< PreviousDaftar IsiLAMPIRAN D5 II.108 Contoh dari Sebuah PLTU Berdiri Sendiri dengan 3 Unit 121 II.109 Pengawatan Skunder dari Suatu Penyulang (Saluran Keluar) yang Diproteksi oleh Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Hubung Tanah 123 II.110 Prinsip Kerja Kontak Reset 125 II.111 Berbagai Macam Kabel, Baik Untuk Penyalur Daya Maupun Untuk Pengawatan Skunder dan Kontrol 132 II.112 Diagram Satu Garis dari PLTGU, Turbin Gas Distart Oleh Generatornya yang Dijadikan Motor Start 134 II.113 Foto Dari Sebuah Alat Perekam Kerja (Untuk Pengujian) PMT Buatan Euro SMC 135 II.114 Data Hasil Pengujian Pemutusan Tenaga 135 II.115 Empat Alat Pentanahan 138 II.116 Batang Pentanahan Beserta Aksesorinya 138 II.117 Batang Petanahan dan Lingkaran Pengaruhnya 139 II.118 Cara Mengukur Tahanan Pentanahan 140 II.119 Penggunaan Transformator Arus Klem 140 II.120 Bagan Intalasi Pneumatik (Udara Tekan) Sebuah PLTD 141 II.121 Amplifier Hidrolik 142 II.122 Reservoir Minyak Bertekanan Untuk SIstem kontrol 143 II.123 Komponen Peralatan Untuk Pengaturan Hidrolik 144 III.1 Proses Konversi Energi Dalam Pusat Listrik Tenaga Air 145 III.2 Instalasi Tenaga Air PLTA Bila Dilihat Dari Atas 146 III.3 Prinsip Kerja PLTA Run Off River 148 III.4 Potongan Memanjang Pipa Pesat PLTA Sutami (PLTA dengan Kolam Tando Reservoir) 148 III.5 Bendungan II ETA Mrica di Jawa Tengah dengan kapasitas 3 x 60,3 MW, Bendungan Beserta Pelimpasannya (Sisi Kiri) dan Gedung PLTA Beserta Air Keluarnya (Sisi Kanan). 149 III.6 Bendungan Waduk PLTA Saguling 4x175 MW dan tampak Rock Fill Dam (sisi kiri) dan Pelimpasan (bagian tengah) serta Pintu Air untuk keamanan 149 III.7 Intake PLTA di Jawa Barat dengan Kapasitas 4x175 MW 150 III.8 Pipa Pesat dan Gedung PLTA di Jawa Barat 150 III.9 Pipa Pesat PLTA Lamojan 151 III.10 Ruang Turbin PLTA Cirata di Jawa Barat 6x151 MW 152 III.11 Turbin Kaplan 152 III.12 Turbin Francis Buatan Toshiba 153 III.13 Turbin Francis dan Generator 3600 M 153 III.14 Turbin Francis dan Generator 4190 M 154 III.15 Turbin Peiton Buatan Toshiba 155 III.16 Hutan Beserta Lapisan Humus & DAS 157 III.17 Pembebanan PLTA, Beban Diusahakan Maksimal tetapi Disesuaikan dengan Tersedianya Air 158 III.18 Duga Muka Air Kolam 159 III.19 Siklus Uap dan Air yang Berlangsung dalam PLTU, yang Dayanya Relatif Besar, di Atas 200 MW 161 III.20 Coal Yard PLTU Surabaya 165 LAMPIRAN D6 Pembangkitan Tenaga Listrik X III.21 PLTU Paiton Milik PLN 165 III.22 Ruang Turbin PLTU Surabaya 166 III.23 Unit 400 MW PLTU Paiton Milik PLN Jawa Timur 166 III.24 Unit 400 MW PLTU Paiton Milik PLN 36 Sudu Jalur Jawa Timur 167 III.25 Generator dan Turbin 400 MW di Jawa Timur 167 III.26 Turbin Uap dan Kondensor 168 III 27 Boiler PLTU Perak 169 III.28 