Februari 2017/Jumadil Awal 1438|MULIA 3SALAMmenyebutkan bahwa kata yatim dan yatama, dan kata turunan lain dari kedua kata itu disebut sebanyak 23 kali di dalam Al-Qur’an dengan beberapa penekanan.Pertama, perihal mengurus anak yatim. “Mengurus urusan mereka (anak yatim) secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 220).Kedua, anjuran untuk melakukan perbuatan baik kepada anak yatim. Ketiga, memuliakan anak yatim. Keempat, memberikan perlindungan dan pembelaan kepada harta mereka. Kelima, mengenai hak-hak mereka. Dan, keenam, menyangkut hal-hal yang dilarang kita melakukan kepada mereka. Seperti yang termaktub di dalam Al-Qur’an, “Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya kamu tidak memuliakan Subhanallah, Maha Kuasa Allah dengan segala kehendak-Nya. Dalam nalar manusia, mengapa Allah tega menghidupkan seorang anak tanpa orang tua yang lengkap, bahkan ada yang kemudian tanpa orang tua sama sekali.Dalam perspektif pembangunan manusia modern, mungkin anak-anak tanpa orang tua ini menjadi beban negara. Tetapi, jika diberikan perhatian yang memadai dalam hal pendidikan, kasih sayang, dan persaudaraan, mereka akan melampaui apa yang umumnya manusia pikirkan.Imam Syafi’i, Sufyan At-Tsauri, Imam Bukhari, Imam As-Suyuti, dan Imam Malik, adalah beberapa nama besar yang kala kecilnya hidup yatim. Kala dewasa mampu mengubah dunia, tidak saja pada zamannya, tapi hingga hari ini bahkan nanti.Seorang ulama MeMuliakan AnAk YAtimanak yatim.” (QS. Al-Fajr [89]: 17).Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa perhatian kita kepada anak yatim, sesuai dengan tuntunan al-Qur’an. Selain bentuk nyata ketaatan kepada Allah, juga sebuah upaya nyata untuk mewujudkan terjadinya perubahan besar di bumi ini.Sebab, dalam sejarahnya jelas, anak yatim yang diarahkan hidup dalam amaliyah ke-Islam-an dengan sebaik-baiknya akan mengantarkan mereka menjadi pribadi yang alim, teguh, dan antusias dalam mewujudkan beragam kemaslahatan kehidupan umat manusia.Dengan demikian, mari jadikan harta kita bermanfaat bagi perubahan dunia dan kebaikan luar biasa di akhirat dengan memuliakan anak-anak yatim. Wallahu a’lam.*/Imam Nawawi24EDUKASIDari Rumah Mengatasi Kenakalan Anak4 MULIA|Jumadil Awal 1438/Februari 2017DAFTAR ISI3 SALAM6 SURAT PEMBACA10 JENDELAPara YatimPengubah Dunia18 KELAMBUMendamba Datangnya Kepuasaan20KOMIK22 CERITAAkibat Tidak Patuh pada Nasihat16 DUNIA ISLAMIslam di Kuba Berkembang Secara Diam-diam26MAJELIS KELUARGAReuni Keluargadi Surga28KOLOM IBUMendidik Lewat Berdagang36RUANG UTAMADahsyatnya Tawakal48 FIQIHDisuruh Berbohong46SERBA-SERBIAl-Qur’an Dalam Bahasa Eropa50ADABBerbicara52RIHLAHPudarnya Aroma Islamdi Bumi Bollywood55ISLAM PESONAMusa Bin Nushair, Panglima Mujahid “Warisan” Kedua Orang tuanya62MUTIARACerdas MengukurKemuliaan66FIGURA32SAKINAHKetika Perceraiandi Ambang Mata64QUOTE 8 WANITAJangan Salah Memahami EmansipasiDAFTAR ISI68KHAZANAHArab Pegon Huruf Nusantara yang hampir Musnah70SOSOKNdaru, Gagas Mushalla Keliling73TAHFIDZUL QURANAwalnya Terpaksa, Akhirnya Bersyukur80LAPORANPemulihan Korban Banjir Bandang Bima82PROGRAMMenebar Dai Hingga Pelosok Negeri84LIPUTANKhitan 1438 Anak Yatim dan Dhuafa88DAKWAHMa’ Wati Menangis Karena Ingin Tinggal Dekat Masjid92MUZAKKI94INSPIRASITetap BersyukurMeski TertipuPenanggung Jawab : Supendi S. Pengarah : Rama Wijaya, Pemred : Imam Nawawi Sidang Redaksi : Bambang S. Khairul Hibri, Cholis A. Imam N. Kontributor : Siraj, Abd. Syakur, Sahlah, Ibnu Sumari, Abu Falah, Desain : Mustain Al Haq. Iklan : Yanto Percetakan : Lentera Jaya MadinaAlamat Redaksi : Jakarta : Jl. Kalibata Office Park, Jl. Raya Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax. 