< PreviousSeni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 153 Prinsip irama yang dapat terlihat dalam sebuah karya lukisan, dapat berupa sebuah komposisi dengan menerapkan penyusunan unsur-unsur rupa seolah-olah membentuk rangkaian berirama. 4) Pusat Perhatian/Centre Of Interrest Gambar 212 Pusat Perhatian/Centre Of Interrest pada lukisan The Last Supper karya Leonardo Da Vinci Sumber : http://atheism.about.com/od/imagegalleries/ig/Leonardo-Da-Vinci/ Last-Supper--Da-Vinci.htm 5) Pusat perhatian merupakan salah satu faktor atau unsur seni rupa yang paling kuat. Hal ini dimaksud untuk menonjolkan inti subjek matter dari karya seni tersebut. Dalam lukisan diatas dengan judul The Last Supper karya pelukis kenamaan Leonardo Da vinci, sebuah lukisan yang sangat kental dengan nilai-nilai keagamaan. Dalam lukisan ini dapat dilihat dengan jelas bahwa focus yang ingin ditonjolkan pelukisnya adalah pada figure manusia yang ada ditengah, semua orang yang ada dalam lukisan tersebut mengarahkan pandangan dan memusatkan perhatian padanya. Dengan membuat pusat perhatian atau centre of interest dalam sebuah lukisan, maka pelukis akan dapat lebih mudah untuk menampilkan pokok persoalan lukisan, sehingga penikmat seni akan dengan cepat mengapresiasi ide, konsep, serta maksud yang terkandung dalam lukisan tersebut Seni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 154 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 6) Keseimbangan ( balance ) Gambar 213 Lukisan karya Raphael‟dengan judul The School of Athens (1511), menerapkan prinsip keseimbangan simetris kanan dan kiri http://www.ottobwiersma.nl/philosophy/perspect.htm Dalam sebuah karya seni lukis tidak dapat mengabaikan prinsip keseimbangan, yang sering disebut dengan istilah balance artinya seimbang atau tidak berat sebelah. Keseimbangan adalah suatu perasaan akan adanya kesejajaran, kestabilan, ketenangan dari kekuatan suatu susunan.(Suryahadi, 1994 : 11). Keseimbangan dapat bersifat simetris maupun asimetris. Dalam hal seni rupa, berat yang dimaksud lebih cenderung pada berat visual dari pada berat arti fisik. Unsur-unsur visual yang berpengaruh pada berat visual ialah ukuran, warna, serta penempatannya (lokasi). (Supono, 1983 : 69). Keseimbangan merupakan kepekaan perasaan terhadap suatu unsur dalam seni lukis yang memberikan kesan stabil dalam suatu susunan, baik yang bersifat simetris / formal maupun asimetris / informal. Keseimbangan formal memberikan kesan statis pada suatu susunan sedangkan keseimbangan informal memberikan kesan dinamis pada suatu susunan. Demikian juga dengan karya pencipta, keseimbangan yang dimunculkan adalah Seni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 155 keseimbangan informal dimana keseimbangan ini memberikan gerakan dinamis pada wujud karya. Jadi pengertian keseimbangan dalam seni lukis adalah berhubungan erat atau menyangkut hal berat, ukuran, dan kepadatan yang ada pada perasaan kita jika melihat sebuah karya seni lukis. Keseimbangan tercapai jika ada suatu perasaan akan kesamaan, keajegan, dan kestabilan. 7) Harmoni/Keselarasan Harmoni atau keserasian adalah timbul dengan adanya kesamaan, kesesuaian dan tidak adanya pertentangan. Dalam seni rupa prinsip keselarasan dapat dibuat dengan cara menata unsur-unsur yang mungkin sama, sesuai dan tidak ada yang berbeda secara mencolok. Gambar 214 Lukisan "Persiapan Gerilya" karya Dullah, menerapkan prinsip harmoni Sumber: http://www.presidenri.go.id/index.php/sudutistana/2010/03/30/99.html Untuk memahami tentang harmoni atau keselarasan coba perhatikan jari-jari anda. Perhatikan bentuknya, warnanya, garis-garisnya, teksturnya. Apakah ada kesamaan? Apakah anda senang melihatnya? Kemudian jelaskan bagaimana unsur rupa yang terdapat pada jari anda itu! Harmoni merupakan suatu perasaan kesepakatan, kelegaan suasana hati, suatu yang menyenangkan dari kombinasi unsur dan prinsip yang berbeda, namun memiliki kesamaan dalam beberapa unsurnya. Semua unsur, semua bagian Seni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 156 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 dikompromikan, bekerja sama satu dengan lainnya dalam suatu susunan yang memiliki keselarasan. 