< PreviousKelas XI SMA/SMK Kurikulum“13144“Anta kale ca mameva, smaran muktva kalevaran, yah prayate sa madhavam, yati nasty atra sam sayah” (Bhagawadgita VIII, 5).Terjemahannya: Dan siapa saja pada waktu meninggal, melepaskan badannya dan berangkat hanya memikirkan Aku, ia mencapai tingkat Aku. Tentang ini tidak ada keragu-raguan lagi.Dalam pustaka suci Manawa Dharmasastra disebutkan, bahwa untuk mencapai rahmat yang tertinggi (nicreyasa) yakni Moksha itu sendiri, antara lain dapat dicapai dengan cara sebagai berikut : 1. Mempelajari Weda.2. Melakukan tapa.3. Mempelajari / mencari pengetahuan yang benar.4. Menunduk (mengendalikan Panca Indriya).5. Tidak menyakiti makhluk lain.6. Melayani/menghormati guru.Ke enam hal tersebut di atas serentak harus dilaksanakan, jadi tidak hanya memilih salah satu. Di samping hal tersebut di atas kita juga mengenal jalan atau cara yang dapat dilalui untuk menuju kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, yakni untuk mempertemukan atman dengan atman. Cara seperti itu disebut dengan Yoga. Yoga itu ada empat macam yang disebut Catur Yoga, yaitu : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti1451. Karma Yoga.2. Bhakti Yoga.3. Jnana Yoga.4. Raja Yoga.Kata “Yoga” berasal dari urat kata “yuj” yang artinya menghubungkan diri. Setiap Yoga tersebut di atas mempunyai cara dan sifat tersendiri, yang dapat diikuti atau dilaksanakan oleh setiap orang. Dan setiap orang dalam memilih Yoga itu disesuaikan dengan sifat, bakat, dan kemampuannya. Dengan demikian cara yang ditempuh berbeda, namun sasaran atau tujuan yang ingin dicapai adalah satu dan sama yaitu Moksha atau mukti. Untuk jelasnya akan diuraikan tentang Yoga itu satu persatu sebagai berikut : 1. Karma Yoga Karma Yoga yaitu proses mempersatukan atman atau jiwatman dengan paramatma (Brahman) dengan jalan berbuat kebajikan (subha-karma) untuk membebaskan diri dari ikatan duniawi. Adapun “karma” yang dimaksud adalah perbuatan baik (subhakarma), suatu perbuatan baik tanpa mengikat diri dengan mengharapkan hasilnya. Semua hasil (phala) perbuatan harus diserahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan perbuatan yang bebas dari harapan hasil itu disebut “Karma Nirwritta”. Sedangkan perbuatan (karma) Gambar 3.11 Ilustrasi Karma MargaSumber : http://unikahidha.ub.ac.id (11-7-2013)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13146yang masih mengharapkan hasilnya disebut “Karma Prawritta”. Jadi dengan mengabdikan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa berlandaskan subha-karma yang tanpa pamrih itu, seseorang akan dapat mencapai kesempurnaan itu secara bertahap. Dengan bekerja tanpa terikat orang akan dapat mencapai tujuan tertinggi itu. Dengan demikian Karma Yoga yang mengajarkan bahwa setiap orang yang menjalani cara ini bekerja dengan baik tanpa terikat dengan hasil, sesuai dengan kewajibannya (SwaDharmanya). Adalah salah kalau orang beranggapan bahwa dengan tidak bekerja kesempurnaan akan dapat dicapai. Karena pada hakekatnya dunia inipun dikuasai dan diatur oleh hukum karma sehingga, seorang Karma Yoga berYajña dengan kerja (karma). Karena itu bekerjalah selalu dengan tidak mengikatkan diri pada hasilnya, sehingga tujuan tertinggi pasti akan dapat dicapai dengan cara yang demikian. Dengan menyerahkan segala hasil pekerjaan itu sebagai Yajña kepada Sang Hyang Widhi dan dengan memusatkan pikiran kepada-Nya dan kemudian melepaskan diri dari segala pengharapan serta menghilangkan kekuatan, maka kesempurnaan itu dapat dicapai. Dengan demikian, ajaran Karma Yoga yang pada pokoknya menekankan kepada setiap orang agar selalu bekerja sesuai dengan SwaDharmanya dengan tidak terikat pada hasilnya serta tidak mementingkan diri sendiri.2. Bhakti YogaBhakti Yoga yaitu proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kata “bhakti” berarti hormat, taat, sujud, menyembah, persembahan, kasih. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti147Bhakti Yoga artinya: jalan cinta kasih, jalan persembahan. Seorang Bhakta (orang yang menjalani Bhakti Marga) dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai Yajña kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut maitri. Semangat Tat Twam Asi sangat subur dalam hati sanubarinya. Sehingga seluruh dirinya penuh dengan rasa cinta kasih dan kasih sayang tanpa batas, sedikitpun tidak ada yang terselip dalam dirinya sifat-sifat negatif seperti kebencian, kekejaman, iri dengki dan kegelisahan atau keresahan. Cinta baktinya kepada Hyang Widhi yang sangat mendalam, itu juga dipancarkan kepada semua makhluk baik manusia maupun binatang. Dalam doanya selalu menggunakan pernyataan cinta dan kasih sayang dan memohon kepada Yang Widhi agar semua makhluk tanpa kecuali selalu berbahagia dan selalu mendapat berkah termulia dari Hyang Widhi. Jadi untuk lebih jelasnya seorang bhakta akan selalu berusaha melenyapkan kebenciannya kepada semua makhluk. Sebaliknya ia selalu berusaha memupuk dan mengembangkan sifat-sifat Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa (Catur Paramita). Ia selalu berusaha membebaskan dirinya dari belenggu keakuannya (ahamkara). Sikapnya selalu sama menghadapi suka dan duka, pujaan dan celaan. Dan selalu merasa puas dalam segala-galanya, baik dalam kelebihan dan kekurangan. Jadi, benar-benar tenang dan sabar selalu. Dengan demikian baktinya kian teguh dan kokoh kepada Hyang Widhi Wasa. Keseimbangan batinnya sempurna, tidak ada ikatan sama sekali terhadap apapun. Ia terlepas dan bebas dari hukuman serba dua (dualis) misalnya suka dan duka, susah senang dan sebagainya. Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13148Seluruh kekuatannya dipakai untuk memusatkan pikirannya kepada Hyang Widhi dan dilandasi jiwa penyerahan total. Dengan begitu seorang Bhakti Yoga dapat mencapai Moksha. 3. Jnana Yoga Jnana Yoga ialah pengetahuan suci yang dilaksanakan untuk mencapai hubungan atau persatuan antara atma dengan Brahman. Kata “Jnana” artinya pengetahuan sedangkan kata Yoga berarti berhubungan. Jadi dengan jalan menggunakan ilmu pengetahuan suci (Jnana) seorang (jnanin) menghubungkan dirinya (atmanya) dengan Hyang Widhi untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan yang kekal abadi. Seorang Jnana akan memusatkan bayu, sabda dan idepnya untuk mendalami dan menekuni isi pustaka suci Weda, terutama bidang filsafat (tattwa). Dengan demikian lenyaplah ketidak tahuannya (awidya) dan kekhayalannya (maya), sehingga dapat menembus jalan bebas dari ikatan karma dan samsara. Kebijaksanaan tertinggi itu sesungguhnya ada pada Hyang Widhi yang bergelar Sang Hyang Saraswati. Tuhan (Hyang Widhi) adalah serba tahu. Pengetahuan suci yang merupakan anugrah-Nya itu, patutlah dipakai sarana berYajña dan memusatkan pikiran kepada Beliau. Karena disebutkan bahwa Yajña berupa pengetahuan (Jnana) adalah lebih utama sifatnya dibandingkan Gambar : 3.12 Ilustrasi Jnana MargaSumber ; Dok. Pribadi (11-8-2014)Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti149dengan Yajña (korban) benda yang berupa apapun. Segala pekerjaan tanpa kecuali memuncak atau berpusat dalam kebijaksanaan. Disebutkan pula dengan berbidakan ilmu pengetahuan seseorang dapat menyebrangkan diri untuk mengarungi lautan dosa sekalipun. Dengan ilmu pengetahuan suci itu orang sanggup melepaskan diri dari ikatan karma. Semua hasil karma akan habis terbakar oleh apinya ilmu pengetahuan. Seperti halnya kayu api terbakar menjadi abu. Sehingga terhapuslah dualisme (suka-duka). Orang yang memiliki kebijaksanaan akan segera menemukan kedamaian yang abadi. Semua kebimbangan dan keraguan lenyap dan dengan demikian atma dapat bersatu dengan Brahman (Hyang Widhi). Akhirnya hukum Karma dan Punarbawa dapat ditebus dan sampailah pada Moksha. 4. Raja YogaRaja Yoga dilaksanakan dengan cara pengendalian dan penggemblengan diri melalui Tapa, Brata dan Samadi. Untuk melaksanakan Yoga itu ada delapan langkah atau tahap yang harus dijalankan yang disebut Astangga Yoga. Adapun bagian-bagian dari Astangga Yoga tersebut sebagai berikut: 1. Yama : merupakan pengendalian diri tahap pertama. (Jasmani)2. Niyama : pengendalian diri dalam tahap lebih lanjut. (Rohani)3. Asana : latihan berbagai sikap badan untuk meditasi.4. Pranayama: pengaturan pernafasan untuk mencapai ketenangan pikiran. Di dalam pengaturan nafas ada tiga jalan yaitu: Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13150a. Puraka (menarik nafas) b. Kumbaka (menahan nafas)c. Recaka (mengeluarkan nafas) semua ini dilakukan secara teratur. 