< PreviousKelas XI SMA/SMK Kurikulum“1394jn¢nam ¢våtya tu tamah, pram¢de sanjayaty uta. Terjemahan:Sattwa mengikat seseorang dengan kebahagiaan, rajas dengan kegiatan tetapi tamas, menutupi budi pekerti oh Barata, mengikat dengan kebingungan, (Bhagavadgita XIV.9).Tujuan utama manusia adalah untuk mewujudkan hidup yang bahagia dengan menyadari dirinya yang sejati. Setelah orang menyadari dirinya yang sejati barulah ia dapat menyadari Tuhan/Sang Hyang Widhi, yang meresap dan berada pada semua yang ada di alam semesta ini. Dalam kehidupan nyata di dunia ini masih sangatlah sedikit jumlah orang yang menginginkan untuk mendapatkan kebahagiaan rohani ”Moksha”, kebanyakan di antara mereka hanyut oleh kenikmatan duniawi yang penuh dengan gelombang suka dan duka. Kiranya setiap orang perlu menyadari bahwa tubuh ini adalah suatu alat untuk mendapatkan Moksha. Mokshanam sariram sadhanam yang artinya bahwa tubuh ini adalah sebagai alat untuk mencapai Moksha. Untuk dapat mewujudkan rasa bhakti ke hadapan-Nya kehadiran tubuh manusia sangat diperlukan, oleh karenanya peliharalah tubuh ini sebaik-baiknya.“Bhakty¢ tv ananyay¢ úakya aham evam-vidho ‘rjuna, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti95jñ¢tuý draûþuý cha tattvena praveûþuý cha paraýtapa”. Terjemahan:Tetapi, melalui jalan bhakti yang tak tergoyahkan Aku dapat dilihat dalam realitasnya dan juga memasukinya, wahai penakluk musuh (Arjuna) Paramtapa (Bhagawadgita, XI.54). Bhakti marga dalam ajaran agama Hindu adalah jalan menuju dan memuja Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang diperuntukan bagi umat kebanyakan. Namun demikian bukan berarti tertutup bagi umat yang sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan setingkat lebih tinggi dari umat yang lainnya. Melalui jalan bhakti para bhakta dapat memuja Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa beserta prabhawa-Nya dengan cara berpikir, berucap, dan berperilaku yang sederhana, tulus serta cinta kasih. Selanjutnya renungkanlah sloka berikut ini!Gambar 3.2 Para Bhakta menuju Tempat SuciSumber ; Dok. Pribadi (14-2-2011)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1396PerenunganDuhkheûwanudwignaman¢á sukheûu wigataspåhaá wÄtaçokabha-yakrodhah sthiradhÄrmunirucyate. 6DQJNLQDKDQDQLQJNDSUDMxāQQJDUDQLUDWDQDODUD\DQSDQHPXGXKNKDWDQDJLUDQJ\DQSDQHPXVXNKDWāWDQNDWDPDQNURGKDPZDQJWDNXWSULKDWLODQJJHQJPDKQLQJMXJDWXWXUQLUDDSDQPDMxāQDPXQLZLQJDUDQLQJPDMxāQDTerjemahan:Orang yang disebut mendapatkan kebijaksanaan, tidak bersedih hati jika mengalami kesusahan, tidak bergirang hati, jika mendapat kesenangan, tidak kerasukan nafsu marah dan rasa takut serta kemurungan hati, melainkan selalu tetap tenang juga pikiran dan tutur katanya, karena berilmu, budi mulia pula disebut orang yang bijaksana (Sarasamuscaya, 505).Moksha dapat dicapai oleh semua manusia, baik semasih hidup maupun setelah meninggal dunia. Dalam ajaran agama Hindu ada disebutkan beberapa tingkatan-tingkatan Moksha berdasarkan keadaan atma yang dihubungkan dengan Brahman. Adapun bagian-bagiannya dapat dijelaskan sebagai berikut;Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti971. JiwamuktiJiwamukti adalah tingkatan Moksha atau kebahagiaan/kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, di mana atmanya tidak lagi terpengaruh oleh gejolak indrya dan maya (pengaruh duniawi). Keadaan atma