannya antara lain: tempat gudang sarana produksi tanaman (Saprotan), tempat untuk keamanan, tempat pembibitan, yang lebih penting berapa luasan tanaman yang akan ditanam dapat segera diketahui sehingga perencanaan kebutuhan tenaga dan saprotannya dapat ditentukan. d. Pengolahan Tanah 1) Pengolahan tanah di lihat dari tingkat intensifitasnya ada beberapa sistem pengolahan tanah antara lain: a) Pengolahan tanah O (Zero Tillage) sering disebut Tanpa Olah Tanah (TOT). b) Pengolahan tanah minimum (Mimimum Tillage). c) Pengolahan tanah optimum (Optimum Tillage). d) Pengolahan tanah maksimum (Maximum Tillage). (Penjelasan sistem pengolahan dapat lihat pada mata pelajaran Agribisnis Buah Semusim semester 3) Pengolahan tanah pada tanaman melon pada umumnya menggunakan pengolahan tanah maksimum yaitu Pengolahan secara intensif seluruh areal pertanahan menjadi gembur dan permukaan tanah menjadi rata. Disebut juga pengolahan lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi pembajakan (pengolahan pertama), penggaruan (pengolahan ke dua), pembedengan atau pembuatan saluran drainase, dan pemupukan dasar. Pengolahan tanah dapat dilakukan secara mekanis maupun manual tergantung dari luasan dan kemiringan tanah. terutama pada lahan yang memungkinkan, atau dengan alat konvensional untuk lahan yang miring memiliki luas teras sempit. 2) Pengolahan tanah bertujuan: a) Menciptakan kondisi fisik, khemis dan biologis tanah menjadi lebih baik b) Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan c) Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai agar dekomposisi berjalan dengan baik. d) Menurunkan laju erosi e) Meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan f) Mencampur dan meratakan pupuk dengan tanah g) Mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase 3) Pengolahan tanah pertama Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada dipermukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm Alat pengolahan tanah pertama adalah: bajak singkal (moldboard plow) atau bajak piring (disk plow) Cara pengolahan tanah pertama (pembajakan) dengan traktor adalah sebagai berikut : a) Buat batas-batas lahan yang akan diolah dan tempat head land apabila diperlukan b) Traktor dibawa ke lahan dan diletakkan sesuai dengan pola yang diinginkan c) Atur gas dan posisi gigi persneling yang direkomendasikan oleh pabrik. Untuk itu sangat disarankan agar operator membaca buku petunjuk pengoperasian (manual) d) Pembajakan dimulai. Kedalaman pembajakan untuk alur pertama (pada saat kedua roda traktor belum masuk ke alur), tidak perlu terlalu dalam. e) Pada saat berbelok, implemen diangkat f) Pembajakan selanjutnya dilakukan dengan cara memasukkan salah satu roda ke alur. Kedalaman pembajakan otomatis menjadi lebih dalam. g) Dua sampai empat alur terakhir (tergantung dari panjang traktor dan lebar kerja alat bajak), head land mulai dibajak. Untuk pengolahan tanah pertama (pembajakan) dengan traktor kecil (hand traktor), tahapan pengoperasiannya sama dengan traktor besar. Gambar 2.2 Membajak dan hasil pembajakan dengan traktor Mengolah tanah pertama dapat juga menggunakan peralatan manual yaitu mengunakan bajak singkal yang digandengkan dengan sumber tenaga penggerak/penariknya dari hewan. Bajak singkal fungsinya sama dengan pengolahan secara mekanik yaitu: untuk memotong, membalikkan, pemecahan tanah serta pembenaman sisa-sisa tanaman kedalam tanah. Gambar 2.3 Pembajakan dengan tenaga hewan pada lahan kering dan lahan basah 4) Pengolahan tanah kedua (Menggemburkan tanah) Pengolahan taanah kedua adalah mengubah struktur tanah dari kondisi keras, berbongkah-bongkah dan liat menjadi gembur, dengan demikian sirkulasi udara dalam tanah menjadi baik dan tanahnya menjadi permiable. Pengolahan tanah kedua, bertujuan menghancurkan bongkahan tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat proses pembusukan. Pengolahan tanah kedua digunakan alat garu/perata (harrow), garu dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung dari fungsinya, sebagai misal, Garu bergigi paku ini digunakan untuk meratakan dan menghaluskan tanah sesudah pengolahan tanah pertama (pembajakan), alat ini lebih cocok digunakan untuk tanah yang mudah hancur. Ukuran alat pengolahan tanah kedua biasanya akan lebih lebar dari alat pengolahan tanah pertama, hal ini disebabkan pada pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah seperti pengolahan tanah pertama. a) Cara menggemburkan tanah yaitu : Setelah dilakukan pengolahan tanah pertama, kondisi tanah masih berbentuk bongkahan besar dan keras, maka perlu dilakukan penggemburan dengan cara : Melakukan penggemburan tanah dengan bajak rotary yang ditarik dengan traktor (apabila pengolahannya menggunakan alat mekanis), dan menggunakan garu atau cangkul apabila dilakukan secara tradisional, adapun langkah-langkah sebagai berikut : (1) Melakukan pencangkulan/pengolahan dengan rotary/garu, pada tanah yang telah dibajak (2) Bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan sampai menjadi gembur dan halus (3) Pada saat melakukan penggemburan tanah sekaligus membuang gulma dan seresah-seresah yang tertinggal dengan cara