< Previous 49 2.6 Langkah-langkah menyusun aransemen paduan suara SATB 2.6.1 Langkah pertama yaitu dengan menentukan terlebih dahulu suara bass berdasarkan akor yang telah ditetapkan. Buatlah pergerakan melodi yang berlawanan dengan suara Sopran (melodi pokok). Misalnya pergerakan melodi sopran pada bira pertama naik, berarti Anda disarankan membuat pergerakan bass pada birama pertama turun. Hati-hati hindarilah parallel kwint maupun paralel oktaf seperti penjelasan terdahulu. Setelah selesai menentukan suara bass, coba nyanyikan agar bisa diketa-hui kemelodisannya sehingga orang yang menyanyikan nantinya terasa ‘enak’, bukan hanya sekedar menyusun nada-nada untuk melengkapi akor yang ditentukan. Inilah yang disebut pertimbangan horizontal. 2.6.2 Langkah ke dua adalah menentukan suara tengah, yaitu alto atau tenor. Usahakan interval/jarak nada antara so-pran dan alto disarankan untuk tidak lebih dari 1 oktaf, demikian juga antara suara alto dan tenor. Sedangakan interval untuk tenor dan bass boleh lebih dari 1 oktaf seperti dapat dilihat pada contoh terdahulu. 2.6.3 Usahakan agar secara vertikal, nada-nadanya dapat selengkap mungkin sesuai dengan jenis akornya. 2.6.4 Pendobelan nada diprioritaskan untuk nada dasar, prioritas ke dua untuk interval tertsnya. Misalnya akor C mayor, prioritas pertama pendobelan pada nada c, dan prioritas ke dua untuk nada e seperti penjelasan pada uraian materi diatas. Hal ini dimaksudkan agar kualitas akor tetap terjaga dan tidak mnimbulkan interpretasi akor yang lain. 2.6.5 Urutan nada dari atas ke bawah adalah sopran, alto, tenor, dan bass. Apabila ditemukan suara alto lebih rendah dari-pada suara tenor, atau suara tenor lebih rendah dari sura bass, maka ini disebut dengan istilah overlapping. Hal ini sedapat mungkin dihindari. Hal ini dimaksudkan selain pertimbangan estetika penulisan tetapi yang lebih penting agar masing-masing jenis suara tidak jelas atau kabur. 50 Perlu diingat bahwa yang paling penting dari semuanya itu adalah ‘bagaimana bunyinya’. Semua melodi untuk masing-masing jenis suara dianjurkan merupakan suara yang ‘nyata’, artinya suara alto, tenor, dan bass harus dapat dinyanyikan dengan ‘enak’ dan seakan-akan menjadi lagu baru yang dinyanyikan secara bersama-sama. Maka dari itu nyanyikanlah berulang-ulang melodi jenis suara yang Anda buat agar kesan melodisnya selalu muncul, bukan hanya pertimbangan vertikal saja. Apabila suatu kalimat lagu perlu pene-kanan atau penonjolan bisa disusun secara unisono. 2.7 Harmoni Modern Salah satu kemampuan yang dituntut dalam permainan musik non klasik dan wajib dimiliki oleh setiap musisi adalah melakukan improvisasi. Hal ini merupakan salah satu hal yang membedakan antara permainan musik klasik pada umumnya dan pemain musik non klasik. Karena kemampuan ini wajib dimiliki, maka diperlukan bekal untuk menguasai teknik dasar berimprovisasi. Kemampuan ini selain berfungsi untuk me-ngembangkan kemampuan musikalitas juga sangat dituntut oleh dunia kerja musik non klasik. Improvisasi berarti mengembangkan melodi yang merupakan nada-nada dari tangganada dalam suatu akor. Improvisasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh pemain musik non klasik. Dalam beberapa repertoar, seringkali dituntut tidak harus sama dengan lagu aslinya, namun kadang-kadang dituntut sama dengan lagu asli. Lagu yang sudah ditentukan akornya dianalisis, karena pada dasarnya setiap tingkatan akor masing-masing memiliki tangganada. Nada-nada dalam tangganada tersebut kemudian dirangkai sehingga membentuk melodi baru yang merupakan pengembangan dari nada-nada dalam tangga nadanya. Menguasai tangganada setiap akor pada suatu lagu merupakan bekal dasar seseorang dalam melakukan improvisasi. Pemain musik tidak mungkin dapat melakukan improvisasi apabila tidak menguasai akor dan progresinya yang ada pada suatu lagu. 51 Notasi 92, lagu All I am Nama-nama akor 7 (seventh chords) dalam tangganada C Mayor, adalah sebagai berikut: Cmaj7 D-7 E-7 Fmaj7 G7 A-7 B-7b5 Notasi 93, Seventh chords C mayor Akor tingkat I (Cmaj7 ) memiliki nada-nada yang sama dengan tangganada c ionian, seperti berikut ini: c d e f g a b c Notasi 94, Tangga nada C ionian 52 Akor tingkat II (D-7) memiliki nada-nada yang sama dengan tangganada d dorian, seperti dibawah ini: d e f g a b c d