Rangkaian Proses Demineralisasi 177 III.29 Rangkaian Air Ketel Uap 178 III.30 Rangkaian Air Ketel Uap 178 III.31 Prinsip Kerja Unit Pembangkit Turbin Gas 181 III.32 Produk-Produk Turbin Gas Buatan Aistom dan Siemens 183 III.33 Konstruksi Ruang Bakar Turbin Gas Buatan Aistom, Kompresor Disebelah Kanan dan Turbin di Sebelah Kiri 184 III.34 Skema Sebuah Blok PLTGU yang Terdiri dari 3 Unit PLTG dan Sebuah UniT PLTU 185 III.35 Diagram Aliran Uap Pada Sebuah PLTGU yang Menggunakan 3 Macam Tekanan Uap; HP (High Pressure), IP (Intermediate Pressure), dan LP (Low Pressure) buatan Siemens 187 III.36 Heat-Recovery Steam Generator PLTGU Tambak Lorok Semarang dari Unit PLTG 115 MW 187 III.37 PLTGU Grati di Jawa Timur (Pasuruan) Terdiri Dari: Turbin Gas : 112,450 MW x 3; Turbin Gas : 112,450 MW x 3; Turbin Uap; 189,500 MW; Keluran Blok: 526,850 MW 188 III.38 Bagian dari HRSG yang BerseNtuhan dengan Gas Buang 188 III.39 Blok PLTGU Buatan Siemens yang Terdiri dari Dua Buah PLTG dan Sebuah PLTU 188 III.40 Skematik Diagram PLTP Flused Stem Sistem 197 III.41 PLTP Siklus Binary 198 III.42 Prinsip kerja Mesin Diesel 4 Langkah 200 III.43 Prinsip kerja Mesin Diesel 2 Langkah 200 III.44 PLTD Sungai Raya Pontianak (Kalimantan Barat 4 x 8 MW, Pondasi Mesin Berada di atas Permukaan Tanah dan Jumlah Silinder 16 dalam Susunan V 203 III.45 Kurva Efisiensi Unit Pembangkit Diesel 204 III 46 Pompa Pengatur Injeksi BBM 204 a. Posisi 1 b. Posisi 2 c. Posisi 3 III.47 Turbochanger Bersama Intercooler 205 III.48 Gambar potongan dan Rotor Turbochanger Buatan MAN (a) Kompresor (b) Turbin gas 206 III.49 Mesin Diesel Buatan MAN dan B & W 207 a. Dengan Susunan Silinder V, b. Dengan Susunan Silinder Baris X Daftar IsiLAMPIRAN D7 III.50 Skema Prinsip Kerja PLTN 209 III.51 Proses Emulsion Pada Reactor Nuklir 209 III.52 Reaktor dengan Air Bertekanan dan Mendidih 210 III.53 Sirkuit Dasar Uninterrupted Power Supply 211 III.54 Skema dan Prinsip Kerja Short Break Diesel Generating Set 212 III.55 Skema dan Prinsip Kerja Short Break Switch 212 III.56 Skema Unit Pembangkit Tenaga Angin 213 III.57 Prinsip Kerja Fuel Cell 214 III.58 a. Struktur Molekul Cyclopentane C5H1O 219 b. Struktur Molekul Cyclopentene C5H8 219 c. Struktur Molekul Benzene C6H6 219 III.59 Isooctane C8H18 dengan Cabang Methyl CH3+ 220 III.60 Struktur Molekul Toluene, Salah Satu Atom H Giganti dengan Rantai Methyl CH3+ 221 III.61 a. Kantong Gas Berisi Gas Saja 224 b. Kantong Gas Berada di atas Kantong Minyak (Petroleum Gas) 224 III.62 Turbin Cross Flow Buatan Toshiba 227 III.63 Aliran Air Pendingin dan Uap dalam Kondensor PLTU 227 III.64 Pelindung Katodik pada Instalasi Air Pendingin 228 III.65 Transformator yang Sedang Mengalami Kebakaran dan Sedang