< Previous 181 Sejarah IndonesiaSumber: Bakosurtanal, 2011 Gambar 5.6 Lambang Partai Peserta Pemilu Tahun 2009Berbagai pencapaian pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dirasakan langsung oleh masyarakat menjadi modal bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk kembali maju sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden tahun 2009. Berpasangan dengan seorang ahli ekonomi yakni Boediono, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhasil mendapatkan kembali mandat dari rakyat untuk memimpin Indonesia untuk masa pemerintahan berikutnya. Pada pemilu presiden yang diselenggarakan pada tanggal 8 Juli 2009 pasangan Susilo Bambang Yudhoyono berhasil memenangkan pemilu hanya melalui satu putaran. Sumber: Bakosurtanal, 2011 Gambar 5.7 Pengambilan Sumpah Presiden SBYe) Euforia Berdemokrasi: Demokrasi Masa ReformasiReformasi 1998 yang menumbangkan pemerintahan Orde Baru memberikan ruang seluas-luasnya bagi perubahan sistem dan penerapan demokrasi di Indonesia. Pemerintahan Orde Baru yang sangat sentralistik menimbulkan kesenjangan terutama bagi wilayah-wilayah yang dianggap kurang mendapat perhatian. Selain itu, pemilihan anggota legislatif dan 182 Kelas XII SMA/MA pejabat eksekutif di daerah-daerah terutama para kepala daerah yang ditunjuk langsung oleh pemerintah pusat meningkatkan rasa tidak puas terhadap pemerintah. Ketika pemerintah Orde Baru tumbang, keinginan untuk mendapatkan ruang politik dan pemerintahan untuk mengatur wilayah sendiri menjadi keinginan masyarakat di daerah-daerah yang pada akhirnya melahirkan Undang-Undang otonomi daerah. Pembagian hasil eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam antara pemerintah pusat dan daerah juga disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Penerapan Otonomi Daerah tersebut diiringi dengan perubahan sistem pemilu dan diselenggarakannya pemilu langsung untuk mengangkat kepala daerah mulai dari gubernur hingga bupati dan walikota. Di bidang pers, euforia demokrasi juga melahirkan sejumlah media massa baru yang lebih bebas menyuarakan berbagai aspirasi masyarakat. Namun, kebebasan di bidang pers harus tetap memerhatikan aspek-aspek keadilan dan kejujuran dalam menyebarkan berita. Berita yang dimuat dalam media massa harus tetap mengedepankan fakta sehingga euforia kebebasan pers yang telah sekian lama terkekang pada masa pemerintahan Orde Baru tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat. C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di IndonesiaPerkembangan sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara tersebut. Pemerintah Indonesia telah berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Hal tersebut terlihat dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui pendirian lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta.Kepedulian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah dikembangkan sejak masa kolonial. Kegiatan ilmiah tersebut dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius, yang mempelajari flora Indonesia dan Rhompius dengan karyanya yang berjudul Herbarium Amboinese. Pada akhir TUGAS Buatlah mind mapping (peta konsep) yang menjelaskan tentang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia. 183 Sejarah Indonesiaabad ke-18 pemerintah Hindia Belanda mendirikan lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi Bataviaasch Genotschap van Wetenschappen (BGWK) dan Lembaga Biologi Molekular Eijkman. BGWK sekarang lebih dikenal dengan nama Museum Gajah.Pada 1817, C.G.L. Reinwardt mendirikan Kebun Raya Indonesia (S’Land Plantentuin) di Bogor. Pada 1928 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch Indie. Pada 1948 lembaga tersebut diubah menjadi menjadi Organisatie voor Natuurwetenschappelijk onderzoek (Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan OPIPA). Badan ini menjalankan tugasnya hingga 1956.Pada 1956, melalui UU No. 6 Tahun 