< PreviousKelas XI SMA/SMK Kurikulum“13104jñ¢nadagdhaistath¢ kleçairn¢tm¢sampadyate punah..XQDQJSDUDPāUWKDQ\DKLODQJLNDQJNOHoDQLQJDZDNDQSLQDQDVDQULQJMxāQDKLODQJSZDQJNOHoDULNDWHPZDQLQJVDP\DJMxāQDKLODQJWDQJMDQPDPDUL3XQDUEKDZDNDG\DQJJDQLQJZƯMDSLQDQDVDQVLQDQJDKLODQJWXZXKQLNDPDULPDVHZ|.Terjemahan:Adapun maknanya yang terpenting kecemaran badan akan lenyap, jika dilebur dengan latihan-latihan ilmu pengetahuan, jika hilang musnah kotoran badan itu, karena telah diperoleh pengetahuan yang sejati, maka terhapuslah kelahiran, tidak menjelma lagi sebagai misalnya biji benihan yang dipanaskan, dipanggang, hilang daya tumbuhnya, tidak tumbuh lagi (Sarasamuscaya, 510).Demikianlah dapat diuraikan mengenai tingkatan dan keberadaan orang yang dapat mencapai Moksha, dan perlu diikuti dengan kesungguhan hati. Renungkanlah dalam-dalam petikan sloka tersebut di atas, sehingga tercapai apa yang menjadi tujuan hidup ini.Gambar: 3.4 Belajar merangkai UpakaraSumber: Dok. Pribadi (11-11-2013)Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti105Uji Kompetensi:1. Setelah membaca teks tersebut di atas, apakah yang Anda ketahui tentang Moksha? Jelaskanlah!2. Dengan memahami dan mendalami tentang Moksha, apakah sebaiknya yang mesti dilakukan dalam hidup ini? Jelaskanlah!3. Mengapa kita mesti dapat mencapai Moksha, bagaimana kalau orang yang bersangkutan merasa tidak dapat mewujudkannya? Jelaskanlah.4. Diskusikanlah kutipan bait-bait sloka kitab suci tersebut di atas dengan; teman sejawat Anda, orang tua di rumah, dan siapa saja yang menurut Anda pantas diajak berdiskusi. Buatlah laporan hasil diskusi-mu, selamat mencoba!5. Buatlah peta konsep tentang tingkatan-tingkatan Moksha yang Anda ketahui!6. Latihlah diri Anda untuk dapat mewujudkan Moksha dalam hidup dan kehidupan ini setiap saat, selanjutnya buatlah laporan tentang perkembangan kebahagiaan “Moksha” yang anda rasakan baik secara fisik maupun rohani!7. Agama adalah rasa, menurut Anda pada tingkatan yang manakah usaha dan upaya Anda untuk mewujudkan “Moksha” kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ini? Narasikanlah pengalaman Anda!Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13106B. Jalan Menuju MokshaBanyak jalan dapat dilalui oleh seseorang untuk mewujudkan hidup yang lebih baik dalam hidup ini, Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi beserta prabhawa-Nya selalu membukakan pintu-Nya bagi orang-orang yang berhati baik untuk berbuat mulia.Perenungan:Mat-karma kån mat-paramo,mad-bhaktaá saòga-varjitaá,nirvairaá sarva-bhùteûuyaá sa màm eti pàóðava.Terjemahan:Ia yang melakukan pekerjaan-Ku, ia yang memutuskan Aku sebagai tujuannya, ia yang menyembah Aku bebas dari ikatan, ia yang bebas dari permusuhan pada semua makhluk, ia datang padaku, O Arjuna (Bhagawadgita XI. 55).Tujuan terakhir dan tertinggi yang ingin dicapai oleh umat Hindu adalah Moksha. Berbagai macam cara/jalan dapat dilakukan oleh umat bersangkutan, gunamewujudkan tujuan utamanya ini, termasuk sembahyang. Dengan menjalankan sembahyang, bathin seseorang menjadi tenang, dengan Dharana Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti107(menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta) dan Samadhi (mengheningkan cita), manusia berangsur-angsur dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi. Ia adalah bebas dari segala ikatan keduniawian. Guna mencapai penyatuan Atman dengan Brahman, renungkan, pedomani, dan amalkanlah dalam kehidupan sehari-hari sloka berikut ini:Bahùnàý janmanàm antejnànavàn màm prapadyate,vàsudevaá sarvam itisa mahàtmà su-durlabhaá. Terjemahan:Orang yang bijaksana akan datang kepada-Ku, pada akhir dari banyak kelahiran karena mengetahui bahwa Vasudeva (Tuhan) adalah segalanya ini: sukar mendapatkan orang seperti itu (Bhagavadgita VII. 19).Mendapatkan seseorang berjiwa besar seperti itu adalah sukar mencarinya. Banyak makhluk akan keluar/lahir dan mati, serta hidup kembali tanpa kemampuannya sendiri. Akan tetapi masih ada satu yang tak tampak dan kekal, tiada masa dan waktu pada saatnya semua makhluk menjadi binasa (pralina). Yang tak tampak dan kekal itulah harus menjadi tujuannya yang utama, supaya tidak mengalami penjelmaan ke dunia. Itulah tempat-Ku yang tertinggi, oleh karenanya haruslah