Diusahakan Untuk Dipadamkan dengan Menggunakan Air 231 IV.1 Sebuah Sistem Interkoneksi yang Terdiri dari 4 Buah Pusat Listrik dan 7 Buah Gardu Induk (GI) dengan Tegangan Transmisi 150 kV 235 IV.1 Gambar Sebuah Sistem Interkoneksi yang terdiri dari 4 buah Pusat Listrik dan 7 buah Gardu Induk (GI) dengan Tegangan Transmisi 150 kV 235 IV.2 a. Kurva Beban Sistem dan Region Minggu, 11 November 2001 pukul 19.30 = 11.454 MW (Netto) 237 b. Kurva Beban Sistem dan Region Senin, 12 November 2001 Pukul 19.00 = 12.495 MW (Netto) 237 c. Kurva Beban Sistem dan Region Selasa, 13 November 2001 Pukul 18.30 = 12.577 MW (Netto) 238 d. Kurva Beban Sistem dan Region Rabu, 14 November 2001 pukul 19.00 = 12.500 MW (Netto) 238 e. Kurva Beban Sistem dan Region Kamis, 15 November 2001 Pukul 18.00 = 12.215 MW (Netto) 239 f. Kurva Beban Sistem dan Region Jumat, 16 November 2001 Pukul 18.30 = 12.096 MW (Netto) 239 g. Kurva Beban Sistem dan Region Sabtu, 17 November 2001 pukul 20.000 = 11.625 MW (Netto) 240 h. Kurva Beban Sistem dan Region (Idul Fitri Hari Ke 1) minggu, 16 Des.2001 Pukul 20.00 = 8.384 MW (Netto) 240 i. Kurva Beban Sistem dan Region Natal Selasa, 25 Desenber 2001 Pukul 19.00 = 10.099 MW (Netto) 241 X LAMPIRAN D8 Pembangkitan Tenaga Listrik j. Kurva Beban Puncak Tahun Baru Selasa, 1 Januari 2002 pukul 19.30 = 9.660 MW (Netto) 241 k. Kurva Beban Puncak Idul Fitri 1422 H, Natal 2001 Dan Tahun Baru 2002 242 IV.3 Beban Puncak dan Beban Rata-rata Sistem 245 IV.4 Hal-hal yang dialami unit pembangkit dalam satu tahun (8760 jam) 247 IV.5 Penggambaran LOLP = p x t dalam Hari per Tahun pada Kurva Lama Beban 249 IV.6 a. Prosedur Pembebasan Tegangan Pada Penghantar No. 1 Antara Pusat Listrik A dan GI B 253 b. Prosedur memindah Transformator PS dari Rel 1 ke Rel 2 257 c. Gambar Prinsip dari PMT dalam Sistem Kubikel 258 d. Sistem Rel Ganda dengan PMT Ganda Sistem Kubikal 258 IV.7 a. Konfigurasi Rel Ganda pada Pusat Listrik dengan Kondisi PMT Kopel masih Terbuka 260 b. Konfigurasi Rel PMT 1½ pada Pusat Listrik,PMT AB2 berfungsi sebagai PMT Kopel 261 V.1 Disturbance Fault Recorder Tipe BEN 5000 buatan LEM (Belgia) 272 VI.1 Cara Mencari Kerusakan Rangkaian Kutub 283 VI.2 Cara Memeriksa Kerusakan pada Belitan Kutub 284 VI.3 Avometer 286 VI.4 Pemeriksaan Belitan Mesin Listrik 3 Phasa Menggunakan Megger 287 VI.5 Cara Memeriksa Belitan Kutub Menggunakan Avometer 287 VI.6 Cara Memeriksa Kutup Motor Sinkron Menggunakan Kompas 289 VI.7 Motor Induksi Phasa Belah 301 VI.8 Motor Kapasitor 302 VI.9 Bagan Proses Produksi Pada Usaha Jasa Perbaikan 309 VI.10 Simbol Group Belitan 312 VI.11 Langkah Belitan Nomal dan Diperpendek 314 VI.12 Belitan Gelung dan Rantai 315 VI.13 Bentuk Alur dan Sisi Kumparan 316 VI.14 Jumlah