1956 pemerintah Indonesia membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) dengan tugas pokok: Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; Memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan.Pemerintah Indonesia pada tahun 1962 membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS) dan menempatkan MIPI di dalamnya dengan tugas tambahan membangun dan mengasuh beberapa Lembaga Riset Nasional. Pada 1966 pemerintah merubah DURENAS menjadi Lembaga Riset Nasional (LEMRENAS).Pemerintah pada Agustus 1967 membubarkan LEMRENAS dan MIPI melalui SK Presiden RI No. 128 Tahun 1967. Kemudian pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berdasarkan Keputusan MPRS No. 18/B/1967. LIPI bertugas menampung seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI, dengan tugas pokok membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya; mencari kebenaran ilmiah di mana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945; mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (sejak 1991 tugas pokok ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Keppres No. 179 Tahun 1991 sesuai amanat Undang-Undang No. 8/1990 tentang AIPI).Selain lembaga-lembaga penelitian peninggalan Belanda, pemerintah juga mendirikan lembaga-lembaga penelitian lain, di antaranya adalah Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Standardisasi Nasional.184 Kelas XII SMA/MA Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia setelah merdeka terbagi menjadi dua dekade. Pada dekade pertama, yaitu tahun 1945-1960, bangsa Indonesia mulai mengerti arti teknologi produksi, walaupun masih dalam tingkat pasif dan penuh ketergantungan pada pihak luar negeri. Hasil dari pengenalan ilmu pengetahuan teknologi untuk pertama kali yaitu pembangunan pabrik semen di Gresik, pabrik kertas di Blabak (Magelang), pabrik gelas dan kosmetik di Surabaya yang dibangun pada pertengahan dekade 1950-an. Pada dekade ke-2 yaitu pada tahun 1976 dengan mendirikan pabrik pesawat terbang di Bandung yang diberi nama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yang menggunakan teknologi yang lebih canggih lagi. Teknologi dari pabrik pesawat terbang ini mengacu pada teknologi di Jerman. Selain lembaga-lembaga penelitian, teknologi di Indonesia juga mengalami perkembangan. Dalam bidang komunikasi, pemerintah RI membeli satelit yang diberi nama Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa (SKSD Palapa). Lembaga-lembaga siaran radio dan televisi juga mengalami perkembangan pesat sejak kemerdekaan Indonesia.1. Nurtanio: Industri Dirgantara NasionalPerkembangan teknologi di Indonesia sangat diuntungkan oleh Booming minyak yang terjadi pada tahun 1970-an. Booming minyak memberikan keuntungan tersendiri bagi pemerintah Indonesia, ketika pemerintah Orde Baru merancang alih teknologi tinggi, khususnya pembuatan industri pesawat terbang nasional. Perkembangan industri pesawat terbang berawal ketika Presiden Soeharto memanggil pulang ahli aeoronika lulusan Universitas Achen di Jerman, B.J. Habibie, pada tahun 1974. Suharto menugaskan Habibie untuk menyiapkan segala hal terkait pembangunan industri dirgantara nasional.Untuk mendukung kerja B.J. Habibie, Presiden Soeharto menempatkan Habibie sebagai staf divisi pengembangan teknologi tinggi Pertamina. Posisi strategis ini membuat Habibie memperoleh kemudahan dalam pembiayaan (dana yang berlimpah dari booming minyak) sehingga mampu membiayai eksperimen teknologi tinggi yang dirancang Habibie. Di sisi lain hubungan Habibie dengan penguasa juga semakin dekat membuat kemudahan bagi Habibie dalam mengembangkan ide-idenya. Habibie kemudian mengembangkan industri-industri strategis dengan mendirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai basis awal pengembangan industri strategis. 