seperti ini disamakan dengan samipya dan sarupya.2. WidehamuktiWidehamukti adalah tingkat kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, di mana atmanya telah meninggal, tetapi roh yang bersangkutan masih kena pengaruh maya yang tipis. Tingkat keberadaan atma dalam posisi ini disetarakan dengan Brahman, namun belum dapat menyatu dengan-Nya, sebagai akibat dari pengaruh maya yang masih ada. Widehamukti dapat disejajarkan dengan salokya.3. PurnamuktiPurnamukti adalah tingkat kebebasan yang paling sempurna. Pada tingkatan ini posisi atma seseorang keberadaannya telah menyatu dengan Brahman. Setiap orang akan dapat mencapai posisi ini, apabila yang bersangkutan sungguh-sungguh dengan kesadaran dan hati yang suci mau dan mampu melepaskan diri dari keterikatan maya ini. Posisi Purnamukti dapat disamakan dengan Sayujya (Wigama dkk, 1995:106).Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1398Berdasarkan keadaan tubuh atau lahiriah manusia, tingkatan-tingkatan atma itu dapat dijabarkan sebagai berikut: Moksha, Adi Moksha, dan Parama Moksha. Secara lebih rinci sesuai uraian di atas tentang keberadaan tingkatan-tingkatan Moksha dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa macam tingkatan. Moksha dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu: Samipya, Sarupya (Sadarmya), Salokya, dan Sayujya. Adapun penjelasan keempat bagian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:1. Samipya: Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan oleh para Maharsi. Beliau dalam melakukan Yoga Samadhi telah dapat melepaskan unsur-unsur maya, sehingga beliau dapat mendengar wahyu Tuhan. Dalam keadaan yang demikian itu atman berada sangat dekat dengan Tuhan. Setelah beliau selesai melakukan samadhi, maka keadaan beliau kembali sebagai biasa, di mana emosi, pikiran, dan organ jasmaninya aktif kembali.2. Sarupya (Sadharmya):Sarupya (Sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat oleh seseorang di dunia ini, karena kelahirannya, di mana kedudukan Atman Gambar 3.3 Ilustrasi BharadwajaSumber : http://unikahidha.ub.ac.id (11-7-2013)Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti99merupakan pancaran dari kemaha-kuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Buddha dan Sri Kresna. Walaupun Atman telah mengambil suatu perwujudan tertentu, namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di dunia ini.3. Salokya:Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, di mana Atman itu sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti itu dapat dikatakan baliau Atman telah mencapai tingkatan Deva yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.4. Sayujya:Sayujya adalah tingkat kebebasan yang tertinggi di mana Atman telah dapat bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa. Dalam keadaan seperti ini Ida Sang Hyang Widhi disebut Brahman Atman Aikyam yang artinya: Atman dan Brahman sesungguhnya tunggal. Dalam usaha untuk mewujudkan suatu kebebasan dalam hidup ini sangat baik kita merenungkan dan mengamalkan sloka berikut: Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13100Sribhagavàn uvàcha:Akasaraý brahman paramaýsvabhàvo ‘dhyàtmam uchyate,bhùta-bhàvodbhava-karovisargaá karma-samjnitaá.Terjemahan:Sri Bhagawan bersabda: Brahman (Tuhan) adalah yang kekal, yang maha tinggi dan adanya di dalam tiap-tiap badan perseorangan disebut