Rangkaian Group pada Satu Phasa 317 VI.15 Belitan Stator Terpasang pada Inti 319 VI.16 Jenis Hubungan Antar Group 320 VI.17 Hubungan antar Group 1 Phasa 320 VI.18 Belitan Rantai Single Layer 321 VI.19 Contoh Bentangan Belitan Rantai Lapis Tunggal 322 VI.20 Contoh Betangan Belitan Notor Induksi 3 Phasa 36 Alur 322 VI.21 Contoh Bentangan Belitan Motor Induksi 3 Phase 48 Alur 323 VI.22 Contoh Bentangan Belitan Motor Induksi 3 phasa 24 alur 324 VI.23 Gambar Skema Langkah Belitan pada Alur Motor Induksi 3 phasa 36 Alur 324 VI.24 Proses Pemberian Red Oxyde 326 VI.25 Isolasi Alur Stator 327 VI.26 Alat Pelindung dan Alat Bantu Memasukkan Belitan pada 328 Daftar IsiLAMPIRAN D9 Alur VI.27 Pemasukan Belitan Kedalam Alur Stator 329 VI.28 Bentuk Belitan dalam Stator dan Proses Pemvarnisan 330 VI.29 Langkah Belitan Motor Induksi 3 Phasa untuk Crane Double Speed 720 rpm dan 3320 rpm Star Dalam 342 VI.30 Skema dan Rangkaian Seri Atas-Bawah, Atas-Atas Motor Induksi 3 Phasa Crane Double Speed 720 dan 3320 rpm 343 VI.31 Skema Langkah Belitan Motor 3 Phasa 36 Alur 1500 rpm 344 VI.32 Belitan Motor AC 3 Phasa 36 Alur 1500 rpm 344 VI.33 Belitan Motor Induksi Phasa 36 Alur 3000 rpm 345 VI.34 Belitan Motor induksi 3 Phasa 24 Alur 3000 rpm 345 VI.35 Langkah Belitan Motor Induksi 3 Phasa 24 Alur 1500 Rpm 346 VII.1 Kontruksi dari Sebuah Saklar Sel Berbentuk Lurus 348 VII.2 Hubungan Jajar dari Baterai Akumulator dan Generator 350 VII.3 Hubungan Jajar Baterai Akumulator dengan Dua buah Generator Shunt dan Memakai Tiga Hantaran 352 VII.4 Pengisian Baterai aAkumulator Terbagi Beberapa Bagian 352 VII.5 Skema Pemasangan Mika Saklar 354 VII.6 Pusat Tenaga Listrik dc Memakai Saklar Sel Berganda 355 VII.7 Opjager 357 VII.8 Skema Sebuah Generator dengan Baterai Buffer 359 VII.9 Penambahan Belitan Magnet 362 VII.10 Medan Differensial 362 VII.11 Skema Agregat dari Piranti 363 VII.12 Rangkaian Magnet dari Mesin Arus Searah pada Umumnya 365 VII.13 Pengikat Inti Kutub Terhadap Rangka Mesin Listrik Arus Searah pada Umumnya 369 VII.14 Rangka Mesin Listrik Arus Searah yang Retak Rangkanya 369 VII.15 Cara Mencari Belitan Kutub yang Putus 371 VII.16 Mencari Hubung Singkat Belitan Jangkar dengan Growler 374 VII.17 Mencari Hubung Singkat Belitan Terhadap Badan 374 VII.18 Gambar Mencari Belitan Jangkar yang Hubung Singkat dengan Badan 375 VII.19 Mencari Hubungan Singkat dengan Badan 375 VII.20 Mencari Hubung Singkat terhadap Badan dengan Growler dan Milivoltmeter 376 VII.21 Mencari Putusnya Belitan dengan Growler dan Cetusan Bunga Api 376 VII.22 Mencari Putusnya Belitan dengan Jarum Magnet 376 VII.23 Mencari Putusnya Belitan dengan Mili-Voltmeter 377 VII.24 Reaksi Jangkar yang Menyebabkan Muculnya Bunga Api 378 VII.25 