Notasi 95, tangganada d dorian Akor tingkat III (E-7) memiliki nada-nada yang sama dengan tangganada e phrygian, seperti berikut ini: e f g a b c d e Notasi 96, tangganada e phrygian Akor tingkat IV (Fmaj7) memiliki nada-nada yang sama dengan tangganada f lydian, seperti berikut ini: f g a b c d e f Notasi 97, Tangganada f lydian 53 Akor tingkat V (G7) memiliki nada-nada yang sama dengan tangganada g myxolydian, seperti dibawah ini: g a b c d e f g Notasi 98, Tangganada g myxolydian Akor tingkat VI (A-7) memiliki nada-nada yang sama dengan tangga nada a aeolian, seperti berikut ini: a b c d e f g a Notasi 99, tanganada a aeolian Akor tingkat VII (B-7b5) memiliki nada-nada yang sama dengan tangganada b locrian, seperti berikut ini: b c d e f g a b Notasi 100, Tangganada b locrian 54 3.1 Sistem membaca notasi 3.1.1 Fixed do yaitu sistem do tetap, artinya nada c dalam tangganada apapun selalu dibaca ‘do’. Misalnya dalam tanggdi D mayor berikut ini: d e fis g a b Cis d re mi fa sol la si do re Notasi 101, fix do 3.1.2 Movable do adalah sistem do berpindah, artinya nada do tidak selalu pada nada c tetapi bisa berpindah sesuai dengan tangganadanya. Sistem ini lebih banyak dikenal dlam dunia pendidikan musik kita, sehingga timbul istilah nada dasar 1 = G, 1 = D, dan seterusnya. Bagi kita yang menganut sistem ini lebih banyak menguntungkan karena kita lebih cepat mendeteksi interval suatu tangganada. d e fis g a b Cis d do re mi fa sol la si do Notasi 102, movable do Menentukan nada yang akan dikembangkan menjadi melodi dapat didahului dengan pembuatan pola ritme. Pola ritme dapat disusun mulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang rumit, Tingkat seder-hana, artinya nilai nadanya menggunakan bentuk not yang besar, misalnya not utuh, setengah, seperempat dan seperdelapan. Sedangkan pola ritme yang rumit biasanya banyak menggunakan sinkop, disamping menggunakan bentuk not kecil 55 seperti perenambelasan, triol kecil dan besar, atau mungkin kwartol atau kwintol, dan lain-lain. Perlu diingat bahwa pola ritme yang baik belum tentu rumit dan sulit dalam memainkannya. Sebaliknya pola ritme yang sederhana juga belum tentu tidak menarik. Keindahan melodi yang terbentuk dari pola ritme tidak ditentukan oleh sederhana dan rumitnya ritme yang disusun. Keindahan melodi ditentukan oleh beberapa hal, misalnya: • Kesesuaian melodi dengan karakter lagu, artinya apabila lagu yang diimprovisasi adalah lagu yang melankolis, maka pola ritmenya juga sederhana dan tidak memerlukan nilai nada yang kecil misalnya seperenambelasan atau bahkan sepertigapuluhduaan. • Pola ritme yang disusun dan tidak harus sama dengan pola ritme lagu yang akan diimprovisasi. Contoh pola ritme Notasi 103, contoh pola ritme Pola ritme diatas tidak sama dengan pola ritme yang ada pada lagu ‘All I am’. Nilai nada pada pola rirme diatas tidak terlalu sulit untuk dimainkan karena hanya menggunakan bentuk dan nilai not seperempat, dan seperdelapan. Nilai not ini masih mudah untuk dinyanyikan maupun dimainkan dengan instrumen musik. Perlu diingat bahwa pola ritme yang rumit kecuali sulit untuk dinyanyikan maupun dimainkan juga belum tentu menjamin nilai keindahannya lebih tinggi daripada pola ritme sederhana. Lagu ‘All I am’ di atas telah ditentukan akor yang hampir semua-nya menggunakan seventh chords. Setiap akor tersebut telah diketahui tangga nadanya. Untuk dapat melakukan improvisasi suatu lagu, satu hal penting yang harus dikuasai adalah menganalisis jenis akor dan tangga nada akornya, serta progresi akor. Lagu diatas berbirama 4/4 dan bernada dasar do=C. Ini berarti akor C merupakan akor tingkat I (pertama) dari lagu tersebut, memlilki nada yang sama dengan ionian, akor D merupakan akor tingkat II (ke dua) memiliki nada yang sama dengan dorian, akor E merupakan akor tingkat III (ke tiga), 56 memiliki nada yang sama dengan phrygian, dan seterusnya sesuai dengan uraian materi diatas. 3.2 Langkah-langkah menyusun ritme Bedasarkan uraian teori membuat ritme pada bab Harmoni Modern diatas, maka langkah-langkahnya sebagai berikut: 3.2.1 Nyanyikan lagu tersebut sampai Di menemukan motif ritmenya. Lagu tersebut memiliki pola ritme yang sederhana karena hanya menggunakan bentuk dan nilai not penuh, setengah, seperempat, dan seperdelapan. Nilai not tersebut tidak terlalu sulit untuk dinyanyikan maupun dimainkan dengan menggunakan instrumen. Salah satu hal yang mungkin memerlukan kecermatan adalah terdapat di ligatura yang berarti dimainkan secara bersambung. 