Juli 2017/ Syawwal 1438|MULIA 3SALAMPunya banyak mobil, namun tubuh sudah tak mampu bepergian jauh. Atau bahkan memiliki segalanya, namun anak terseret narkoba dan sering berurusan dengan penegak hukum.Demikianlah jika manusia terseret pada arus dunia, banyaknya rezeki seringkali mengurangi potensi menikmati rezeki-Nya. Oleh karena itu, jadilah Muslim yang benar dengan tidak berpangku tangan dalam dakwah.Sebab, pada hakikatnya setiap Muslim memiliki kewajiban menjalankan dakwah sesuai kapasitasnya masing-masing. Jika tidak mampu berdakwah, laksana dai, muballigh, dan ulama, maka berdakwahlah dengan potensi diri yang dimiliki.Jika memiliki harta, alokasikan sebagian harta untuk dakwah. Jika terampil menulis, edukasilah masyarakat dengan nilai-nilai Islam. Sebagai umat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam, tentu saja misi hidup kita tidak semestinya terbatas pada aspek duniawi, tetapi lebih dari itu. Bagaimana juga perlu mendapatkan keutamaan-keutamaan ukhrawi.Sebab, semua yang di dunia hakikatnya fana, dan jika salah dalam mengorientasikannya, bisa berakhir pada nestapa dunia-akhirat.Buktinya tidak sulit kita temukan dalam kehidupan. Betapa ada keluarga yang dari sisi keuangan nampak begitu sejahtera, namun kering dari sisi ruhiyah, sehingga alih-alih bahagia, kehidupannya yang bergelimang harta secara perlahan terus menggerus potensi rezeki yang Allah sediakan.Banyak uang, namun tidak merasakan nikmat sehat. Punya banyak harta, namun tidak bisa menikmati makanan yang disukai karena alasan kesembuhan. MelibatkanKeluarga dalam daKwahJika memiliki kekayaan jaringan, ajaklah untuk mendukung link dakwah. Selama, keluarga Muslim di negeri ini memiliki komitmen dakwah yang kuat, maka sepanjang itu status sebaik-baik umat tetap akan melekat pada diri umat Islam.Sebagaimana Allah tegaskan, “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran [3]: 110).Jadi, selagi Allah berikan kesempatan hidup kepada kita, mari bangun diri dan keluarga untuk aktif terlibat dalam program dakwah sesuai kapasitas masing-masing dengan sungguh-sungguh. Sebab, betapa ruginya diri dan keluarga jika sepanjang hidup tidak memiliki kontribusi apa pun dalam tersampaikan cahaya-Nya di muka bumi ini.*/Imam Nawawi24EDUKASIShalat Jum’at bersama Anak4 MULIA|Syawwal 1438/Juli 2017DAFTAR ISI3 SALAM6 SURAT PEMBACA8 JENDELABukan SekedarMudik Lebaran18 KELAMBUKepuasan MerupakanHak Bersama20KOMIK22 ANISAKarena Hidup Ini adalah Hak Yang di Cipta15 SOSOKRasman, Balada Muadzin Tua Penyandang Tunanetra26MAJELIS KELUARGASahabat Penghuni Surga28KOLOM IBUQuality Time, Halaqah Ilmu Bersama Anak36RUANG UTAMABerjamaah Kita Lebih Kuat52RIHLAHIstanbul, yang Tenang dan Menenangkan50ADABUNAUtang Piutang55ISLAM PESONAUmar Bin Khattab,Pengembala yang Menjadi Inspirator Dunia62MUTIARASilaturahim Memudahkan Masuk Surga66FIGURA32SAKINAHIndahnya Silaturrahim Terjalin Kembali64QUOTE 68KHAZANAHKarpet Karya Peninggalan Seni Islam48FIQIHKetidak JelasanPada Aqiqah46SERBA-SERBIPendekar Kaligrafi KlasikDAFTAR ISI73TAHFIDZUL QURANHairo, Menjadi Wasilah Anak Menghafal Al qur’anPenanggung Jawab : Supendi S. Pengarah : Rama Wijaya, Pemred : Imam Nawawi Sidang Redaksi : Bambang