< Previous 117 F. Alat pelindung mesin dan area kerja 1. Pengaman mesin Berbagai upaya dilakukan untuk melakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja. Salah satu upaya adalah dengan memasang pengaman diarea kerja atau pada mesin yang digunakan. Coba kamu perhatikan pada beberapa mesin seperti mesin bubut, letak bahaya utama diantaranya ada pada bagian roda gigi atau roda sabuk penggerak. Pada roda gigi atau sabuk pemindah daya tersebut dipasang tutup, hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi kecelakaan terhadap manusia atau kerusakan pada mesin. Pada mesin gerinda tangan yang menghasilkan percikan api dilengkapi dengan tutup mesin yang menutupi batu gerinda dan mengarahkan percikan api ke arah yang aman. Selain itu pengaman ini juga melindungi tangan dari kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan oleh batu gerinda dan percikan api. Pada gerinda meja, bentuk pengaman pencegah keselamatan kerja berupa kaca pelindung yang dipasang di bagian atas mesin. Kaca ini Gambar 3.21 Pelindung mesin Gambar 3.22 Kaca pelindung mesin 118 melindungi percikan api atau pecahan serbuk batu gerinda, namun kamu masih tetap dapat melihat perkakas yang sedang kamu asah. Selain pada mesin gerinda, kaca pengaman terpasang pula di mesin bor. Pada mesin yang menghasilkan gas berbahaya seperti pada pengelasan, dipasang saluran penghisap gas dan debu agar pekerja terlindung dari gangguan pernapasan. 2. Pengaman area kerja Pelindung area kerja digunakan berupa palang pintu, pagar atau bahkan dinding. Pelindung area kerja ini digunakan agar alat atau area kerja steril dari mereka yang tidak memiliki kewenangan untuk menjamin keamanan alat dan manusia. Gambar 3.23 Penghisap debu/asap Gambar 3.24 Palang dan pagar pembatas area kerja 119 G. Pencegahan kebakaran ―Kecil jadi kawan besar jadi lawan‖. Ungkapan tersebut tidak asing bagi kita, untuk menggambarkan bahaya api jika tidak lagi terkendali. Kebakaran merupakan kecelakaan kerja yang sangat tidak diharapkan, karena dapat sangat merugikan. Setiap pengelola dan individu pekerja harus melakukan upaya pencegahan kebakaran. Oksigen, panas dan bahan bakar merupakan unsur pembentuk api. Kandungan oksigen di udara yang memungkinkan terjadinya proses pembakaran adalah diatas 10%, sedangkan kandungan oksigen normal di udara berkisar 21%, dengan demikian cukup tersedia oksigen di udara bebas untuk terjadinya pembakaran. Sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain: 1. Sumber api terbuka dari aktifitas seperti masak, mengelas. 2. Listrik dinamis dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti setrika, atau karena korsleting. 3. Listrik statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif seperti petir. Gambar 3.25 Peristiwa kebakaran 120 4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti seperti gerinda, memaku. 5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti karbit dengan air Dengan demikian lingkungan kerja merupakan area yang beresiko tinggi terhadap terjadinya kebakaran. Sesuai prinsip segi tiga api untuk menghindari terjadinya kebakaran, perlu penanganan terhadap sumber panas dan bahan bakar yang ada/digunakan dilingkungan industri. Pencegahan dan perlindungan yang perlu dilakukan yaitu : (1). Penyimpanan Dalam pengorganisasian usaha keselamatan kerja terhadap bahaya kebakaran, perhatian yang cermat harus diberikan tehadap lokasi dan disain gudang. Aneka bahan, khusus nya zat-zat yang dapat terbakar merupakan sumber utama terjadinya kebakaran. Zat cair yang memiliki titik nyala lebih kecil dari 320C harus ditempatkan dalam wadah atau tangki tertutup dan disimpan di tempat yang terpisah. Zat padat yang mudah terbakar harus diletakkan tersusun rapi dan aman, sehingga memudahkan pekerjaan. (2). Pengolahan Jika memungkinkan proses produksi mengganti/mengurangi bahan mudah terbakar dengan bahan yang kurang berbahaya ditinjau dari segi kebakaran, untuk dikurangi atau ditiadakan resiko kebakaran. Bahan cair yang mudah terbakar harus disalurkan (tanpa tumpahan) 121 ke tempat kerja melalui pipa-pipa penyalur atau drum-drum yang di lengkapi dengan pompa tangan. (3) Meniadakan sumber kebakaran a) Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan listrik harus memenuhi standar atau ketentuan yang berlaku b) Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi panas akibat gesekan. c) Pada semua proses pemanasan harus terdapat pemisah yang tepat antara bahan-bahan yang mudah terbakar dan alat pemanas. d) Pemanasan lebih dari semestinya tanpa disengaja harus dicegah dengan pengendalian proses secara tepat. e) Segala kegiatan pengeringan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis yang memadai dan sebaiknya disertai dengan sistem kontrol di antara pemanas dan ventilasi. f) Bahan-bahan yang dapat terbakar sendiri harus selalu diamati agar tidak ada kenaikan suhu. g) Pendidikan dan pelatihan harus dilakukan kepada pekerja 122 TEKNIK MEMADAMKAN API Teknik memadamkan api secara prinsip dilakukan dengan cara memutus salah satu dari unsur segitiga api, berikut lima teknik pemadaman api : 1. Starvation:Mengambil atau mengurangi bahan bakar yang terbakar, misalnya menutup valve vuel disaat terjadi kebakaran 2. Smothering:Membatasi oksigen dengan bahan bakar, misalnya memadamkan api dengan fire blanket 3. Dilution:Mengencerkan kadar oksigen pada proses pembakaran, misalnya memadamkan api dengan