Arah Menggeser Sikat Setelah Timbul Reaksi Jangkar 379 VII.26 Keadaan Teoritis Reaksi Jangkar pada Motor Arus Searah 380 VII.27 Menggeser Sikat pada Motor Listrik Setelah Timbul Bunga Api 381 VII.28 Untuk Mencari Bagian Mana yang Rusak Gunakanlah Avometer 383 LAMPIRAN D10 Pembangkitan Tenaga Listrik VII.29 Bentuk Lempeng lemel 387 VII.30 Potongan Kolektor 387 VIII.1 Bagian Alir Start-Stop PLTU PERAK III & IV 407 IX.2 Grafik Pengoperasian pada Turning Gear 425 IX.3 Simbol Gerbang AND 427 IX.4 Simbol Gerbang OR 428 IX.5 Simbol Gerbang NOT 428 IX.6 On Delay dan Off Delay pada Timer 429 IX.7 Contoh Wiring Diagram Sistem Kelistrikan PLTU Perak 436 X.1 Contoh Transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas 1100 kV dan Daya di atas 1000 MVA 451 X.2 Contoh Vacuum Interrupter 466 X.3 Gas Insulated Switchgear (GIS) 467 X.4 a. Gas Switchgear Combined (GSC) 550 kV 467 b. Gas Switchgear Combined (GSC) 300 kV 468 c. Gas Switchgear Combined (GSC) 245 kV 468 d. Gas Switchgear Combined (GSC) 72,5 kV 468 X.5 Gas Combined Swithgear (GCS) 550 kV, 4000A 469 X.6 Menunjukkan C-GIS (Cubicle Type Gas Insulated Switchgear) 469 X.6 a. C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 72.5 kV 469 b. C-GIS (Cubicle type Gas Insulated Switchgear) 24 kV 470 c. C-GIS (Cubicle type Insulated Switchgear) 12 kV 470 X.7 Dry Air Insulated Switchgear 72.5 470 X.8 VCB (Vacuum Circuit Breaker) Out Door 145 kV 471 X.9 Reduced Gas Dead Tank Type VCB 72.5 kV 471 X.10 Dry Air Insulated Dead Tank Type VCB 72.5 kV 472 X.11 VCS (Vacuum Combined Switchgear) 472 X.12 VCB (Vacuum Circuit Breaker) In Door Unit 473 X.13 VCB (Vacuum Circuit Breaker) Indoor Unit 473 X.14 Oil-Immersed distribution transformers 474 X.15 SF6 Gas – Insulated Transformer 474 X.16 Cast Resin Transformer 475 X.17 Sheet – Winding (standart: Aluminum Optional Copper) 445 X.18 Gambar gambar Short Circuit Breaking Tests 476 X.19 Short – Time Witstand Current Test 476 X.20 Alternating Current With Stand Voltage Test 477 X.21 Internal Arc Test of Cubicle 477 X.22 Slide Shows 478 X.23 Grafik Hubungan Sensing Tegangan Terhadap Output of Generator 483 X.24 Rangkaian Amplifier 484 X.25 Diagram Minimum Excitay Limiter 485 X.26 Blok Diagram Automatic Follower 486 X.27 Diagram Excitacy 487 X.28 Diagram AVR 488 XI.2 Single Line diagram Pengatur Kecepatan Motor Dahlander pada Crane 494 XI.1 Power Diagram Line Pengatur Kecepatan Motor Dahlander 493 Daftar IsiLAMPIRAN D11 Pada Crane XI.3 Contoh Gambar Menentukan Torsi Mekanik 495 XI.4 Contoh Gambar Menentukan Tenaga Mekanik 496 XI.5 Contoh Gambar Menentukan Daya Mekanik 496 XI.6 Contoh Gambar Menetukan Daya Motor Listrik 497 XI.7 Contoh Menentukan Energi Kinetik pada Putaran dan Momen Enersi 