185 Sejarah IndonesiaDi BPPT inilah Habibie merancang dan mengembangkan berbagai industri strategis di Indonesia melalui Badan Perencana Industri Strategis (BPIS). Dari BPIS ini kemudian dikembangkan Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) di Bandung, Perusahaan Armada Laut (PAL) di Surabaya dan Badan Tenaga Atom Nasional di Serpong. Industri strategis ini menghasilkan berbagai karya nyata, IPTN menghasilkan pesawat sebagai sarana transportasi udara di Indonesia dan PT PAL berhasil membuat berbagai kapal laut sebagai sarana transportasi laut.Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang bertempat di Bandung, mulai beroperasi pada tahun 1976. Dalam mengembangkan industri dirgantara ini Habibie menggandeng industri-industri pesawat terbang di Eropa di antaranya adalah MBB yang berkedudukan di Jerman dan CASA yang berkedudukan di Spanyol. Salah satu wujud dari kerja sama ini adalah diperolehnya lisensi pembuatan helikopter NBO-105 dan CN 235.Pada awalnya IPTN hanya memperoleh penguasaan alih teknologi tinggi berdasarkan lisensi yang dimiliki. Tahap berikutnya IPTN diijinkan untuk merakit pesawat-pesawat tersebut di Indonesia. Setelah tahap perakitan berjalan dengan baik, tahap berikutnya pemberian izin untuk memproduksi komponen-komponen pesawat di Indonesia. Salah satu hasil dari IPTN adalah berhasil memproduksi berbagai jenis pesawat terbang antara lain NC-212-100, Helikopter Nbell-412, NAS-332 Super Puma, CN 234, CN 235, CN 250 dan N2130.Sumber: wikipedia.orgGambar 5.8 Pesawat CN-235Sumber: bandaraonline.comGambar 5.9 Pesawat N-250186 Kelas XII SMA/MA Pertumbuhan IPTN yang bergitu pesat mendorong industri-industri pesawat terbang dunia bekerja sama dengan IPTN. Di antara perusahaan tersebut adalah General Elektric (industri mesin pesawat terbang) dengan didirikannya divisi Universal Maintenance Center. Kerja sama lainnya yang dijalin adalah dengan Boeing salah satu industri pesawat terbang terbesar di dunia. Kerjasama yang dijalin adalah meningkatkan kemampuan manajemen IPTN agar efisien dan mampu berproduksi secara maksimal. Teknologi Komunikasi dan TransportasiPerkembangan teknologi komunikasi di Indonesia tidak bisa lepas dari kebijakan komunikasi yang dikembangkan oleh pemerintah Orde Baru. Pada tahun 1976, tepatnya tanggal 16 Agustus, merupakan awal revolusi teknologi komunikasi di Indonesia ketika pemerintah Orde Baru mengembangkan sistem tekonologi komunikasi berbasis satelit untuk menghubungkan komunikasi di wilayah Indonesia yang luas. Indonesia merupakan salah satu yang mengembangkan satelit secara mandiri untuk komunikasi lokal, nasional dan internasional.Sistem komunikasi satelit yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia dikenal dengan sebutan Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa (SKSD Palapa). Penamaan Palapa diambil dari sumpah yang dilakukan oleh Patih Gajah Mada dalam upaya menyatukan wilayah geografis Nusantara. Satelit inilah yang digunakan oleh pemerintah Orde Baru dalam menyatukan wilayah Nusantara melalui komunikasi dan informasi. Pemanfaatan satelit ini mampu mengubah hubungan komunikasi di wilayah Indonesia dan juga di wilayah regional Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri komunikasi telepon, telegrap dan teleks semakin lancar. Daya jangkau siaran TVRI dan RRI mampu menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia.Pengembangan SKSD Palapa generasi awal dalam pengoperasiannya didukung dengan pembangunan 40 stasiun komunikasi di bumi yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia dan 14 tempat-tempat strategis lainnya. Hal inilah yang menghubungkan komunikasi antarwilayah di Indonesia.Sumber: ridwanaz.comGambar 5.10 Satelit Palapa 187 Sejarah IndonesiaPengembangan satelit SKSD Palapa ini mendudukan Indonesia menjadi negara berkembang pertama yang memanfaatkan satelit untuk komunikasi domestiknya yang mengintegrasikan komunikasi di seluruh wilayah Nusantara. Penerapan komunikasi satelit ini mampu memperkuat dan meningkatkan berbagai aspek persatuan