< PreviousKelas XI SMA/SMK Kurikulum“13134a. Dana Paramita: suka berbuat Dharma, amal dan kebajikan.b. Ksanti Paramita: suka mengampuni orang lain.c. Wirya Paramita: mengutamakan kebenaran dan keadilan.d. Prajna Paramita: selalu bersikap tenang, cakap dan bijaksana dalam menghadapi segala sesuatu hal/persoalan.e. Dhiyana Paramita: merasa bahwa segalanya ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya wajib menyayangi sesama makhluk hidup.f. Sila Paramita: selalu bertingkah laku yang baik (Tri Kaya Parisuda) dalam pergaulan. b. Dharma SantosaDharma Santosa berarti berusaha untuk mencapai kedamaiaan lahir bathin dalam diri sendiri, dilanjutkan kemudian ke dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Tanpa adanya kebahagiaan dan kedamaian dalam diri sendiri akan sangat sukar untuk mewujudkan kedamaian dan kesentosaan dalam keluarga, bangsa dan negara. c. Dharma JatiDharma Jati berarti kewajiban yang harus dilakukan untuk menjamin kesejahteraan dan ketenangan keluarga serta selalu mengutamakan kepentingan umum disamping kepentingan diri sendiri (golongan).Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti135 d. Dharma Putus Dharma Putus berarti melakukan kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban serta bertanggung jawab demi terwujudnya keadilan sosial bagi umat manusia dan selalu mengutamakan penanaman budhi baik untuk menjauhkan diri dari noda dan dosa yang menyebabkan moral menjadi rusak. Secara singkat Dharma itu dapat dilaksanakan dengan mengamalkan ajaran “Tri Kaya Parisadha” yaitu tiga usaha dan jalan utama dalam seluruh kehidupan untuk mencapai tujuan agama yang terdiri dari:1. Kayika artinya tingkah laku dan perbuatan yang baik.2. Wacika artinya perkataan dan pembicaraan yang jujur dan benar.3. Manacika artinya pikiran perasaan yang baik dan suci serta tresnasih. e. ArthaArtha dalam catur purusartha mempunyai beberapa makna. Di atas telah diuraikan bahwa dalam kaitannya dengan kata Purusartha, kata Artha dapat berarti tujuan. Demikian pula dalam kaitannya dengan kata Parama Artha (tujuan yang tertinggi), Parartha (tujuan atau kepentingan orang lain), dan sebagainya. Tetapi sebagai tujuan dari Catur Purusa Artha, kata Artha berarti harta atau kekayaan. Artha berarti benda-benda materi atau kekayaan sebagai sumber Gambar : 3.9 Arca Rambut SedanaSumber ; http://unikahidha.ub.ac.id (11-7-2013)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13136kebutuhan duniawi yang merupakan alat untuk mencapai kepuasan hidup. Secara singkatnya Artha disamping berarti harta benda, materi atau kekayaan yang dapat dirasakan, dimiliki dan dinikmati. Artha (dalam arti artha benda) memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan beragama. di antaranya adalah:1. Fungsi Artha dalam kehidupan beragama, adalah untuk berYajña seperti melaksanakan Panca Yajña yaitu :a. Dewa Yajña: korban suci yang ditujukan untuk melakukan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya.b. Manusa Yajña: korban suci yang ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia.c. Pitra Yajña: korban suci yang ditujukan kehadapan para leluhur atau pitara baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal/disucikan.d. Rsi Yajña: korban suci atau penghormatan yang ditujukan terhadap para Rsi atau para guru dengan ilmu-ilmunya.e. Bhuta Yajña: korban yang tulus ikhlas terhadap yang ditujukan kehadapan para Bhuta Kala, makhluk-makhluk bawahan dan unsur-unsur Panca Maha Bhuta yang lainnya. 2. Fungsi Artha dalam Mewujudkan Jagadhita. Di samping fungsi Artha dalam kepentingan agama, Artha juga mempunyai peranan dalam mewujudkan Jagadhita atau kebahagiaan di dunia seperti:a. Untuk kemakmuran dan kesejahteraan, Artha dapat dibagi:1. Bhoga yakni kebutuhan primer bagi perkembangan hidup jasmani dari segala makhluk yaitu makanan, minuman (pangan).Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti1372. Upabhoga yakni kebutuhan hidup yang perlu dimiliki oleh manusia seperti pakaian, perhiasan dan sebagainya (sandang).3. Paribhoga yakni kebutuhan sosial lainnya, seperti perumahan, istri, anak dan lain-lainnya (papan). b. Untuk “dana-dana” sosial atau punia yakni tanda terima kasih dan pertolongan fakir miskin. Terutama sekali artha itu digunakan disalurkan di samping untuk kepentingan Yajña juga untuk kemajuan pendidikan. Secara singkat “Artha” itu harus dimanfaatkan, untuk :1. Maha Don Dharma Karya yaitu untuk Dharma(dana, sosial).2. Maha Don Artha Karya yaitu untuk kemakmuran dan kesejahteraan (dagang, perusahaan dan lain-lain).3. Maha Don Kama Karya yaitu kenikmatan, makanan, pendidikan (kesenian, olah raga) dan sebagainya.Pemanfaatan artha yang sesuai dengan petunjuk “Dharma” itu berarti umat Hindu telah melaksanakan “Dharma” agama. Kebahagiaan lahir bathin akan tercapai, kehidupan rumah tangga, masyarakat jadi rukun harmonis damai dan sentosa, tidak ada pengisapan antara manusia dengan manusia, karena umat manusia telah menggunakan artha itu sesuai dengan ajaran Dharma. Di dalam Brahma Purana dan Santi Parwa disebutkan sebagai berikut:“Dharmo Dharma nuban dharto dharmo natmantha pidakah (Brahmana Purana 221,16).Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13138Terjemahannya:Dharma bertalian erat dengan Artha dan Dharma tidak menentang Artha itu sendiri (tetapi mengendalikan).Selanjutnya dalam kitab Santhi Parwa, didapat penjelasan tentang fungsi artha sebagai berikut: “Dharma mulah sadaiwartah, Dharma sadai wartah, Kamartha phalam utyata (Canti Parwa 123.4).Artinya:Walaupun “Artha” dikatakan alat untuk Kama, tetapi Artha selalu sebagai sumber untuk “Dharma”.Sedangkan dalam kitab suci Sarasamuccaya juga ada disebutkan sebagai berikut:“Apan ikang Artha, yan Dharma luirning karjanaya, ya ika labba ngaranya paramatrha ning amanggih sukha sang tumemwaken ika, kuneng yan aDharma luirning karjanya, kasmala ika, sininggahan de sang sai jana, matangnya haywa anasar sangkeng Dharma, yan tangarjana” (Sarasamuccaya 263).Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti139Terjemahannya:Sebab Artha itu, jika Dharma landasannya memperoleh, laba atau untung namanya, sungguh-sungguh mengalami kesenangan orang yang memperoleh Artha tersebut, namun jika Artha itu diperoleh dengan jalan Dharma, maka Artha itu adalah merupakan noda, hal itu dihindari oleh orang yang berbudhi utama, oleh karenanya janganlah bertindak menyalahi Dharma, jika hendak berusaha menuntun sesuatu.Menurut penjelasan dari beberapa kitab-kitab agama tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa Artha itu memang benar-benar sangat dibutuhkan dalam kehidupan di dunia ini, sebagai sarana baik dalam melaksanakan ajaran agama maupun dalam kebutuhan hidup sehari-hari fungsi dan manfaat artha sangat penting sekali, namun semuanya tidak boleh bertentangan dengan Dharma. f. KamaKama berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan kepuasan atau kesejahteraan hidup. Kepuasan atau kenikmatan tersebut memang merupakan salah satu tujuan atau kebutuhan manusia. Biasanya Kama itu diartikan dengan kesenangan, cinta dan juga berarti sperma.Kama adalah suatu tujuan kebahagiaan, kenikmatan yang didapat melalui indra, tetapi harus berlandaskan Dharma dalam memenuhinya. Pengertian “Kama” yang berarti kesenangan dan cinta kasih yang penuh keikhlasan terhadap sesama makhluk hidup dan yang penting memupuk cinta kasih, kebenaran, keadilan dan kejujuran untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan itu.Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13140Sehubungan dengan cinta kasih ini Kama itu dapat dibagi atas tiga bagian yang disebut “Tri Parartha” yakni:1. Asih: menyayangi dan mengasihi sesama makhluk sebagai mengasihi diri sendiri. Kita harus saling asah (harga menghargai), asih (cinta mencintai) asuh (hormat menghormati), dan mewujudkan ajaran Tat Twam Asi terhadap sesama makhluk agar terwujudnya kerukunan, kedamaian, dan keharmonisan dalam kehidupan serta tercapainya masyarakat Jagadhita (tat tentram kerta raharja).2. Punya: dana Punya cinta kasih kepada orang lain diwujudkan dengan selalu menolong dengan memberikan sesuatu (harta benda) yang kita miliki dan berguna bagi orang yang kita berikan.3. Bhakti: cinta kasih pada Hyang Widhi dengan senantiasa sujud kepadanya dalam bentuk pelaksanaan agama. Kebahagiaan berupa bersatunya “Atma” dengan “Brahmana” (Tuhan) dimana dapat timbul “Sat Cit Ananda” (kesadaran, ketentraman, dan kebahagiaan abadi) akan tercapai dengan hanya ketekunan sujud bhakti dan sembahyang yang sempurna. Kama atau kesenangan atau kenikmatan menurut ajaran agama, tidak akan ada artinya jika diperoleh menyimpang