berusaha demi Aku. Jika engkau selalu ingat kepada-Ku, tak usah disangsikan engkau akan kembali kepada-Ku. Untuk mencapai Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13108ini orang harus selalu bergulat, berbuat baik sesuai dengan ajaran agamanya. Kitab suci Veda telah menyediakan dan memfasilitasi bagaimana caranya orang melaksanakan pelepasan dirinya dari ikatan maya sehingga akhirnya atman dapat bersatu dengan Brahman. Dengan demikian penderitaan dapat dikikis habis dan mahkluk hidup yang menderita itu tidak lagi menjelma ke dunia, sebagai hukuman, tetapi sebagai penolong sesama manusia.Di dalam ajaran agama Hindu terdapat berbagai macam jalan yang dapat dilalui untuk mencapai kesempurnaan “Moksha”, dengan menghubungkan diri dan memusatkan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi. Cara atau jalan yang demikian itu telah terbiasa disebut dengan nama “Catur Marga”, terdiri dari:a. Bhakti MargaBhakti Marga/Yoga adalah proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman, berlandaskan rasa dan cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Kata “bhakti” berarti hormat, taat, sujud, menyembah, persembahan, kasih.Bhakti Marga berarti: jalan cinta kasih, jalan persembahan. Seorang Bhakta (orang yang menjalani Bhakti Marga) dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai yajna kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut maitri. Semangat Tat Twam Asi sangat subur dalam hati sanubarinya. Sehingga seluruh dirinya penuh dengan rasa cinta kasih dan kasih sayang tanpa batas, sedikitpun tidak ada yang terselip dalam dirinya sifat-sifat negatif seperti kebencian, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti109kekejaman, iri dengki dan kegelisahan atau keresahan.Cinta baktinya kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi yang sangat mendalam, itu juga dipancarkan kepada semua makhluk baik manusia maupun binatang.Tatkala memanjatkan doa umat selalu menggunakan pernyataan cinta dan kasih sayang dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi agar semua makhluk tanpa kecuali selalu berbahagia dan selalu mendapat berkah termulia dari Hyang Widhi. Jadi, untuk lebih jelasnya seorang bhakta akan selalu berusaha melenyapkan kebenciannya kepada semua makhluk. Sebaliknya ia selalu berusaha memupuk dan mengembangkan sifat-sifat Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa (Catur Paramita). Ia selalu berusaha membebaskan dirinya dari belenggu keakuan (ahamkara). Sikapnya selalu sama dalam menghadapi suka dan duka, pujaan dan celaan. Orang yang demikian selalu merasa puas dalam segala-galanya, baik dalam kelebihan dan kekurangan. Jadi, benar-benar tenang dan sabar selalu. Dengan demikian baktinya kian teguh dan kokoh kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Keseimbangan batinnya sempurna, tidak ada ikatan sama sekali terhadap apapun. Ia terlepas dan bebas dari hukuman serba dua (dualis) misalnya suka dan duka, susah senang dan sebagainya. Seluruh kekuatannya dipakai untuk memusatkan pikiran kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi dan Gambar : 3.5 Menuju Tempat SuciSumber ; Dok. Pribadi (11-09-2012)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13110dilandasi jiwa penyerahan total. Dengan demikian seorang Bhakti Marga dapat mencapai moksha.b. Karma MargaKarma Marga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau Moksha dengan perbuatan, bekerja tanpa terikat oleh hasil atau kebajikan tanpa pamrih. Hal yang paling utama dari karma Yoga ialah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Dalam Bhagavadgita tentang Karma Marga dinyatakan sebagai berikut:Tasm¢d asaktahsatatamk¢ryam karma sam¢cara, asakto hy ¢caran karma param ¢pnoti purusah Terjemahan:Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama (Bhagawadgita III.19).Pekerjaan yang dilakukan tanpa pamerih dinyatakan lebih baik dilakukan dalam semangat pengorbanan, daripada kegiatan kerja sebagai kegiatan yang muncul dengan sendirinya. Yogav¢sistha menyatakan: yang mengetahui atman Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti111telah tidak mengharapkan sesuatu pun yang harus dicapai, baik dengan melakukan kerja maupun tidak. Oleh karena itu. ia melaksanakan kegiatan kerja tanpa