di wilayah nusantara. Salah satu hal yang paling nyata adalah meningkatnya kualitas komunikasi publik seperti peningkatan kualitas penerimaan penyiaran televisi dan radio di seluruh Indonesia hingga ke tingkat desa. Peningkatan jaringan komunikasi ini tentunya bukan hanya sebatas untuk keperluan masyarakat umum, namun dimanfaatkan juga oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) untuk meningkatakan komunikasi di tubuh ABRI sebagai lembaga pertahanan dan keamanan nasional. Hal ini mampu merekatkan persatuan wilayah Indonesia.Satelit komunikasi yang dikembangkan Indonesia pada awalnya adalah Satelit Palapa A dan Satelit Palapa B. Satelit Palapa tersebut wilayah cakupannya mencapai seluruh wilayah Indonesia, ASEAN dan Papua Nugini. Sehingga yang menikmati manfaat Satelit Palapa ini bukan hanya Indonesia, namun juga negara-negara tetangga Indonesia di wilayah ASEAN dan Papua Nugini dengan menyewa transponder satelit kepada pemerintah Indonesia, sehingga bisa menambahkan penghasilan pemerintah.Generasi pertama Satelit Palapa (Palapa A dan Palapa B) beroperasi hingga tahun 1983. Kemudian pemerintah meluncurkan satelit generasi kedua yaitu B1 dan B2 dan diikuti oleh generasi-generasi berikutnya hingga C1 dan C2 kemudian digantikan dengan satelit Telkom1. Selain teknologi komunikasi, pemerintah Indonesia juga mengembangkan sarana dan prasarana transportasi darat. Salah satunya adalah pembangunan jalan bebas hambatan atau dikenal dengan sebutan jalan tol. Pembangunan jalan bebas hambatan pertama yang dilakukan oleh pemeritah adalah pembangunan Jalan Tol Jakarta-Bogor dan Ciawi yang dikenal dengan nama Jalan Tol Jagorawi. Jalan ini mampu mempercepat transportasi Jakarta ke Bogor dan juga ke Ciawi dan Puncak.Sumber: inet.detik.comGambar 5.11 Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa188 Kelas XII SMA/MA Dalam rangka memperlancar perhubungan dan pertumbuhan ekonomi baik di Jawa maupun di luar Jawa dibangun jalan trans dan jalan tol. Di Sumatra selain dibangun jalan trans Sumatra juga dibangun jalan tol yang menghubungkan pelabuhan Belawan dan Kota Medan. Di Jawa dibangun jalan tol Jakarta-Merak dan jalan Tol Jakarta Cikampek. Di Sulawesi juga dibangun jalan tol yang mengubungkan pelabuhan Makasar dan Mandar. Pada tahun 1987, pemerintah juga membangun jalan tol dalam kota yang menghubungkan Cawang-Tanjung Priok. Pembangunan jalan tol ini memanfaatkan teknologi yang dikembangkan oleh anak bangsa, Tjokorde Raka Sukawati, yaitu teknologi Sosro Bahu. Teknologi tersebut memudahkan pembangunan jalan tol yang berada di jalur macet. Karena dalam pembuatan pilar-pilar jalan tol layang dibangun segaris dengan jalan dan diputar melintang jalan setelah pilar-pilar tersebut kering.Teknologi Sosro Bahu menjadi kebanggaan nasional, dengan teknologi tersebut dibangunlah jalan-jalan tol di luar negeri yang memanfaatkan teknologi tersebut. Jalan tol luar negeri yang memanfaatkan teknologi tersebut adalah Amerika Serikat, Malaysia, Filipina, Thailand Singapura serta Korea.Pembangunan jalan tol terus dikembangkan oleh pemerintah, sehingga panjang tol yang dimiliki Indonesia mencapai 553.418 km pada tahun 1997 baik dikelola oleh Jasa Marga maupun oleh swasta. Pada tahun 2014 juga dibangun jalan tol di Papua yang menghubungkan kota Sorong-Manowari dan Jaya Pura-Merauke. Di Jawa juga dikembangkan jalan tol di Semarang, Surabaya dan juga Bandung (Cipularang). Jalan-jalan tol tersebut mampu menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya lebih cepat.Selain teknologi Sosro Bahu, pembangunan jalan tol juga memanfaatkan teknologi Cakar Ayam. Teknologi ini merupakan penemuan anak bangsa, Sediyatmo. Penemuan teknologi Cakar Ayam Sedyatmo ini berawal permintaan bung Karno untuk mensukseskan Asian Games yang membutuhkan suplai listrik yang memadai. Untuk itu dibangun gardu listrik di wilayah Ancol yang merupakan rawa-rawa. Teknologi Cakar Ayam ini