S. Khairul Hibri, Cholis A. Imam N. Kontributor : Siraj, Abd. Syakur, Sahlah, Ibnu Sumari, Abu Falah, Desain : Mustain Al Haq. Iklan : Yanto Percetakan : Lentera Jaya MadinaAlamat Redaksi : Jakarta : Jl. Kalibata Office Park, Jl. Raya Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax. 021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh.or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail.com SMS/WA. +62 822-3057-5647Juli 2017/ Syawwal 1438|MULIA 5SUSUNAN REDAKSI 96KREASIKetupat Aksesoris94INSPIRASIPolybag Untuk Santri TPA ku88PROGRAMDistribusi Qurban Targetkan 35.436 Desa92MUZAKKI80FIQIHQurban Wajib Bagi Orang-Orang Kaya90SINERGIRamdhan dan Penguatan Perjuangan kemerdekaan70DUNIA ISLAMKulkas Ramashan93DOA86LIPUTANBersama Akrom Foundation Salurkan Paket Logistik Ramadhan 1438 H84LAPORANQurban Anda di BMH Pada 20166 MULIA|Syawwal 1438/Juli 2017SURAT PEMBACARubRik konsultasi anakAssalamu’alaikum Wr/WbSeiring dengan perkembangan zaman, kompleksitas kenakalan anak/remaja masa kini semakin beragam. Tentu ini membutuhkan penanganan yang tepat. Sebab kalau salah, alih-alih anak akan berubah, justru persoalannya semakin runyam. Bersamaan dengan itu, harus diakui pengetahuan ataupun pengalaman orangtua, sebagian masih belum mampu untuk menangani itu semua. Di sinilah perlunya bimbingan dari para pakar pendidikan/psikologi anak, agar ‘terapi-terapi’ yang terapkan dalam menanggulangi kenakalan anak, tidak keliru. Untuk itu, saya mengusulkan kepada redaksi untuk mengangkat rubrik satu ini; Konsultasi Anak. Mudah-mudahan, dengan adanya sajian ini, pembaca semakin mengerti bagaimana mengatasi kenakalan anak secara tepat, sehingga cita-cita menjadikan mereka anak yang sholeh/ah bisa tergapai. Amiin.Atas perhatiannya kiranya bisa menjadi langkah dini, untuk melakukan pencegahan. Misal, tidak mengumbar aurat di sembarang tempat, meski di hadapan sesama jenis. Dengan demikian, kepekaannya terbangun, jika umpama ada yang berusaha membujuk-bujuk mereka ke dunia yang hina dina itu (semoga tidak pernah terjadi). Setali tiga uang, besar harapan, sebagai orangtua, pemerintah bertindak tegas terhadap penyakit satu ini. Sangat berbahaya bila dibiarkan. Bukan hanya berpotensi menciptakan kegaduhan di masyarakat, tapi juga bisa mengundang laknat Allah, sebagaimana menimpa kaum Nabi Luth. Lebih-lebih, Indonesia adalah negara yang notabene berpenduduk muslim terbesar di dunia. Na’udzubillah min dzalik. Mujahid/Lampungsaya ucapkan terima kasih. Abu Ilmi, TubanJawab: Wa’alaikumsalam Wr/WbKami ucapkan terima kasih atas masukannya. Insya Allah akan didiskusikan tim redaksi.oRisinalitas Waspada JeRat lGbt Tergerbeknya pesta homo di Surabaya beberapa waktu silam, kemudian dilanjutkan kejadian serupa di ibu kota Jakarta, dengan peserta yang lebih banyak, mengindikasikan betapa penyebaran virus homo seksual (LGBT) telah meluas di negeri ini, dan teorganisir dengan rapi. Indikasinya mudah saja. Tidak mungkin terjadi perkumpulan pecinta sesama jenis dengan jumlah ratusan dalam satu tempat, kalau tidak ada jaringan antar mereka. Orangtua harus menyadari hal ini. Jangan sampai putra/putri kita terjerat ke dalamnya. Sebab ini adalah perilaku yang sangat