500 XI.8 Contoh Gambar Menentukan Energi Kinetik pada Putaran dan Momen Enersi pada Roda 2 Pully 500 XI.9 Rangkaian Control Plug 503 XI.10 Rangkaian Daya Plugging 504 XI.11 Contoh Rangkaian Daya Pengereman Dinamik 505 XI.12 Single Diagram Rangkaian Daya Pengereman Dinamik 506 XI.13 Pengereman Regeneratif 506 XI.14 Pengereman Dinamik 507 XI.15 Sambungan Solenoid Rem untuk Pengasutan DOL 508 XI.16 Konstruksi dan Pengereman pada Motor Area 509 XI.17 Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton 510 XI.18 Motor Area pada Crane Jembatan 10 Ton 511 XI.19 Motor Area pada Crane Gantung 10 Ton untuk Mengangkat Kapal 511 XI.20 Konstruksi Lift 515 XI.21 Contoh Pengawatan Lift 517 XII.1 Bagan Jenis-Jenis Fasilitas Telekomunikasi pada Industri Tenaga Listrik 525 XII.2 Peralatan Pengait untuk Komunikasi Pembawa (PLC) 528 XII.3 Sistem Rangkaian Transmisi dengan Pembawa (PLC) 530 XII.4 Contoh Konstanta Attenuasi Saluran Transmisi 531 XII.5 Contoh Peralatan Radio 534 XII.6 Contoh Pemancar 535 XII.7 Contoh Komunikasi Radio untuk Pemeliharaan 536 XII.8 Lintasan Gelombang Mikro Dipantulkan oleh Reflektor Pasif 538 XII.9 Bagian-bagian Pemancaran (A) Antena Reflektor pasif Parabola (B) Gelombang Mikro 539 XIII.1 Contoh Pengukuran Arus Dilengkapi Transformator Arus 542 XIII.2 Desain Transformator Arus 500 VA, 100A/5 A untuk Line 230 kV 542 XIII.3 Transformator Arus 50 VA, 400 A/5 A, 60 Hz dengan Isolasi untuk Tegangan 36 kV 543 XIII.4 Transformator Toroida 1.000 A/4A untuk Mengukur Arus Line 544 XIII.5 Transformator Toroida Tersambung dengan Bushing 545 XIII.6 Transformator Tegangan pada Line 69 kV 546 XIII.7 Contoh Aplikasi Transformator Tegangan pada Pengukuran Tegangan Tinggi 547 XIII.8 Contoh Bentuk Amperemeter dan Voltmeter 547 XIII.9 Kontruksi dasar Watt Meter 548 LAMPIRAN D12 Pembangkitan Tenaga Listrik XIII.10 Pengukuran daya (Watt-Meter 1 phasa) 548 XIII.11 Pengukuran Daya (Watt-Meter 1 Phasa / 3 Phasa) 549 XIII.12 Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa 549 XIII.13 Skema Bagan Watt-Meter 1 Phasa dan 3 Phasa 549 XIII.14 Cara penyambungan Wattmeter 1 phasa 550 XIII.15 Cara Pengukuran Daya 3 Phasa dengan 3 Wattmeter 550 XIII.16 Rangkaian Pengukuran Daya 3 Phasa 4 Kawat 550 XIII.17 Rangkaian Pengukuran Daya Tinggi 551 XIII.18 Alat Pengukuran Cos Ɏ 552 XIII.19 Kopel yang Ditimbulkan 522 XIII.20 Pengukuran Cos Ɏ dengan Kumparan yang Tetap dan Inti Besi 533 XIII.21 Diagram Vektor Ambar XIII.20 554 XIII.22 Prinsip Cosphimeter Elektro Dinamis 554 XIII.23 Cosphimeter dengan Azaz Kumparan Siang 554 XIII.24 Vektor Diagram Arus dan Tegangan pada Cosphimeter 555 XIII.25 Skala Cosphimeter 3 phasa 555 XIII.26 Kontruksi Cosphimeter dengan Garis-garis 555 XIII.27 Sambungan