021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh.or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail.com SMS/WA. +62 822-3057-5647Februari 2017/Jumadil Awal 1438|MULIA 5SUSUNAN REDAKSI 90AKSIChange Maker Award 201696KREASIBunga Natural93DOA86SINERGIKhazanah Mimbar Plus Support Via Buku “Ditolong Allah”6 MULIA|Jumadil Awal 1438/Februari 2017SURAT PEMBACAPererat UkhUwah IslamIah dengan al-Qur’anBanyak Aplikasi yang hadir di panggung media sosial saat ini. Namun tak semua aplikasi yang hadir itu memberi dampak yang positif, dan tak sedikit pula yang menyumbangkan dampak negatif. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya aplikasi di media sosial yang hadir demi membuat pengguna smartphone tertarik dan memasangnya, dalam promonya menampilkan gambar-gambar maupun video-video yang berbau fulgar.Bahkan saya sendiri punya pengalaman pribadi, ketika membuka aplikasi Al-Qur’an di smartphone, malah dibawahnya menampilkan sebuah promo aplikasi dengan video wanita yang beradegan fulgar. Astagfirullah...Sungguh pihak terkait harus tanggap akan hal ini. Diperlukan adanya penindakan tegas supaya media-media seperti ini tidak merajalela dan merusak moral bangsa.Karena masih tidak amannya media sosial saat ini, saya menghimbau agar para orang tua waspada dan tidak sembarangan dalam memberikan smartphone kepada buah hatinya jika tidak benar benar perlu, karena media sosial yang ada di smartphone sekarang belumlah semuanya aman untuk digunakan oleh anak anak.Abdul Aziz | Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, JakartatUmbUhkan Cinta anak Kepada al-Qur’anSamuel P. Huntington mengatakan, bahwa orang yang memiliki kesamaan etnis dan bahasa, tapi berbeda agama, bisa saling membunuh satu sama lain. Tesis Huntington tersebut memberi sinyal kepada kita bahwa agama bisa menjadi perekat yang mampu mempersatukan manusia. Adapun bagi umat Islam, tali perekat itu adalah Al-Qur’an.Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia, memuat berbagai ayat yang mengatur kehidupan dalam segala bidangnya, baik persoalan ibadah, masalah kekeluargaan, perekonomian, kriminologi, hubungan muslim dan non muslim, dan sebagainya. Dengan demikian, sudah sepatutnya setiap muslim itu dekat dengan Al-Qur’an.Tidak sekedar membaca, tetapi juga dituntut untuk memahami kandungan ayat-ayatnya sehingga bisa menangkap pesan-pesan yang tersirat di dalam al-Qur’an. Karena tujuan utama diturunkannya kitab ini sebagai petunjuk orang-orang beriman sehingga mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat, baik secara individu maupun kolektif. Nampaknya pada tataran inilah, yang belum kita jumpai. Terbukti, ayat al-Qur’an menuntutun untuk merapatkan barisan, tapi justru kita melakukan perpecahan. Kepentingan pribadi dan kelompok, masih dikedepankan di atas kemaslahatan umat. Maka wajar akhirnya, umat ini tak berdaya di atas kemayoritasannya di negeri ini.Untuk itu, ayo kita jalin ukhuwah islamiah, dengan menjadikan al-Qur’an sebagai ‘pengikat’, sehingga kekuatan ummat ini mampu ditakuti lawan dan disungkani kawan. Khairil Miswar | Bireuen, Aceh8 MULIA|Jumadil Awal 1438/Februari 2017WANITAJauh sebelum kaum feminisme memproklamirkan gerakan emansipasi wanita, Islam telah lebih dahulu mengangkat derajat wanita. Zaman jahiliyah sebagai masa pencampakan wanita, berubah menjadi zaman kemuliaan wanita. Dalam ajaran Islam, wanita mempunyai beberapa posisi penting dalam kehidupan ini, di antaranya sebagai hamba Allah, istri, ibu dan anggota masyarakat.Sebagai seorang ibu, ia tentunya banyak berpengaruh dalam proses perkembangan anak yang akan menjadi pemimpin umat. Artinya, jika ingin mengetahui karakter kepemimpinan suatu bangsa 50 tahun yang akan datang, maka lihatlah karakter para