dari Dharma. Karenanya Dharma menduduki tempat di atas dari Kama, dan menjadi pedoman dalam pencapaian Kama. Dalam hal ini dikemukakan suatu contoh, bagaimanakah tindakan seorang Raja dalam pencapaian Kama tersebut. Dalam kekawin Ramayana disebutkan :Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti141“Dewa ku sala-sala mwang Dharma ya pahayun mas ya ta paha wre ddhim bya ya ring kayu kekesan bhukti sakaharep tedwehing bala kasukhan Dharma mwang artha mwang kama ta ngaran ika (Ramayana I.3.54).Terjemahannya:Tempat-tempat suci hendaknya dipelihara, kumpulkanlah emas yang banyak serta diabadikan untuk pekerja yang baik, nikmati kesenangan dengan memberi kesempatan bersenang-senang kepada rakyatmu, itulah yang disebut Dharma, Artha dan Kama.Dalam bait kekawin Ramayana di atas telah dinyatakan bahwa kenikmatan (Kama) hendaknya terletak dalam kemungkinan yang diberikan pada orang lain untuk merasakan kenikmatannya. Jadi pekerjaan yang sifatnya ingin menguntungkan diri sendiri dalam memperoleh Kama (kenikmatan) itu harus dihindari. g. MokshaMoksha berarti ketenangan dan kebahagiaan spiritual yang kekal abadi (suka tan pewali duka). Moksha adalah tujuan terakhir dari umat Hindu. Kebahagiaan bathin yang terdalam dan langgeng ialah bersatunya “Atma dengan Brahmana” itu yang disebut Moksha. Moksha atau Mukti berarti kebebasan, kemerdekaan yang sempurna, ketenteraman rohani sebagai dasar kebahagiaan abadi, kesucian dan bebasnya roh dari penjelmaan dan menunggal dengan Tuhan yang sering disebut dengan “Kelepasan”.Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13142Manusia harus menyadari bahwa perjalanan hidupnya pada hakekatnya adalah perjalanan mencari Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, lalu bersatu dengan beliau. Perjalanan seperti itu adalah perjalanan yang penuh dengan rintangan, bagaikan mengarungi samudra yang bergelombang. Sudah dikatakan di atas bahwa ajaran agama telah menyiapkan sebuah perahu untuk mengarungi samudra itu, yaitu Dharma. Hanya dengan berbuat berdasarkan Dharma manusia akan dapat dengan selamat mengarungi samudra yang luas dan ganas itu.Dengan bersatunya Atma pada sumbernya yaitu Brahmana (Ida Sang Hyang Widhi) maka berakhirlah proses atau lingkaran Punarbhawa atau Samsara bagi Atma. Selesailah pengembaraan atma itu yang mungkin telah berulang kali lahir di dunia ini, dan tercapailah kebahagiaan yang kekal abadi. Berdasarkan petunjuk kitab-kitab suci agama kita “Moksha” sebagai kebebasan abadi, dinyatakan memiliki beberapa tingkatan, antara lain :a. SamipyaSamipya adalah Moksha atau kebebasan yang dapat dicapai semasih hidupnya ini, terutama oleh para Rsi saat melaksanakan Yoga, samadhi, disertai dengan kemekaran antusiasnya, sehingga beliau dapat menerima wahyu dari Tuhan. Samipya sama sifatnya dengan Jiwan Mukti.Gambar : 3.10 SemediSumber ; http://unikahidha.ub.ac.id (11-7-2013)Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti143b. SarupyaSarupya adalah Moksha atau kebebasan yang dicapai semasih hidup di mana kedudukan atma mengatasi unsur-unsur maya. Kendati pun atma mengambil perwujudan tertentu namun tidak akan terikat oleh segala sesuatunya seperti halnya awatara seperti Budha, Sri Kresna, Rama dan lain sebagainya.c. Salokya (Karma Mukti)Salokya (Karma Mukti) merupakan kebebasan yang dicapai oleh atma itu sendiri telah berada dalam posisi kesadaran sama dengan Tuhan akan tetapi belum dapat bersatu dengan Tuhan itu sendiri. Dalam keadaan ini dapat dikatakan bahwa atma itu telah mencapai tingkat “Dewa” yang merupakan manifestasinya dari sinar sucinya Tuhan itu sendiri.d. Sayujya (Purna Mukti)Sayujya (Purna Mukti) ini merupakan suatu tingkatan kebebasan yang paling tinggi dan sempurna di mana atma telah dapat bersatu atau bersenyawa dengan Tuhan dan tidak terbatas oleh apapun juga sehingga benar-benar telah mencapai “Brahma Atma Aikyam” yaitu atman dengan Tuhan betul-betul bersatu.Walaupun ada beberapa aspek atau tingkatan daripada Moksha itu berdasarkan, atas keadaan atma dalam hubungannya dengan Tuhan yang terpenting dan patut menjadi kunci pemikiran untuk mencapai Moksha itu adalah agar kita dapat melenyapkan pengaruh “Awidya (maya)” dalam alam pikiran itu, sehingga atma akan mendapat kebebasan yang sempurna. Kitab Bhagawadgita menyebutkan, sebagai berikut: Next >