< Previous 51 sampai 30 – 34,9 cm ditentukan sebanyak 30 buah, untuk selanjutnya sampai 45,0 – 49,9 cm besar pohon sampel 20 buah. Untuk pohon di atas 50 cm, interval kelas yang digunakan 10 cm, dengan jumlah sampel 20 buah per kelas. Contoh jumlah sampel untuk satu kelompok jenis disajikan dalam Tabel 20. berikut : Tabel 18. Jumlah sampel untuk satu kelompok jenis Kls Diameter (cm) Jumlah sampel 10,0 - 14,9 30 15,0 - 19,9 30 20,0 - 24,9 30 25,0 - 29,9 30 30,0 - 34,9 30 35,0 - 39,9 20 40,0 - 44,9 20 45,0 - 49,9 20 50,0 - 59,9 20 60,0 - 69,9 20 70,0 - 79,9 20 ≥ 80,0 20 Untuk hutan tanaman, kurva tinggi dibuat untuk setiap kelas umur. Kalau ada 6 kelas umur, berarti harus ada 6 kurva tinggi. Dalam satu kelas umur, dibuat kelas-kelas diameter dimana kelas diameter mulai dari diameter 5 cm atau diameter terkecil dalam kelas umur tersebut dengan interval 2,5 cm. Dengan demikian kelas-kelas diameternya adalah 5 – 7,4 cm, 7,5 – 10,0 cm dan seterusnya. Jumlah sampel dalam setiap kelas diameter adalah 30 buah. Pohon sampel diusahakan diambil dari site yang berbeda-beda. Jumlah sampel untuk satu kelas umur adalah sebagai berikut : 52 Tabel 19. Jumlah sampel untuk satu kelas umur Kls Diameter (cm) Jumlah sampel 5,0 - 7,4 30 7,5 - 9,9 30 10,0 - 12,4 30 12,5 - 14,9 30 15,0 - 19,9 30 dst....... 30 Kriteria pohon dapat digunakan sebagai sampel untuk diukur tingginya adalah pohon sehat, pertumbuhan normal, berbatang lurus dan tajuknya tidak patah. Pengukuran Tinggi Pohon Sampel Metode yang digunakan merupakan metode gabungan antara metode trigonometri dan metode geometri. Metode ini tidak menggunakan alat ukur yang mahal dan canggih, tidak menggunakan pengukuran jarak dan mudah dilakukan baik di hutan tanaman maupun di hutan alam. Perhitungan nilai tinggi dilakukan di kantor. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur tinggi adalah : o Clinometer; o Tongkat bantu untuk mengukur tinggi sepanjang 5,5m (dapat dipanjangpendekkan) atau dengan menggunakan laser distance meter yang ada untuk memudahkan pengukuran; o Alat tulis-menulis dan perlengkapan lapangan. Variabel-variabel yang diukur dalam pengukuran tinggi adalah tinggi total (ht), tinggi bebas cabang (hcp), ujung tongkat aluminium (hp) dan tinggi pada ketinggian 1,5 m (hb) dari atas 53 tanah (Lihat gambar di bawah). Perhatikan bahwa posisi tongkat ukur harus di sisi pohon, posisi tongkat pada gambar 12. di atas dimaksudkan untuk mempermudah pengertian saja. Gambar 13. Pengukuran tinggi pohon dengan clinometer Pengukuran dilakukan dengan clinometer dan yang dibaca adalah kelerengan dalam satuan % (tidak boleh dalam satuan derajat) Hasil-hasil pengukuran dimasukkan dalam daftar isian pengukuran tinggi adalah sebagai berikut : Tabel 20. Daftar Isian Pengukuran Tinggi Nama Jenis : Kelas umur : …. tahun Jarak tanam : Lokasi : 54 Tinggi total pohon dihitung dengan rumus sebagai berikut : 5,14xhhhhtinggibpbt Dimana ht adalah pembacaan clinometer (%) pada tinggi total, hb adalah pembacaan clinometer (%) pada ketinggian 1,5 m dari tanah dan hp adalah pembacaan clinometer (%) pada ujung tongkat. Untuk mencari tinggi bebas cabang nilai ht digunakan rumus : 5,14xhhhhtinggibpbcp Dimana hcp adalah pembacaan clinometer (%) pada tinggi bebas cabang, hb adalah pembacaan clinometer (%) pada ketinggian 1,5 m dari tanah dan hp adalah pembacaan clinometer (%) pada ujung tongkat. Membentuk Kurva Tinggi Data lapangan yang sudah dihitung akan menghasilkan informasi tentang diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total dari semua pohon contoh. Untuk menghubungkan diameter dengan tinggi total, atau antara diameter dengan tinggi bebas cabang gunakan model persamaan kuadratik sebagai berikut: 55 h = b0 + b1d + b2 d2 dimana h adalah tinggi total (m), d adalah diameter (cm) sedang b0 , b1 dan b2 adalah koefisienkoefisien yang harus dicari melalui analisis regresi. Teknik mencari koefisien regresi dapat dilihat pada buku-buku statistika, karena itu tidak dijelaskan di bagian ini. Program komputer statistika atau program spreadsheet seperti Microsoft Excel juga menyediakan modul analisis regresi yang dapat digunakan untuk mencari koefisien-koefisien regresi, termasuk kekuatan hubungan antar variabelnya. Kurva tinggi yang dapat digunakan adalah kurva yang hubungan antara diameter dan tingginya cukup kuat. Berikut ini contoh gambar kurva tinggi , persamaannya yang menggunakan model lain. Gambar 14. kurva tinggi Perbedaan kurva tinggi untuk kelompok jenis yang sama menyatakan perbedaan site di mana pohon sampel diambil. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi yang berbeda, mungkin memperoleh kurva tinggi yang berbeda pula. Dengan demikian setiap IUPHHK sebaiknya mempunyai kurva yang berasal dari wilayahnya masing-masing. 56 b) Tabel Volume Pengertian Tabel volume yang digunakan adalah tabel volume lokal atau tarif yaitu suatu tabel yang disusun sedemikian sehingga dengan mengetahui garis tengah atau keliling saja, volume pohon bisa diduga. Dengan demikian, untuk menduga volume tidak dibutuhkan variabel tinggi pohon yang sulit pengukurannya di lapangan. Metode yang banyak dipakai untuk menyusun tabel volume adalah metode analisis regresi, yaitu mencari hubungan antara volume batang pohon dengan peubah-peubah penaksirnya yang diperoleh dengan pengukuran sejumlah pohon contoh. Secara umum ada tiga macam tahapan dalam pembentukkan tabel volume: Pemilihan pohon-pohon contoh yang representatif Pengukuran dimensi pohon-pohon tersebut untuk memperoleh volumenya dan penggunaan metode statistika untuk menurunkan hubungan antara volume dengan peubah-peubah penduga. Pengujian hubungan tersebut untuk menentukan ketelitiannya. Manfaat dari tabel volume pohon adalah untuk menduga dengan tepat volume total sejumlah pohon tanpa merebahkannya, dengan menggunakan pengukuran yang dapat dilakukan dengan tepat, mudah dan murah. Dalam memilih persamaan volume, sebaiknya coba dahulu model yang sederhana, yaitu model dengan jumlah koefisien yang paling sedikit, misalnya: V = a + bd2 V = adb V = a + bd2h V = a (d2h)b 57 c) Tabel Berat Tabel berat pohon adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara diameter dengan berat segar (fresh weight) pohon. Tabel berat ini penting keberadaannya untuk menduga potensi kayu pulp dalam HTI pulp, dan untuk menduga biomassa serta banyaknya unsur karbon dalam hutan alam. Pada dasarnya pembentukkan tabel berat pohon sama dengan pembentukkan tabel volume yaitu pengukuran seksi pohon. Hanya saja setelah seksi pohon diukur volumenya, berat seksi juga ditimbang setelah itu berat semua seksi pohon dijumlahkan untuk mendapat berat pohon. Untuk HTI pulp, pohon sampel untuk penyusunan tabel volume dipotong-potong menjadi seksi sepanjang 1 meter atau 2 meter. Seksi-seksi pohon ini ditimbang dengan karung yang sudah dibuka ujungnya, dengan timbangan gantung (timbangan beras). Berat semua seksi kemudian dijumlahkan untuk memperoleh berat pohon segar. Untuk hutan alam, setelah pohon direbahkan dan diukur volumenya ambil sampel kayu berupa piringan (disc) pada bagian pangkal, tengah dan ujung batang. Tebal sampel kayu ini diusahakan setebal 5 – 10 cm. Sampel berupa piringan ini kemudian diukur volumenya dan ditimbang beratnya. Dari nilai volume dan berat ini kemudian dihitung berat jenis kayu segar (BJKS) dari semua potongan dengan satuan 33 kg/cm3 . Untuk mendapatkan berat pohon, BJKS rataan dikalikan dengan volume pohon dan