keterikatan apapun.Bagi seorang pengikut Karma Marga, penyerahan hasil pekerjaan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi bukan berarti kehilangan, bahkan akan datang berlipat ganda. Hal ini merupakan rahasia spiritual yang sulit dimengerti, mendapatkan sesuatu yang diperlukan secara mengagumkan dan membahagiakan dirinya.Berkaitan dengan ajaran Karma Marga renungkanlah cerita berikut:Pada suatu hari Devi Laksmi mengadakan sayembara, di mana beliau akan memilih suami. Semua Deva dan para Danawa datang berduyun-duyun dengan harapan yang membumbung tinggi. Devi Laksmi belum mengumumkan janjinya, kemudian datanglah beliau di hadapan pelamarnya dan berkata demikian: saya akan mengalungkan bunga kepada pria yang tidak menginginkan diri saya. Tetapi mereka yang datang itu semua lobha, maka mulailah Devi Laksmi mencari orang yang tiada berkeinginan untuk dikalungi. Terlihatlah oleh Devi Laksmi wujudnya Deva Wisnu dengan tenangnya di atas ular Sesa yang sedang melingkar. Kalung perkawinan kemudian diletakkan di lehernya dan sampai kinilah dapat kita lihat simbolis Devi Laksmi berada di samping kaki Deva Wisnu. Devi Laksmi datang pada orang yang tidak mengidam-idamkan dirinya, inilah suatu keajaiban.Gambar : 3.6 Membajak di SawahSumber ; Dok. Pribadi (22-12-2010)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13112Dari cerita di atas dapat dikemukakan bahwa orang yang selalu asyik dalam pikirannya menginginkan buah dari kerjanya, akan kehilangan buah itu yang sebenarnya adalah miliknya, tetapi bagi Karma Yogi walaupun ia berbuat sedikit, tetapi tanpa pamrih, ia akan mendapatkan hasil yang tidak ternilai. Kesusahan orang duniawi akan mendapat hasil yang sedikit, karena terikat. Sedangkan bagi Karma Yogi sebaliknya. Maka dari itu ajaran suci selalu menyarankan kepada umatnya agar menjadi seorang Karma Yogi yang selalu mendambakan pedoman rame inggawe sepi ing pamrih.Pada hakikatnya seorang Karma Yogi dengan menyerahkan keinginan akan pahala, ia dapat menerima pahala yang berlipat ganda. Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan ia akan memancarkan sinar dari tubuhnya maupun dari pikirannya. Bahkan masyarakat tempatnya hidup pun dapat menjadi bahagia, sejahtera dan suci, mereka dapat mencapai kesucian batin dan kebijaksanaan.Masyarakat yang telah suci jasmani dan rohaninya akan menjauhkan diri dari sifat-sifat munafik dan kepalsuan dan cita-cita yang sempurna akan dapat dicapai oleh penduduk masyarakat itu. Semua ini telah terbukti dalam pengalaman dari kebebasan jiwa seorang Karma Yogi.c. Jnana Marga Jnana Marga adalah jalan yang ke tiga setelah Karma Marga untuk menyatukan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Marga berarti jalan yang dilalui oleh sang diri. Jadi, Jnana Marga berarti jalan, usaha, dan atau cara untuk Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti113mempersatukan Atman dengan Paramãtman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan keduniawian.Tiada ikatan yang lebih kuat dari pada maya, dan tiada kekuatan yang lebih ampuh dari pada Yoga untuk membasmi ikatan-ikatan maya itu. Untuk melepaskan ikatan-ikatan ini haruslah kita mengarahkan segala pikiran kita, memaksanya kepada kebiasaan-kebiasaan suci, akan tetapi bila kita ingin memberi suatu bentuk kebiasaan suci pada pikiran kita, akhirnya pikiran pun menerimanya, sebaliknya bila pikiran tidak mau menerimanya maka haruslah kita akui bahwa segala pendidikan yang kita ingin biasakan itu tidak ada gunanya. Proses tumbuh dan berkembangnya pikiran ke arah kebaikan merupakan hal yang mutlak patut dilakukan. Sebagai jalan pertumbuhannya pikiran, perbuatan lahir, pelaksanaan swadharma dan sikap bathin (wikarma) sangat diperlukan di mana perbuatan lahir adalah penting, karena jika tidak berbuat, maka pikiran kita tidak dapat diuji kebenarannya. Perbuatan lahir menunjukkan kualitas sebenarnya dari pada pikiran kita. Ada tiga hal yang penting dalam hal ini yaitu kebulatan pikiran, pembatasan pada kehidupan sendiri dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh tentram damai. Ketiga hal tersebut di atas merupakan dhyana Yoga. Untuk tercapainya perlu dibantu dengan abhyasa yaitu latihan-Gambar : 3.7 Masa BelajarSumber ; Dok. Pribadi (15-7-2013)Next >