8) Kesatuan Kesatuan pada sebuah karya seni lukis, dalam arti yang mendasar adalah tersusun secara baik ataupun sempurna atas unsur-unsur seni rupanya. serta memiliki suatu kesatuan bentuk, warna, teknik dan sebagainya, disamping itu juga ada kesatuan antara bagian yang satu dengan yang lainnya, dan antara bagian-bagian dengan keseluruhan. Menurut pendapat Fajar Sidik kesatuan atau unity adalah penyusunan atau pengorganisasian dari elemen-elemen seni demikian rupa sehingga menjadi kesatuan organik dan harmoni antara bagian-bagian dengan keseluruhan. (Sidik, 1981:47). Gambar 215 "Cap Gomeh" lukisan karya S Sudjojono menerapkan prinsip kesatuan Sumber :http://youpainting.blogspot.com/2013/10 /membangkitkan-realisme-kebangsaan-s.html Jadi kesatuan merupakan penyusunan dari elemen-elemen seni rupa sehingga tiap-tiap bagian-bagian yang tersusun tidak terlepas dengan bagian lainnya, disamping itu dalam sebuah lukisan yang baik tidak boleh mengabaikan kesatuan bentuk-bentuk objek yang ditampilkan dan harus memperhatikan keharmonisan di antara elemen-elemen seni rupa lainnya. Kesatuan harus juga dapat memberikan perasaan adanya kelengkapan, menyeluruh, intergrasi total, kualitas yang menyatu dan selesai. Dalam kesatuan ada hubungan dari seluruh bagian dalam susunan bekerjasama untuk konsistensi, kelengkapan dan kesempumaan. Ini adalah puncaknya dari seluruh prinsip pengorganisasian unsur seni rupa setelah prinsip Seni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 157 harmoni.Kesatuan dicapai dalam suatu komposisi menciptakan suatu hubungan yang kuat antar unsur yang disusun (dapat karena setiap unsur saling sentuh satu dengan lainnya atau berdialog satu dengan lainnya, dapat karena adanya ketegangan saling tarik menarik antar bagian. Jadi kesatuan secara skematik dapat terlihat nyata dapat pula hanya tersirat karena hanya persepsi kita yang merasakan adanya kebersamaan. 2. Unsur Idio Plastis Apa yang ada dibalik sebuah karya lukisan, atau apa yang tersirat namun tidak tampak kasat mata, dalam sebuah lukisan, itu disebut dengan unsur Ideoplastis, artinya yang tidak dilihat oleh kemampuan mata, namun dapat dihayati melalui pengalaman estetis dan perasaan seseorang dalam menikmati sebuah hasil karya seni lukis. Bagi seorang pelukis, penciptaan bentuk karyanya harus dapat mengekspresikan atau mengungkapkan ide yang ada dalam pikirannya (cipta), imajnasi perasaannya (rasa), keinginannya (karsa) serta pengalaman pribadinya yang diwujudkan ke dalam bentuk karya lukisan agar orang lain (apresiator) dapat menikmati, menghayati, dan menilainya sehingga memberikan kesan mengagumkan, mempesona, menyenangkan, mengharukan dan lain sebagainya dengan berakhir pada kepuasan batin. Gambar 216 Lukisan Ondrowino, karya Banu Arsana merupakan visualisasi dari pengalaman pribadi pelukisnya Seni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 158 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 Unsur-unsur ideoplastis hanya dapat dirasakan dan dilakukan oleh seseorang yang memiliki kepekaan rasa dan pengalaman estetik baik sebagai apresiatur maupun pencipta karya seni lukis. Hal ini tidak semua orang memiliki kemampuan tinggi tentang hal tersebut. Untuk itu diperlukan kegiatan apresiasi yang rutin sehingga dapat dengan mudah mengetaui sebuah karya seni murni yang bermutu. Ide dan konsep merupakan ideoplastis yang dapat diketahui orang awam cara menerka dan memperkirakan apa ide dan konsepnya, namun yang lebih tahu adalah pelukisnya sendiri.. 