AdhyAtman. Karma adalah nama yang diberikan kepada kekuatan cipta yang menjadikan makhluk hidup (B.G VIII. 3).Tentang kebahagiaan atau kebebasan hidup abadi yang mesti selalu diupayakan dalam hidup dan kehidupan ini oleh umat sedharma, kitab suci Sarasamuscaya patut dipedomani dan menyebutkan sebagai berikut:M¢t¢pitåsahasr¢ni putrad¢ra çatani ca, yuge yuge wyatÄt¢ni kasya te kasya w¢ wayam. $QāGLNHWDQJMDQPDQJDUDQ\DWDQNLQDZUXKDQWHPEHQ\DOXSXWNLQDODNDUDQZLODQJQLQJMDQPāQWDUDPHZZLZXWSZDEDSDQWDPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti101LEXQWDDQDNWDUDELQWDULQJVD\XJDV\XJDSDUDPāUWKDQ\DQG\DQJHQDNNDWHSHWDQDVāQXODZDQLNDQG\DQJWXGXKDQDQXQWDTerjemahan:Tidak diketahui hubungan penjelmaan manusia itu pada permulaannya, tidak dapat diperkirakan akan banyaknya penjelmaan yang lain, beribu-ribu bapa, ibu, anak dan istri pada tiap-tiap yuga; pada hakikatnya, siapakah yang sebenarnya dapat mengatakan dengan tepat keturunan mereka itu, dan yang mana dapat ditunjuk seketurunan dengan engkau sendiri? (Sarasamuscaya, 486).N¢yamatyantasamw¢msah kad¢citkenacit saha,api swena marÄrenakimut¢nyena kenacit.7āWDQKDQDWHNDQLW\DSDWHPXQ\DQJDUDQ\DLNDQJSDWHPXLNDLNDQJWDQWHPXLNDNDSZDWDQODQJJHQJLNDSDWHPXQWDODZDQLNLQJoDULUDQWDWXZLWDQODQJJHQJLNDPDSDVDKDPDUDGRQLNLQJSDQHRDGDGLKD\ZDWLQXFDSLNDQJOHQTerjemahan:Tidak ada yang kekal yang dinamakan pertemuan itu, yang bertemu satu dengan yang lain; yang tidak bertemu satu dengan yang lain, semuanya itu tidak kekal, bahkan hubunganmu dengan badanmu sendiripun tidak kekal, pasti akan berpisah dari badan; tangan, kaki, dan lain-lain bagian tubuh itu, jangan dikatakan dengan yang lain-lainnya (Sarasamuscaya, 487).Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13102#darçan¢d¢patit¢h punaçc¢darçanam gat¢h,na te tawa na tes¢m twam k¢tatra pariDevan¢..HWDVDNHQJWD\DPDULNDPXZDKWD\DPXOLKULQJWD\DVDQJNVLSWDWDQDNXQWDLNDLNDWDQVDSDODZDQNLWDDQPDQJNDQDDSDWRMDUDDSDSRODKDTerjemahan:Katanya mereka datang dari Taya (kenyataan yang tidak nyata), dan kemudian kembalinya lagi ke Taya, singkatnya, bukan kepunyaanku itu, itu tidak ada hubungannya dengan engkau, jika demikian halnya, apa yang akan dikatakan dan apa yang akan dikerjakan (Sarasamuscaya, 488).Naste dhane w¢ d¢resu putrepitari m¢tari,aho kastamiti dhy¢tw¢duhkhasy¢pacitin caret.+LODQJSZDPāVPāWLSZDQJDQDNUDELEDSDLEXLNāQDWHODVSDUDWUDDWLoD\DWDJ|QJQLNDQJODUDPZDQJGXNNKDQLQJKDWLHQJHWSZDNLWDQPDQJNDQDJDZDKHQWDWLNDQJWDPEāQLQJGXKNKDPendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti103Terjemahan:Kekayaan akan habis, anak akan mati, istri, ayah, dan ibu, mereka itu semuanya telah meninggal, maka sangat menyedihkan dan memilukan hati, bila engkau sadar akan keadaan demikian, perbuatanmu itu merupakan obat pelipur duka (Sarasamuscaya,489).M¢nasam çamayet tasm¢tprajñ¢ya, gnimiw¢bhasa,praç¢nte m¢nase hyasyaç¢rÄramupaç¢myati.0DWDQJQ\DGXKNKDQLQJPDQDKSULKHQSDGHPHQULQJNDSUDMxāQDSDQQL\DWDMXJDKLODQJGHQLQJNDSUDMxāQNDG\DQJJDQLQJDSX\GXPLODKQL\DWDSDGHPQLNDGHQLQJZZDLSDGHPSZDGXKNKDQLQJPDQDKSDGHPWDODUDQLNDQJoDUƯUDTerjemahan:Karena itu penderitaan pikiran hendaklah diusahakan untuk dimusnahkan dengan kebijaksanaan, sebab tentunya lenyap oleh kebijaksanaan, seperti misalnya api yang menyala, pasti padam oleh air, jika telah musnah penderitaan pikiran, maka lenyaplah pula sakitnya badan (Sarasamuscaya, 503).WÄj¢yagnyupadagdh¢ni narohanti yath¢ punah,Next >