3.2.2 Buatlah ritme sesuai dengan ide musikal yang Di miliki. Perlu diingat bahwa didalam lagu terdapat frasering atau struktur kalimat. ‘All I am’ memiliki bentuk yang tidak simetris, karena dalam satu kalimat lagu ada yang terdiri dari 4 (empat) birama dan ada yang terdiri dari 6 (enam) birama. Latihan pertama, buatlah juga ritme dalam empat birama dan enam birama tergantung dari jumlah birama pada setiap kalimat lagu, sambil mengingat melodi pada lagu aslinya. 3.2.3 Setelah menemukan pola ritme kemudian tuliskan ke dalam garis paranada. Buatlah beberapa motif ritme supaya Di bisa memilih motif yang sesuai dengan lagu aslinya. Apabila dalam lagu tidak terdapat sinkop sebaiknya tidak membuat pola ritme yang banyak menggunakan sinkop supaya tidak mngubah karakter lagu asli-nya. 3.2.4 Bacalah pola ritme yang telah Di tulis secara berulang-ulang sampai Di menguasai pola ritme itu tanpa teks lagi. 57 3.3 Langkah-langkah berlatih improvisasi: Progresi akor pada lagu All I am adalah sebagai berikut: Notasi 104, Progresi akor Ada 6 (enam) jenis akor yang digunakan dalam lagu diatas, berdasarkan tingkatannya adalah sebagai berikut: 1. C mayor7 2. D minor7 3. E minor7 4. F mayor7 5. G7 6. G sus4 7. A 7 Ke tujuh akor diatas merupakan seventh chords dalam tangga nada C mayor. Setiap jenis akor dianalisis isi nadanya seperti uraian materi terdahulu. 3.4 Karakteristik akor 3.4.1 Akor yang ditentukan pada birama pertama dari lagu tersebut adalah C mayor7 atau C M7. Akor ini merupakan akor tingkat I dari tangganada C mayor, memiliki nada yang sama dengan tangganada ionian. Sesuai dengan uraian diatas berarti akor tersebut sebenarnya bukan hanya memiliki 4 nada dalam C mayor7 tetapi memiliki 7 nada dalam tangga nada C Ionian. Pada dasarnya semua nada dalam tangga nada tersebut bisa dimain-kan. • Nyanyikan dengan vokal atau bisa juga menggunakan alat musik yang telah Di kuasai. Mainkanlah sesuai dengan notasi 58 tangganaga ionian berulang-ulang dengan arah naik dan turun. • Hindarilah nada yang ke-4 dalam setiap tangganada, karena karakter dari nada tersebut ‘kasar’ dan terdengar kurang lembut. • Buatlah melodi dari motif yang telah Di buat berdasarkan tangganada akornya. • Nada pertama dari melodi yang dibuat diusahakan bukan nada pertama dari tangganadanya. Dalam tangganada dorian, nada pertama adalah ‘d’, maka dari itu nada pertama dari melodinya sebaiknya bukan ‘d’, tetapi bisa ‘e’, ‘b’, atau nada-nada yang lain. Apabila nada pertama dari melodi yang Di buat merupakan nada pertama dari tangganada, maka bunyinya akan terkesan “jenuh” dan kurang indah. Akor yang terdapat pada birama pertama bukan merupakan akor pem-balikan. Ini berarti nada ‘d’ sudah dibunyikan oleh nada terendah, kalau dalam format band nada ini dibunyikan oleh bass. Apabila akor pada posisi pembalikan, nada yang dija-dikan bass sebaiknya juga tidak menjadi nada pertama dari melodi yang ingin dikembangkan. Ketentuan ini nantinya berlaku untuk semua tangganada. • Untuk membuktikan keterangan diatas coba praktekkan de-ngan menggunakan vokal atau instrumen yang telah Di kua-sai. Mulailah mengembangkan melodi dengan nada ‘d’ maka Di akan dapat membedakan dan merasakan keindahan-nya apabila dimulai dengan menggunakan nada selain ‘d’. 3.4.2 Birama ke-3 terdapat akor Em7 atau E-7, ini berarti merupakan akor tingkat III dari tangganada C mayor. Isi nada-nadanya sama dengan yang terdapat pada notasi tangganada phrygian. • Nyanyikan atau mainkanlah tangganada tersebut dengan menggunakan vokal atau instrumen yang telah Di kuasai secara berulang-ulang. • Hindarilah nada ke-4 ( a) dari tanganada tersebut. • Buatlah melodi yang dikembangkan berdasarkan motif yang telah dibuat. Perlu diingat bahwa melodi yang akan dibuat pada birama ini harus ada kaitannya dengan melodi pada birama pertama karena masih dalam satu kalimat lagu atau frase. • Hindarilah nada pertama dalam tangganada ini menjadi awal melodi, seperti apa yang telah dilakukan pada birama per-tama. Ini berarti pada birama ke-2 sebaiknya tidak memulai melakukan improvisasi dengan nada ‘e’. Nada pertama dalam Next >