< Previous Direktorat Pembinaan SMK 2013 ix Pembakaran Benda Keramik 1 GLOSARIUM Biscuit/bisque/biscuit : Benda keramik hasil proses pembakaran pertama kali dengan suhu antara 800oC–900oC. Proses ini dimaksudkan untuk memperkeras badan keramik tetapi tidak mematangkan badan keramik agar dapat diglasir. Biskuit merupakan keramik yang dihasilkan tetapi belum cukup keras/kuat, porositas (daya serap terhadap air) masih tinggi. Ceramic change : Perubahan tanah liat menjadi suatu mineral yang padat, keras dan permanen (tidak dapat berubah lagi), tidak dapat larut oleh air setelah melalui proses pembakaran melebihi 600oC. Cone : benda kecil berbentuk piramid/kerucut yang digunakan untuk menandai apakah keramik yang dibakar sudah matang. Pada saat suhu bakaran tercapai, cone akan melengkung. Cone ini terbuat dari material keramik terolah seperti kaolin, kuarsa, feldspar. Firing : Proses pembakaran benda keramik hingga mencapai suhu kematangan (virtifikasi) pada temperatur tertentu sesuai jenis tanah liatnya. Kapsel (saggars) : Benda yang terbuat dari bahan tahan api membentuk ruangan tungku, yang di sekelilingnya gas panas lewat dari kotak api menuju tungku, digunakan untuk menempatkan benda yang akan dibakar dalam tungku. Tujuannya untuk melindungi benda dari panas/lidah api langsung dan kotoran pembakaran yang timbul. Kiln (tungku) : Suatu tempat/ruangan yang dipergunakan untuk membakar benda-benda keramik yang terbuat dari batu bata tahan api yang dapat dipanaskan dengan bahan bakar atau listrik. Kiln furniture : Perlengkapan tungku yang dibuat dari bahan-bahan refraktoris yang tahan terhadap pengaruh spalling (tahan terhadap beban mekanis dalam keadaan panas), tahan terhadap leburan untuk puluhan siklus pemakaian, seperti: plat, penyangga, stilt, dan lain-lain. Kiln wash : Lapisan pelindung dari bahan tahan api (refractory) yang dilapiskan pada permukaan plat, untuk mencegah kelebihan/lelehan glasir dalam pembakaran glasir agar benda-benda yang diglasir tidak menempel pada plat. Kiln wash dibuat dari campuran kaolin dan kuarsa dengan perbandingan 1 : 1. x Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pembakaran Benda Keramik 1 Oxidation/oxidizing firing : Proses pembakaran benda keramik yang dilakukan dengan kondisi cukup oksigen. Pancang suhu/ pancang seger/cone : Alat pengukur suhu pembakaran berdasarkan kode nomor yang menunjukkan titik lebur bahan tersebut. Reduksi, bakar reduksi : Kondisi atmosfir dalam tungku pada proses pembakaran ketika oksigen tidak mencukupi; pembakaran dengan oksigen terbatas (tidak cukup oksigen) Refraktori : Kualitas daya tahan terhadap pengaruh temperatur yang tinggi, juga bahan-bahan yang memiliki aluminium dan silika yang tinggi digunakan untuk membuat penyekat tungku, muffel/kapsel dan kiln furniture Soaking : Menahan suhu pembakaran agar berada pada suhu tetap selama beberapa waktu ketika suhu matang telah dicapai. Tujuannya adalah untuk meratakan meratakan dalam tungku. Single firing : Proses pembakaran badan benda keramik dan glasir yang dilakukan secara bersamaan; glasir tersebut diterapkan pada badan benda keramik dalam kondisi masih mentah (greenware). Thermocoupel-pirometer : Alat yang dibuat dari dua jenis kawat dengan kedua ujungnya dilebur dan disatukan, dipasang dalam ruang bakar tungku untuk mendeteksi dan menyalurkan suhu panas dari dalam tungku ke indikator pirometer untuk mengukur suhu dalam tungku pembakaran. Vitrifikasi : Kondisi badan benda keramik yang telah mencapai suhu kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk. Direktorat Pembinaan SMK 2013 xi Pembakaran Benda Keramik 1 DESKRIPSI MODUL Modul ini berisi materi pembelajaran Pembakaran Benda Keramik untuk SMK Program Keahlian Kriya Keramik kelas XI semester 1. Modul berisi 6 unit pembelajaran yaitu Sejarah Pembakaran, Fenomena Selama Pembakaran, Tungku dan Perlengkapannya, Penyusunan dan Pembongkaran Benda dalam Tungku, Pengoperasian Tungku Pembakaran, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sesuai kurikulum 2013 ditekankan pada modul ini agar siswa memiliki sikap yang baik melalui pembelajaran ini, kuat dalam pemahaman pengetahuan dengan mencari lebih dulu informasi dan data melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mendiskusikan, dan menyajikan, dan kompeten dalam penguasaan keterampilan. xii Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pembakaran Benda Keramik 1 Direktorat Pembinaan SMK 2013 xiii Pembakaran Benda Keramik 1 CARA MENGGUNAKAN MODUL Untuk menggunakan Modul Pembakaran Benda Keramik 2 ini perlu diperhatikan: 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang ada di dalam kurikulum 2. Materi dan sub-sub materi pembelajaran yang tertuang di dalam silabus 3. Langkah-langkah pembelajaran atau kegiatan belajar selaras model saintifik Langkah-langkah penggunaan modul: 1. Perhatikan dan pahami peta modul dan daftar isi sebagai petunjuk sebaran materi bahasan 2. Modul dapat dibaca secara keseluruhan dari awal sampai akhir tetapi juga bisa dibaca sesuai dengan pokok bahasannya 3. Modul dipelajari sesuai dengan proses dan langkah pembelajarannya di kelas 4. Bacalah dengan baik dan teliti materi tulis dan gambar yang ada di dalamnya. 