3. Pendekatan Semiotika Adalah suatu metode pendekatan memahami sebuah karya lukisan dengan ilmu tanda. Semiotik berasal dari kata semeion –bhs. Yunani - artinya tanda. Semiotika berarti ilmu tentang tanda (Zoest, 1993:1). Tanda dibedakan menjadi tiga macam yang antara lain; a. Tanda ikon merupakan tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya, atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya. Misalnya kesamaan sebuah peta dengan wilayah geografis yang digambarkannya, foto dan lain-lain. Benda-benda tersebut mendapatkan sifat tanda dengan adanya relasi persamaan di antara tanda dan denotasinya, maka ikon seperti qualisign merupakan suatu firstness. b. Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung dari keberadaannya suatu denotasi, sehingga dalam terminologi Pierce merupakan suatu Secondness. Indeks dengan demikian adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan dengan apa yang diwakilinya. Misalnya tanda asap dengan api, tiang penunjuk jalan, tanda penunjuk angin dan sebagainya. c. Simbol adalah suatu tanda, di mana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama (konvensi). Misalnya tanda-tanda kebahasaan adalah simbol. Menurut Charles Sander Peirce, ahli filsafat dan tokoh semiotika modern Amerika menjelaskan tentang Semiotika sebagai berikut: Semiotika adalah ilmu tanda, bahwa manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda, manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Kata „semiotika‟, merupakan sinonim kata logika. Logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Dalam kehidupan kita, terdapat banyak benda yang bisa kita jadikan tanda. Benda-benda itu tentunya juga memiliki makna tersendiri, tergantung bagaimana kita menginterpretasikannya. Gambar atau simbol adalah bahasa rupa yang bisa memiliki banyak makna. Suatu gambar bisa memiliki makna tertentu bagi sekelompok orang tertentu, namun bisa juga tidak berarti apa-apa bagi kelompok lain. Struktur arsitektur sebuah bangunan, rambu-rambu lalulintas, suara lonceng gereja, bendera, bunyi gong atau bahkan sebuah lukisan pun merupakan suatu tanda, memiliki suatu makna. Begitu banyak makna yang akan kita dapatkan dalam mengiterpretasikan sesuatu, apa yang kita lihat ataupun tidak. Tak hanya sebuah gambar , namun juga gambar-gambar yang lain, ataupun benda dan suara. Tampak jelas bahwa suatu benda, gambar atau suara dan lain sebagainya adalah merupakan tanda, dan tanda itu memiliki suatu Seni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 159 makna tertentu tergantung bagaimana kita menginterpretasikan tanda-tanda tersebut. Berikut dibawah ini akan diberi contoh menganalisa karya lukisan Raden Saleh Bustaman denganjudul lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” melalui pendekatan Semiotika. Gambar 217 Lukisan Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, 1857 http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh Judul lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” oleh Raden Saleh merupakan sebuah koreksi atau kritisi dari pelukis terhadap pemerintah Belanda waktu itu, koreksi dan kritisi terutama atas lukisan yang sama yang telah dibuat lebih dahulu oleh pelukis kerajaan Belanda yang bernama Nicolaas Pieneman. Pieneman memberi judul karya lukisnya dengan De onderwerping van Diepo Negoro, (Penaklukan/Penyahan Diri Diponegoro - Sugjugation of Diponegoro). Sedangkan Raden Saleh memberi judul lukisannya Die Gefangennahme Diepo Negoros, (Penangkapan Diponegoro - The Arrest of Pangeran Diponegoro), maksud dari Raden Saleh mengambil