Cosphimeter 1 phasa 555 XIII.28 Sambungan Secara tidak Langsung Cosphimeter 1 Phasa 555 XIII.29 Pemasangan Cosphimeter 3 phasa 556 XIII.30 Pemasangan Secara Tidak Langsung Cosphimeter 3 Phasa 556 XIII.31 Kerja Suatu Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar 557 XIII.32 Prinsip Kerja Frekuensimeter Jenis Batang Bergetar 557 XIII.33 Prinsip Kerja Frekuensimeter Tipe Elektro Dinamis 558 XIII.34 Prinsip Suatu Frekuensi Meter Jenis Pengisian-Pengosongan kapasitor 559 XIII.35 Kontruksi Frekuensi Lidah 559 XIII.36 Skala Frekuensimeter Lidah 560 XIII.37 Prinsip Kerja Meter Penunjuk Energi Listrik Arus Bolak-Balik (Jenis Induksi) 561 XIII.38 Arus Eddy pada Suatu Piringan 561 XIII.39 Prinsip Pengatur Phasa 562 XIII.40 Prinsip Suatu Beban Berat 563 XIII.41 Prinsip Suatu Beban Ringan 563 XIII.42 Bentuk Bentuk Penunjuk (Register) 564 XIII.43 Prinsip Voltmeter Digital dengan Metode Perbandingan 565 XIII.44 Beda Antara Metode Perbandingan dan MetodeIntegrasi 565 XIII.45 Prinsip Sistem Penghitungan dengan Cara Modulasi Lebar Pulsanya 568 XIII.46 Alat Pencatat Penulis Pena 569 XIII.47 Contoh Cara Kerja Garis Lurus Alat Pencatat Penulis Langsung 569 XIII.48 Alat Pencatat Penulis Langsung 570 XIII.49 Cara Kerja alat Pencatat Penulis Langsung (jenis pemetaan) 570 XIII.50 Blok Diagram Suatu Alat Pencatat X-Y 571 XIII.51 Penyimpanan Suatu Sinar Elektron dalam Suatu CRT 572 Daftar IsiLAMPIRAN D13 XIII.52 “Blok Diagram” Suatu Osciloscope (System “Repetitive Sweep”) 572 XIII.53 Hubungan Antara Bentuk Gelombang yang terlibat dan bentuk Gelombang “Saw-Tooth” dalam Sistem “Triggered Sweep” 573 XIII.54 Prinsip penyimpanan “Storage CRT” 573 XIII.55 Contoh dari Samping Osciloskop 574 XIII.56 Bentuk Suatu 1800-4500 MHz Band Signal Generator 574 XIII.57 “Blok Diagram” Untuk Rangkaian Gambar XIII. 106 574 XIII.58 Peredam Reaktansi 575 XIII.59 Pengujian Belitan Mesin Listrik 3 Phasa dengan Menggunakan Megger 576 XIII.60 Cara Mengukur Belitan Kutub dengan Menggunakan Avometer 576 Daftar RumusLAMPIRAN E1 DAFTAR RUMUS 18 E = C. I. Volt 6-5 282 N0. Rumus No. Halaman 1 vnqS1111. 2-1 96 2 EnqS..111 2-2 96 3 UALSK/)( 2-3 97 4 dCUPwdieltan2 2-4 97 5 qkWHkP...K 3-1 146 6 hpG102.196,0.400.11 3-2 195 7 k x 1atau 2n xS.A.I.BMEPPm 3-3 201 8 46030t.520.Vp-pmmnm 3-4 223 9 PuncakBeban rata-rataBeban bebanFaktor 4-1 244 10 8.760 x terpasangDaya tahun1 ProduksikapasitasFaktor 4-2 245 11 alatKemampuan nggialat tertiBeban utilitasFaktor 4-3 245 12 gangguan jamJmlh operasi jamJmlh gangguan jamJmlh FOR 4-4 246 13 x tpLOLP 4-5 249 14 E=2,22.az.f.kd.kp...ZI10–8 . Volt 6-1 282 15 E = 4,44.N. f.kd.kp...ZI10–8 Volt 6-2 282 16 E=2,22.az.f.kd.kp...ZI10–8 .Volt 6-3 282 17 E = 4,44.N. f.kd.kp...ZI10–8 Volt 6-4 282 Next >