dimurkai Allah. Mengenalkan anak-anak akan batas-batas hubungan sesama jenis, JENDELA UTAMA8 MULIA|Syawwal 1438/Juli 2017Bukan Sekadar Mudik LebaranApakah Anda termasuk keluarga yang akan melakukan mudik ke kampung halaman? Kalau benar, mudah-mudahan mudiknya bukan sekadar ritual lebaran, melainkan juga bernilai ibadah.Kebiasaan yang sudah menjadi tradisi umat Islam di Indonesia ini, sejatinya banyak terdapat keutamaan di dalamnya. Sehingga, sangat disayangkan jika setiap keluarga yang mudik tidak mampu meraih keutamaan itu.Terlebih lagi, jika momen mudik lebaran dihabiskan untuk hal-hal yang tidak mendatangkan kebermanfaatan, baik bagi pribadi, keluarga, maupun orang lain di sekitar. Tentu sangat merugikan.Lantas, apa saja keutamaan yang terdapat pada momen mudik lebaran dan bagaimana meraihnya? Apa saja yang bisa dilakukan dan harus dihindari ketika menghabiskan momen mudik lebaran? Dan bagaimana Islam memandang tradisi mudik lebaran?Rubrik Jendela edisi kali ini akan mengulasnya. Simak laporan berikut.*Achmad FazeriJuli 2017/ Syawwal 1438|MULIA 9JENDELA UTAMA“Saya ini punya keluarga besar. Jauh-jauh pada mudik lebaran, ada yang dari Bandung, Yogyakarta, Semarang. Tapi, saat kumpul bareng justru pada sibuk main handphone sendiri-sendiri,” demikian ungkapan seorang pengajar di Pesantren as-Sunnah Cirebon, Budi Marta Saudin, ketika mengeluhkan sikap sebagian keluarga besarnya saat berkumpul bersama dalam momen mudik lebaran.“Di era media sosial seperti sekarang, seolah saat ngobrol lewat whatsapp akrab sekali. Tapi, saat ketemu langsung, malah terasa renggang. Cuma salaman, tanya kabar. Sudah. Habis itu mereka sibuk sendiri dengan gadgetnya,” katanya saat berbincang dengan Mulia, awal Juni lalu.Seharusnya, kata pria yang akrab disapa Budi ini, idealnya saat ketemu—bertatap muka langsung seperti itu, justru dimanfaatkan untuk lebih banyak sharing dan ngobrol suatu hal yang memang bisa mempererat silaturahmi antara satu dengan lainnya.“Keluarga besar dari mertua saya kalau kumpul semua bisa mencapai 100 orang. Jika sibuk sendiri-sendiri begitu, keakraban nggak akan bisa terjalin dengan baik,” bebernya.AkulturAsiBagaimana pandangan Islam terhadap tradisi mudik lebaran di Indonesia? Menurut pakar Hukum Islam, Zain an-Najah, secara umum tradisi mudik lebaran baik dan sesuai dengan ajaran Islam, jika niatnya untuk menyambung silaturahim dan birul walidaini.“Meski sebetulnya (silaturahmi) tak harus saat mudik lebaran. Cuma karena bertepatan dengan libur lebaran, bisa dimanfaatkan pulang ke kampung, menjalin silaturahim dengan keluarga, serta kerabat dekat yang hanya dapat berkumpul waktu lebaran,” jelas Zain kepada Mulia, awal Juni lalu.Zain menegaskan, kalau ruh dari mudik lebaran ini untuk silaturahmi, tentu sesuai dengan Islam dan positif sekali. Sebab itu, tradisi mudik lebaran harus terus digalakkan.“Tradisi mudik insya Allah bagus, terlepas dari proses hingar bingar lebaran, kemacetan, kenaikan harga, dan sebagainya,” kata Zain yang juga pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.Mudik LeBaran yang Mendatangkan kebaikanLebaran dan mudik adalah momen tepat silaturahmi dan birul walidaini (berbakti) pada orangtuaNext >