5. Tandailah bagian yang dianggap penting dalam pembelajaran dengan menyelipkan pembatas buku. Jangan menulis atau mencoret-coret modul 6. Kerjakan latihan-latihan yang ada dalam unit pembelajaran Tulislah tanggapan atau refleksi setiap selesai mempelajari satu unit pembelajaran. xiv Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pembakaran Benda Keramik 1 Direktorat Pembinaan SMK 2013 xv Pembakaran Benda Keramik 1 KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR MATA PELAJARAN PEMBAKARAN BENDA KERAMIK 1. Pengertian Mata pelajaran Pembakaran Benda Keramik mempelajari tentang pengetahuan tungku pembakaran dan pembakaran benda keramik dalam pembelajaran desain dan produksi kriya keramik. 2. Rasional a. Hubungan dengan Pencipta Meyakini anugerah Tuhan pada pembakaran benda keramik dalam Program Keahlian Desain dan Produksi Kriya sebagai amanat untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup umat manusia. b. Hubungan dengan Sesama Manusia 1). Menghayati sikap cermat, teliti dan tanggungjawab sebagai hasil dari pembelajaran indentifikasi pembakaran benda keramik yang digunakan dalam berkarya desain dan produksi kriya keramik. 2). Menghayati pentingnya pembakaran benda keramik dalam berkarya desain dan produksi kriya keramik sebagai hasil pembelajaran tentang pembakaran benda keramik. 3). Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin serta bertanggung jawab sebagai hasil dari pembelajaran pembakaran benda keramik. c. Hubungan dengan Lingkungan Alam Menghayati pentingnya kepedulian dalam menjaga lingkungan serta penggunaan bahan yang ramah lingkungan sebagai hasil dari pembelajaran pembakaran benda keramik. 3. Tujuan Mata pelajaran Pembakaran Benda Keramik bertujuan untuk membentuk karakteristik siswa dalam mensyukuri nikmat Tuhan, dengan memahami pembakaran benda keramik dan mampu mengelolanya untuk pengembangan pribadi secara berkesinambungan serta kelestarian lingkungan hidup. xvi Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pembakaran Benda Keramik 1 4. Ruang Lingkup Materi a. Tungku pembakaran, yang meliputi: klasifikasi dan perlengkapan tungku b. Pembakaran benda keramik, yang meliputi: perubahan keramik, tahap pembakaran keramik biskuit dan glasir, grafik pembakaran dan problem pembakaran serta cara mengatasinya c. Praktik pembakaran benda keramik, yang meliputi: pembakaran dengan tungku listrik dan tungku gas. 5. Prinsip-prinsip Belajar, Pembelajaran dan Asesmen Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pendekatan (scientific) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan sehingga akan memperoleh hasil yang diinginkan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Proses pembelajaran tersebut diatas merupakan ciri dari pendekatan scientific. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. Direktorat Pembinaan SMK 2013 xvii Pembakaran Benda Keramik 1 Assesmen Asesmen otentik meniscayakan proses belajar yang otentik pula. Menurut Ormiston belajar otentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Asesmen semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Contoh asesmen otentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu. Asesmen otentik mengharuskan pembelajaran yang otentik pula. Menurut Ormiston belajar otentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Assesmen otentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Dengan demikian, assesmen otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka. Dalam pembelajaran otentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Asesmen otentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru. xviii Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pembakaran Benda Keramik 1 Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran otentik, guru harus menjadi “guru otentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran otentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini. 1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran. 2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan. 3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik. 4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah. Teknik penilaian otentik atau authentic assessment yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, kompetensi inti dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain, afektif, psikomotor dan kognitif. Penilaian autentik lebih sering dinyatakan sebagai penilaian berbasis kinerja (performance based assessment). Sementara itu dalam buku Mueller (2006) penilaian otentik disamakan saja dengan nama penilaian alternatif (alternative assessment) atau penilaian kinerja (performance assessment). Selain itu Mueller memperkenalkan istilah lain sebagai padanan nama penilaian otentik, yaitu penilaian langsung (direct assessment). Nama performance assessment atau performance based assessment digunakan karena siswa diminta untuk menampilkan tugas-tugas (tasks) yang bermakna. Sesuai dengan ciri penilaian otentik adalah: • Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu • Mencerminkan masalah dunia nyata bukan hanya dunia sekolah • Menggunakan berbagai cara dan kriteria • Holistik (kompetensi utuh merefleksikan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, Penerapan penilaian mata pelajaran pembakaran benda keramik yang merujuk pada penilaian otentik dapat menggunakan jenis penilaian dengan menganalisa materi pembelajaran sebagai berikut: Next >