APAR 4. Cooling:Menurunkan temperatur dari bahan bakar yang terbakar, misalnya menyemprotkan air pada api 5. Break chain reaction: Memutus reaksi pembakaran, misalnya memadamkan api dengan APAR CO2 123 KELAS KEBAKARAN Kelas A : Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan alat pemadam berbahan tepung kimia kering (dry powder). Kelas B : Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan alat pemadam tepung kimia kering (dry powder) maupun foam. Dilarang memadamkan menggunakan air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana. Kelas C: Kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada peralatan elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia kering (dry powder), akan tetapi memiliki resiko kerusakan peralatan elektronik, karena dry powder mempunyai sifat lengket dan korosif. Lebih cocok menggunakan pemadam api berbahan clean agent Kelas D : Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda berbahan metal, untuk kebakaran jenis ini tidak di perkenankan menggunakan jenis alat pemadam yang bersifat dingin seperti contohnya CO2, karena hal tersebut dapat memicu ledakan sehingga bahaya kebakaran akan semakin besar. kita dapat menggunakan DCP (Dry Chemical Powder), walaupun hal tersebut dapat berefek korosif pada metal namun bahaya pada saat pemadaman relatif kecil. 124 Menggunakan APAR Perhatikan ! APAR selalu dalam kondisi teruji. Posisi harus membelakangi arah angin. Bergerak merunduk, ruang gerak cukup untuk mendekati api. Berhati-hatilah terhadap sambaran balik api, harus selalu waspada. Selalu sigap untuk mundur kebelakang menghindari api. Memadamkan api dengan jarak maksimum antara APAR dan api. Ada APAR yang perlu dibalik terlebih dahulu sebelum dipergunakan, supaya media isi APAR yang sudah lama tidak dipergunakan bisa beroperasi dengan optimal. Secara sederhana menggunakan APAR bisa dengan metode PASS, adalah: P=PULL (tarik pin, lalu tekan pengaktif catridge) A=AIM (arahkan nozzle pada permukaan api) S=SQUEEZE (tekan pelatuk sambil memegang APAR posisi tegak) S=SWEEP (Sapukan dari samping ke samping menutup daerah terbakar Gambar 3.26 Apar dan penggunaannya 125 H. Penanganan limbah 1. Sampah dan limbah Aktivitas kehidupan manusia sangat beragam, diawali bangun tidur dipagi hari sampai kembali tidur dimalam hari. Terdapat hal menarik dalam aktivitas manusia tersebut, yaitu segala aktivitas yang dilakukan manusia menghasilkan sampah. Sampah merupakan benda yang tidak digunakan karenanya dibuang. Kepedulian dan kesadaran terhadap sampah ini harus ditumbuhkan supaya lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan sampah. Sampah membawa dampak terhadap kesehatan karena menjadi potensi penyebaran penyakit. Dampak sosial dari sampah akan menjadikan lingkungan yang kurang menyenangkan, bau tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. Pembuangan sampah padat ke sungai dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak buruk bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. Apabila tumpukan sampah tidak cepat dikelola, maka sampah akan berubah menjadi limbah, selain berasal dari sampah. limbah juga bisa berasal dari kegiatan industri. Jenis limbah ini sukar atau tidak dapat dinetralisir secara alamiah.Beberapa jenis limbah industri ini sangat berbahaya dan beracun jika mencemari perairan, tanah atau udara. Limbah merupakan bahan buangan akibat aktivitas manusia maupun makhluk hidup lainnya, yang berbentuk padat, lumpur, cair, maupun gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi Gambar 3.27 Limbah hasil industri 126 2. Penanganan Limbah Padat Limbah padat dihasilkan dari industri, perdagangan/restoran, rumah tangga, rumah sakit, hotel, maupun pertanian/peternakan. Penanganan limbah padat dilakukan melalui penampungan dalam bak sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan, pembuangan di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sampah yang sudah berada di TPA akan mengalami berbagai macam perlakuan, seperti di sortir oleh pemulung atau diolah menjadi pupuk kompos. Pengolahan limbah padat dilakukan sesuai jenisnya, yaitu organik atau anorganik. Berikut ini beberapa metode penanganan limbah organik padat : (1) Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan baku untuk membuat kompos adalah sampah kering maupun hijau dari sisa tanaman, sisa makanan, kotoran hewan, sisa bahan makanan. Dalam proses pembuatan kompos ini bahan baku akan mengalami dekomposisi/penguraian oleh mikroorganisme. Cara pembuatan kompos, memalui cara menggunakan komposter, tumpukan terbuka (open windrow), cascing (menggunakan cacing) (2) Gas Bio, yaitu pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja manusia maupun kotoran hewan menjadi gas yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar alternatif. Kandungan gas bio antara lain metana (CH4) dalam komposisi yang terbanyak, karbondioksida (CO2), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida (CO), Oksigen (O2), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas metana murni adalah gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. (3) Hog Feeding, adalah pengolahan sampah organik menjadi makanan ternak. Agar sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak harus dipilih dan dibersihkan terlebih dulu agar tidak tercampur dengan sampah yang mengandung logam berat atau bahan-bahan yang membahayakan kesehatan ternak. Next >