yang mampu membangun Sumber: https://alsi-itb.org/ir-tjokorda-raka-sukawati-si-64/Gambar 5.12 Teknologi Sosro Bahu 189 Sejarah Indonesiapondasi di wilayah rawa-rawa. Keberhasilan pembangunan gardu listrik dengan pondasi cakar ayam ini menjadi salah satu kunci sukses pelaksanaan Asian Games. Teknologi Cakar Ayam ini kemudian digunakan dalam membangun lapangan parkir pesawat di bandara Juanda Surabaya, dan di Bandara Polonia Medan. Teknologi cakar ayam semakin terkenal ketika pembangunan jalan tol menuju Bandara Sukarno Hatta yang berada di atas rawa-rawa. 3. Revolusi HijauRevolusi Hijau merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan hasil pertanian melalui kebijakan modernisasi pertanian. Kebijakan ini secara nasional dan intens baru dilakukan pada masa Orde Baru. Namun kalau kita lihat apa yang dilakukan oleh Orde Baru, ide modernisasi pertanian pertama kali dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Indonesia pada 1960 dalam kegiatan Demonstrasi Masal (DEMAS). Demas merupakan suatu upaya untuk memaksimalkan hasil pertanian untuk memperoleh keuntungan yang tinggi dengan menerapkan prinsip-prinsip bertani modern pada sekelompok petani tradisional. Dalam pelaksanaan modernisasi pertanian ini, program Demas ini menerapkan penggunaan varietas unggul, pupuk kimia, pestisida, perbaikan tata cara bertanam dan penyediaan sarana irigasi yang baik. Aktivitas tersebut dikenal sebagai Panca Usaha Tani. Pemerintah pada tahun 1964 kemudian memformulasikan program tersebut menjadi program pembangunan pertanian dengan nama Bimbingan Massal (Bimas).Program Bimas yang merupakan pengembangan dari Demas aktivitasnya meliputi penyuluhan pertanian dan pemberian kredit modal kepada petani. Program penyuluhan pertanian Bimas tidak ditujukan kepada individu-individu petani, namun lebih ditujukan kepada kelompok tani. Kelompok tani inilah yang menjadi objek penyuluhan pertanian yang berisi informasi bagaimana cara bertani modern dan pemberian subsidi. Program Bimas ini menerapkan ekstensifikasi pertanian, yaitu usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru, misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum dimanfaatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga dilakukan dengan membuka persawahan pasang surut.Sumber: saktidesain.comGambar 5.13 Teknologi Cakar Ayam190 Kelas XII SMA/MA Ekstensifikasi pertanian banyak dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa, khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi, seperti Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya.Dalam upaya meningkatkan hasil pertanian lebih tinggi lagi, pemerintah Orde Baru mengembangkan program Bimas menjadi Intensifikasi Massal (Inmas) pada tahun 1969. Format pengembangan Inmas aktivitasnya hampir serupa dengan Bimas.Pemerintah Orde Baru melaksanakan Program Inmas sebagai program modernisasi pertanian berskala nasional. Target pelaksanaan Inmas adalah pengoptimalan produktivitas lahan dan kualitas hasil pertanian, terutama pertanian padi. Untuk mensukseskan program ini pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi secara nasional terhadap pupuk dan pestisida, bibit unggul dan teknologi lainnya. Sistem pertanian yang dikembangkan pada pola ini adalah sistem intensifikasi pertanian, yaitu pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Intensifikasi pertanian banyak dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang memiliki lahan pertanian sempit.Program intensifikasi pertanian pada awalnya menggunakan program Panca Usaha Tani, yang dikembangkan sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan program sapta usaha tani. Program sapta usaha tani meliputi kegiatan sebagai berikut:• Pengolahan tanah yang baik• Pengairan yang teratur• Pemilihan bibit unggul• Pemupukan• Pemberantasan hama dan penyakit tanaman• Pengolahan pasca panen Sumber: Dokumen KemendikbudGambar 5.14 Pengairan SawahNext >