judul ini adalah bahwa Pangeran Diponegoro ditangkap dengan cara tipu muslihat bukan dengan cara penaklukan seperti lukisan Pieneman. Raden Saleh memiliki anggapan bahwa Pangeran Diponegoro bukanlah seorang pejuang yang dapat ditaklukkan atau mau menyerahkan diri. Dia adalah korban pengkhianatan dan korban tindakan curang dari Belanda. Pada lukisan karya Raden Saleh ini nampak gestur tubuh dan raut muka Pangran Diponegoro tampak marah dan geram di hadapan De Kock. Hal lain yang sangat menonjol dalam likisan ini adalah bahwa kepala dari para pejabat pejabat Belanda termasuk De Kock dilukis lebih besar dari ukuran yang seharusnya.sehingga tampak tidak proporsional, sebetulnya memang secara sengaja Raden Saleh memvisulkannya seperti ini, makna tersembunyi yang ingin disampaikan dari lukisan ini dibuat untuk menunjukkan bahwa pejabat Belanda adalah monster yang buas, licik dan biadab. Sedangkan untuk orang-orang Jawa pengikut Pangeran Diponegoro, wajah dan tubuhnya dibuat secara proporsional, Seni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 160 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 sehingga nampak wajar dan alami, sangat berbeda dengan proporsi tubuh para pejabat Belanda. Mungkin banyak orang yang melihat lukisan karya Raden Salah ini sebagai karya yang tidak baik karena tidak proporsional dalam membuat tubuh manusia terutama para pejabat Belanda, bahkan sejarawan Belanda yang sangat terkenalpun, HJ de Graaf, tidak dapat merasakan makna yang tersembunyi dari lukisan ini. Lukisan Master Piece ini dapat memiliki makna yang beragam ketika setiap orang melihat dan menganalisisnya menurut cara mereka masing-masing. Tanda-tanda yang ada dalam lukisan ini membuat banyak orang dapat menafsirkan dengan benar dan juga mukin salah, terhadap apa yang ada, tanpa melihat abagaimana sejarah yang ada di balik lukisan tersebut. Namun yang jelas bahwa lukisan Master Piece karya pelukis besar bangsa Indonesia yang sangat spektakuler dan kontroversional ini selalu menarik untuk dibicarakan dan dianalisa dengan pendekatan Semiotika Gambar 218 "Penyerahan Diri Diponegoro" karya Nicolaas Pieneman (1835). http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh Lukisan "Penyerahan Diri Diponegoro" karya Nicolaas Pieneman (1835), menggambarkan Pangeran Diponegoro tampak tidak berdaya, dan lesu, seolah putus asa, berbeda jauh ekspresinya dengan karya Raden Saleh. Posisi berdiri Pangeran Diponegoro ada dibawah, melambangkan pihak yang menyerahkan diri dan takluk, sedangkan posisi De Kock dan pejabat Belanda lainnya ada di tangga atas, melambangkan pihak yang menang. Perbedaan antara kedua lukisan yang menggambarkan suatu peristiwa yang sama sering dijadikan polemic yang ramai dibicarakan, hal ini disebabkan karena antara pelukis Nicolaas Pieneman dengan Raden Saleh berbeda dalam memaknai peristiwa tersebut, posisi mereka berbeda, Nicolaas Pieneman berada di fihak pemerintah colonial Belanda, sedangkan Raden Saleh seorang pribumi jawa dalam posisi dijajah Belanda., sehingga sudut pangdang mereka tidak sama. Seni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 161 4. Evaluasi karya a. Evaluasi Proses Evaluasi proses merupakan suatu bentuk evaluasi yang dilakukan selama proses pembuatan karya seni lukis, setiap tahapan dalam proses penciptaan karyanya dapat dilakukan evaluasi, mulai dari munculnya ide, konsep penciptaan, pemilihan alat dan bahan, hingga selesainya karya seni lukis yang dibuat, dievaluasi dan dicermati dengan seksama selama dalam proses, ketika menemukan kekurangan-kekurangan dapat langsung diperbaiki seketika itu juga. b. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil merupakan suatu bentuk evaluasi yang dilakukan setelah selesai atau terciptanya sebuah karya lukisan. Dalam evaluasi hasil akan lebih banyak mengevaluasi baik dan tidaknya hasil lukisan yang telah dibuat, serta mengevaluasi dimana letak kekurangannya dan dimana letak kelebihannya. Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi umpan balik untuk penciptaan karya lukis berikutnya. E. Rangkuman Seperti pada unit-unit sebelumnya, pada unit empat ini, kegiatan peserta didik dibuat menjadi beberapa tahapan, diawali dengan mengamati, menganalisa serta mengkomunikasikan hasil karya seni lukis realis cat air hasil karya sendiri, berdasarkan unsur ideo plastis dan fisiko plastis, setiap tahapan peserta didik diminta untuk membuat catatan ringkas yang berkaitan dengan hasil karya seni lukis realis buatan sendiri. Tahap berikutnya adalah membuat laporan berupa rangkuman singkat untuk bahan presentasi. Untuk menambah wawasan dan pengayaan materi, peserta didik diberi materi yang berkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai terutama pada unit empat, meliputi : 1. Unsur Fisiko plastis Unsur fisikoplastis berupa unsur-unsur seni rupa, ataupun bentuk fisik yang Nampak pada lukisan yaitu : a. Garis. b. Bentuk. c. Bidang. d. Ruang. e. Tekstur. f. Warna.. Aspek fisikoplastis pada karya seni lukis juga menyangkut masalah pengorganisasian elemen-elemen seni rupa, terwujudnya sebuah karya juga tidak lepas dari peranan unsur keindahan yang lainnya seperti : a. Komposisi b. Kontras c. Irama d. Pusat Perhatian/Centre Of Interrest e. Keseimbangan ( balance ) f. Harmoni/Keselarasan g. Kesatuan Seni Lukis Realis Kelas XI, Semester 2 162 DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 2013 2. Unsur Idio Plastis Unsur ideoplastis ini adalah apa yang ada dibalik lukisan atau tersirat namun tidak tampak kasat mata, artinya yang tidak dilihat oleh kemampuan mata. Unsur-unsur ideoplastis hanya dapat dirasakan dan dilakukan oleh seseorang yang memiliki kepekaan rasa dan pengalaman estetik baik sebagai apresiatur maupun pencipta karya seni lukis. Hal ini tidak semua orang memiliki kemampuan tinggi tentang hal tersebut. Untuk itu diperlukan kegiatan apresiasi yang rutin sehingga dapat dengan mudah mengetaui sebuah karya seni murni yang bermutu. Ide dan konsep merupakan ideoplastis yang dapat diketahui orang awam cara menerka dan memperkirakan apa ide dan konsepnya, namun yang lebih tahu adalah pelukisnya sendiri.. 3. Pendekatan Semiotika Adalah suatu metode pendekatan memahami sebuah karya lukisan dengan ilmu tanda. Arti dari sebuah tanda dapat dibedakan menjadi : a. Tanda ikon merupakan tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya, atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya. b. Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung dari keberadaannya suatu denotasi, Indeks adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan dengan apa yang diwakilinya. Misalnya tanda asap dengan api, tiang penunjuk jalan, tanda penunjuk angin dan sebagainya. c. Simbol adalah suatu tanda, di mana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama (konvensi). Misalnya tanda-tanda kebahasaan adalah simbol. 4. Evaluasi Karya a. Evaluasi Proses Evaluasi proses merupakan suatu bentuk evaluasi yang dilakukan selama proses pembuatan karya seni lukis, mulai dari munculnya ide hingga selesainya karya seni lukis yang dibuat, selama dalam proses, ketika menemukan kekurangan-kekurangan dapat langsung diperbaiki seketika itu juga. b. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil merupakan suatu bentuk evaluasi yang dilakukan setelah selesai atau terciptanya sebuah karya lukisan. Dalam evaluasi hasil akan lebih banyak mengevaluasi baik dan tidaknya hasil lukisan yang telah dibuat, serta mengevaluasi dimana letak kekurangannya dan dimana letak kelebihannya. Next >