5. Pratyahara: mengontrol dan mengembalikan semua indrya, sehingga dapat melihat sinar-sinar suci. 6. Dharana : usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan Tuhan (Hyang Widhi). 7. Dhyana : usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan Tuhan (Hyang Widhi) tarafnya lebih tinggi daripada Dharana). 8. Samedi : bersatunya atma dengan Tuhan.Dengan melakukan latihan Yoga (Astangga Yoga) seorang pengikut Raja Yoga akan dapat menerima wahyu melalui pengamatan intiusinya yang telah mekar. Dan juga akan dapat mengalami “Jiwan Mukti” selanjutnya setelah meninggal dunia maka atmanya akan dapat bersatu dengan Tuhan. Selanjutnya individu yang bersangkutan akan dapat menikmati kebebasan yang tertinggi (Moksha). Kitab Bhagawangita Bab VI, sloka 10 disebutkan sebagai berikut:“YogÄ yunjÄta sata sida, #tm¢nanam rahasi sthitah, ek¢kÄ yatacittatma nirasik aparigrahah (Bhagawangita, VI.10).Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti151Terjemahannya:Seorang Yogin harus tetap memusatkan pikirannya kepada atma yang Maha Besar (Tuhan) tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memilikinya.“Prasanta manarasam hy enam, yoginam sukham uttamam,Upaiti s¢ntara jasam Brahma-bhutam akalmasam. (BhagawangitaVI, 27)Terjemahannya:Karena kebahagiaan tertinggi datang pada Yogin, yang pikirannya tenang dan hawa nafsunya tidak bergolak yang keadaannya bersih dan bersatu dengan Tuhan (Moksha).Demikianlah cara atau jalan untuk dapat dituruti, dilaksanakan oleh manusia sebagai tuntunan baginya untuk mencapai tujuan hidup rokhani, yakni guna dapat menikmati kesempurnaan hidup yang disebut Moksha. Di antara keempat cara atau jalan tersebut di atas semuanya adalah sama, tiap-tiap jalan meletakkan dasar dan cara-cara tersendiri. Tidak ada yang lebih tinggi, ataupun yang lebih rendah, semuanya baik dan utama tergantung pada kepribadian, watak, kesanggupan dan bakat manusia masing-masing. Semuanya akan mencapai tujuannya asal dilakukan dengan penuh kepercayaan, ketekunan dengan tulus ikhlas, kesujudan, keteguhan iman dan tanpa pamrih. Di dalam kitab Bhagawangita dijelaskan sebagai berikut:Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13152“Ye yath¢ mam prapadyante, t¢ms tathai va bhaj¢my aham,mama vartma nuvar tante, manushy¢h partha sarvasah (Bhagawangita IV, 11).Terjemahannya:Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku semuanya Ku-terima dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku oh Parta.Jika kita perhatikan dari semua jalan tersebut di atas semuanya menekankan, bahwa syarat untuk mencapai kebebasan (Moksha) ialah lenyapnya pengaruh maya dan emosi karena maya inilah yang merupakan perintang dan penghalang bagi atma untuk bersatu dengan Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa), seperti halnya udara di alam (di luar). Moksha sebagai tujuan spiritual bukanlah merupakan suatu janji yang hampa melainkan suatu keyakinan yang tinggi bagi tiap orang yang beriman dan merupakan suatu pendidikan rohani untuk menciptakan rohani manusia yang beretika dan bermoral serta memberi effek positf. Tif demi tercapainya masyarakat yang sejahtera tersebut, bekerja atas dasar kebenaran, kebajikan dan pengorbanan dan bebas dari segala macam kecurangan (satyam eva jayate na nrtam). Demikianlah Moksha itu dapat ditempuh dengan beberapa macam jalan sesuai dengan tingkat kemampuan dari masing-masing orang.Uji Kompetensi:1. Apakah yang dimaksud dengan catur purusãrtha dalam ajaran agama Hindu? Jelaskanlah!2. Mengapa usaha untuk mewujudkan catur purusãrtha dinyatakan sulit dapat dilaksanakan dalam kehidupan ini?Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti1533. Hambatan apa sajakah yang anda alami untuk dapat mewujudkan catur purusãrtha itu? Diskusikanlah dengan (Kelompok, teman sebangku atau yang lainnya) di kelas! Laporkanlah hasil diskusi tersebut!4. Manfaat apakah yang dapat dirasakan secara langsung dari usaha dan upaya untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ini berlandaskan konsep catur purusãrtha? Tuliskanlah pengalaman Anda!5. Bila seseorang berkeinginan untuk melaksanakan catur purusãrtha tanpa mengikuti tahapan-tahapannya, apakah yang akan terjadi? Buatlah narasinya 1-3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman-12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kwarto: 4-3-3-4!Next >