dinyatakan dengan satuan ton/m3. Tabel berat diperoleh dengan menghubungkan diameter dengan berat pohon yang bersangkutan dengan teknik analisis regresi seperti pada Kurva Tinggi dan Tabel Volume. Bentuk umum persamaan yang dapat digunakan adalah : 58 Berat = b0 D b1 di mana D adalah diameter sedang b0 dan b1 adalah koefisien persamaan yang dicari nilainya dengan analisis regresi . Berikut ini adalah hubungan antara diameter (cm) dengan berat kayu berkulit (kg) dari jenis Acacia mangium. Persamaan yang terbentuk adalah Berat = 0,2554 Dia. 2,3165 ; Koefisien Determinasi = 0,86 Berat dinyatakan dalam kg dan diameter dinyatakan dalam cm. Persamaan yang diperoleh ini dapat digunakan sebagai dasar penyusunan Tabel Berat untuk besar diameter yang sama sebagaimana contoh pada gambar 15. berikut di Provinsi Kalimantan Timur. Gambar 15. Kurva Berat untuk besar diameter yang sama Tahap Pembentukan Persamaan Volume Penentuan pohon-pohon sampel Penentuan sampel merupakan kegiatan untuk menentukan pohon-pohon yang dijadikan contoh untuk penyusunan tabel 59 volume. Banyaknya sampel pohon rebah misalnya 300 pohon, dimana 225 pohon digunakan untuk menyusun regresi dan 75 pohon digunakan untuk tujuan uji validasi dari persemaian volume terpilih dimana sampel pohon berasal dari lokasi yang sama. Adapun syarat-syarat pohon yang diambil sebagai sampel antara lain: lurus, tidak menggarpu, bebas dari serangan hama penyakit, batang tidak pecah, setelah tebang. Apabila terjadi kesalahan teknis penebangan yang mengakibatkan pohon rusak, maka pohon tersebut tidak 30 diambil sebagai sampel. Penggolongan kelas diameter tergantung daripada kisaran diameter yang terbesar pada lokasi penelitian. Tabel volume sebaiknya dibuat 2 macam, yaitu tabel volume kayu produksi untuk pendugaan volume pohon-pohon berdiameter > 50 cm dan tabel volume untuk pohon-pohon berdiameter < 50 cm. Pemisahan kedua tabel volume ini akan meningkatkan kecermatan pendugaan. Pengukuran dan Pengumpulan Data o Memilih pohon-pohon contoh yang memenuhi kriteria sebagaimana diuraikan di atas. o Mengukur diameter setinggi dada (dsd) pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah, atau 30 cm di atas banir untuk tinggi banir lebih dari 1 m. o Melakukan persiapan penebangan untuk menghindari batang pecah atau patah setelah rebah yang dilakukan oleh penebang (chainsawman). o Menghitung volume batang rebah dengan cara mengukur peubah-peubah volume yaitu diameter dan tinggi atau panjang batang. Pekerjaan yang dilakukan adalah: 60 Mengukur panjang batang mulai dari potongan bawah sampai batang bebas cabang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur. Mengukur diameter setiap seksi dengan panjang 2 meter. Untuk seksi terakhir panjang seksi sama dengan atau di bawah 2 meter. Pengukuran dilakukan dengan metode Smallian yaitu diameter diukur pada pangkal dan ujung seksi. Letak diameter pangkal seksi pertama adalah 30 cm di atas banir. Pengukuran dilakukan dengan melingkarkan pita diameter pada batang. Jika terjadi kesulitan yang disebabkan batang menempel pada tanah, maka dilakukan penggalian samapai pita diameter dapat dilingkarkan pada batang. Untuk titik yang tidak dapat diukur, dilakukan interpolasi linier. Untuk menduga diameter diperlukan 3 pembacaan, pertama adalah diameter pada titik sebelumnya, kedua adalah nilai diameter pada titik yang terdekat dengan titik yang diinginkan (lebih besar dari 2 m) dan yang ketiga adalah panjang atau jarak dari diameter pertama ke diameter kedua. Interpolasi linier menggunakan rumusan sebagai berikut : 211*12dddde di mana : de : diameter dugaan (diameter di titik 2 meter setelah d1(cm) d1: diameter sebelumnya (cm) d2: diameter kedua (cm) l : panjang (m) Next >