mengambilnya atau membenamkan ke dalam tanah. (4) Setelah tanah digemburkan kemudian diratakan dan dibentuk petakan-petakan sehingga memudahkan dalam pekerjaan berikutnya. Gambar 2.4 Menggaru dan hasil Penggaruan dengan Traktor b) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat mengolah tanah kedua, yaitu : (1) Menjaga agar hasil pengolahan tidak tumpang tindih (ovelaping) ataupun melompat. Lebar implemen harus lebih lebar dari traktor. Pada saat mengolah di sebelahnya, pisau garu harus berada di tepi hasil garuan sebelahnya (bukan roda traktor yang rapat). (2) Biasanya penggaruan lebih ringan bebannya dibanding pembajakan, sehingga kecepatan jalan traktor dapat ditingkatkan. (3) Mengangkat implemen, apabila implemen menabrak halangan yang menimbulkan beban berat, seperti; batu besar, tanah keras/ liat, batang/tunggul pohon besar dan sebagainya. Dengan mengangkat implemen, beban traktor akan berkurang. Selain itu juga dapat menjaga agar implemen tidak rusak (4) Kedalaman alur hasil pengguludan tidak boleh melebihi kedalaman mesin rotari. (5) Karena tidak menggunakan pola, sebelum melakukan perataan, lebih baik ditentukan dahulu arah perataannya agar bisa lebih efektif dan efisien. Pengolahan tanah pertama dan kedua pada tanah darat yang pengelolaan budidayanya relatif luas biasanya selalu dilakukan tetapi untuk ditanah sawah tergantung kondisi tanah. e. Pengukuran pH Sebelum pengolahan lahan sebaiknya di lakukan pengukuran pH tanah lebih dulu, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah tanah yang akan ditanami tersebut bersifat alkalis, netral, atau masam. Untuk pertumbuhan tanaman melon membutuhkan pH tanah berkisar 5,8 – 7,2. (tanah netral), namun tidak sedikit tanah-tanah dalam kondisi alkalis seperti pada lahan-lahan yang sering tergenang dan kemudian digunakan sebagai lahan pertanian, tetapi pada umumnya tanah yang sering digunakan untuk budidaya tanaman relatif kecil kemungkinannya kekurangan belerang. Yang sering menjadi masalah adalah tingkat kemasaman yang rendah sehingga kita harus perlakukan khusus dengan penambahan kapur. Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah yang semula masam menjadi mendekati netral. selain itu, pengapuran juga menambah unsur hara kalsium (Ca) maupun unsur magnesium (Mg) yang sangat diperlukan tanaman. Kapur pertanian yang beredar di Indonesia pada dasarnya terdiri dari kapur kalsit/kaptan (CaC03) dan dolomit (CaC03MgC03). Pemilihan kedua jenis kapur pertanian tersebut tergantung keperluan dan ketersediannya di suatu daerah. Apabila pH tanah sangat rendah maka pengapuran sebaiknya menggunakan kalsit/kaptan. Apabila pH tanah mendekati netral maka dapat dipakai dolomite. Brikut ini disajikan hubungan antara pH tanah, reaksi tanah, dosis penggunaan kapur karbonat/kalsit/kaptan, dan dolomit. Tabel 2.1 Penggunaan Kapur Kg Per 1 Ha Derajat Kemasaman (pH) Reaksi Tanah Kapur Carbonat/Kalsit/ Kaptan Dolomit 4.0 Paling asam 1640 1610 4.5 Sangat asam 1500 1430 5.0 Asam 1130 1050 5.5 Asam 750 720 6.0 Agak asam 380 340 6.5 Netral - - Sumber: Oisca f. Pembentukan Bedengan Salah satu kegiatan persiapan lahan adalah pembedengan. Kegiatan pembedengan dilakukan setelah pelaksanaan penggaruan, tanah dibiarkan Selama 5-7 hari. hal ini bertujuan agar tanah yang lengket akibat digaru menjadi hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan tanaman akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, tanah dibuat petakan dengan tali rafia dan ajir untuk membentuk bedengan. Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli tanah menjandi struktur tanah yang lebih remah/gembur. Bila bedengan sudah terbentuk dalam bentuk bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama seminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun yang ada didalam tanah sehingga diharapkan hilang. Pada pembentukan bedengan setengah jadi atau pada saat penghalusan bedengan biasanya dilakukan pemberian pupuk dasar maupun penambahan pupuk kapur. Bedengan dibentuk dengan Ukuran panjang maksimum 15 m; dengan maksud akan memudahkan perawatan tanaman dan mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan, Lebar bedengan antara 100-120 cm, tinggi bedengan dibuat sesuai dengan musim dan kondisi tanah, pada musim hujan tinggi bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan deras, dan pada musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 50–60 cm adalah untuk memudahkan perawatan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir, penalian, maupun pemangkasan. (Lihat gambar 2.5) Gambar 2.5 Ukuran Bedengan g. Pemupukan Dasar Pemupukan Dasar adalah pemberian pupuk pada saat sebelum tanam, tujuannya adalah memberi atau menyiapkan unsur hara atau cadangan unsur hara untuk pertumbuhan dan produksi tanaman melon, yang biasa nya adalah: 1) Dapat dilakukan pada saat atau bersama-sama kegiatan pengolahan tanah (apabila kegiatan budidaya dilakukan dilahan tegalan atau tanah non sawah, karena pengolahan pertama dan kedua dilakukan) 2) Atau pada saat pembuatan bedengan berlangsung atau setelah pembuatan bedengan secara kasar selesai, sehingga pada saat penghalusan bedengan pupuk sudah ditebarkan. Next >