wanita saat ini. Jika perilaku wanita saat ini baik dan berkepribadian mulia, insya Allah pemimpin-pemimpin yang akan datang amanah. Namun sebaliknya, jika wanita-wanita saat ini sudah tidak ada lagi yang mengindahkan akhlaknya, konsekuensinya adalah kehancuran peradaban suatu umat atau bangsa.Sebagaimana pepatah Arab mengatakan, “Wanita adalah tiang negara, jika mereka baik maka baiklah negara itu dan jika mereka buruk (rusak moralnya) maka buruklah negara itu.” Kalimat tersebut menjelaskan kedudukan wanita, peran dan fungsinya dalam kehidupan keluarga maupun bangsa yang amat penting.Selain itu, banyak sekali hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang menceritakan kisah dan peranan penting wanita di samping perjuangan kaum pria. Ar-Rubayyi binti Mu’awwidz berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah dalam peperangan, kami bertugas memberi minum dan makan para prajurit, melayani mereka, mengobati yang terluka, dan mengantarkan yang terluka kembali ke Madinah.”Dalam bidang perdagangan, nama Khadijah binti Khuwailid, tercatat sebagai seorang yang sangat sukses. Demikian juga Qilat Ummi Bani Anmar, yang tercatat sebagai seorang wanita yang Jangan Salah MeMahaMi eMansipasiKelihatannya seperti memperjuangkan wanita, namun dalam praktek sesungguhnya justru merendahkan wanitapernah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam untuk meminta petunjuk dalam bidang jual beli. Kemudian istri Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, Zainab binti Jahsy, juga aktif bekerja hingga menyamak kulit binatang dan hasilnya beliau sedekahkan. Ratihah, istri sahabat Nabi, Abdullah ibn Mas’ud sangat aktif bekerja karena suami dan anaknya ketika itu tidak mampu bekerja.Sekali lagi, pemahaman mengenai emansipasi wanita harus dilihat dari berbagai aspek. Tidak hanya dilihat dari aspek penuntutan kesetaraan hak dan gender saja, tetapi juga harus dilihat dari pemenuhan kewajiban serta garis kodrat yang telah ditentukan Allah Subhanahu Wata’ala.Islam membolehkan wanita berkarir, tetapi juga harus tetap memenuhi kewajiban dan kodratnya sebagai wanita yang mengurus keluarga, mendidik anak dan menjaga aurat atau kehormatannya.Makna emansipasi wanita dalam perspektif Islam, tidak hanya menjabarkan Februari 2017/Jumadil Awal 1438|MULIA 9WANITApenuntutan kesetaraan gender. Akan tetapi juga menjelaskan tentang hak dan kewajiban sebagai konsekuensi takdir diciptakannya wanita. Wanita sangat dimuliakan sesuai peran dan kedudukan kodratinya, bahkan derajatnya lebih tinggi bila dibanding laki-laki.Karena itu, kita harus lebih kritis dan hati-hati menyikapi maraknya gerakan yang mengatas-namakan emansipasi wanita, kesetaraan gender, persamaan derajat wanita, feminisme, dan berbagai gerakan lainnya. Banyak pemahaman yang tampaknya memperjuangkan para wanita, namun dalam praktek sesungguhnya justru merendahkan wanita. Banyak kaum yang menolak poligami, tapi mereka bungkam ketika perselingkuhan dan pelecehan wanita terjadi di depan ‘batang hidungnya’.Tidak ada gunanya lagi jika kita terus terjebak dalam perdebatan seputar emansipasi wanita, tanpa ada langkah progresif untuk memuliakan wanita. Islam telah mengatur dan membuktikan bagaimana menjadi seorang muslimah yang berkualitas demi melahirkan generasi umat yang hebat. Allah berfirman:”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.” (al-Baqarah (2): 233).Firman Allah SWT tersebut telah membagi tugas dan tanggung jawab antara seorang ibu yang notabene adalah kaum wanita, bersama partnernya yaitu suami. Dengan asupan ASI yang cukup, seorang generasi manuisa (bayi) akan mampu tumbuh dengan sehat dalam buaian kasih sayang. Harapannya tentu mereka lebih memiliki ketajaman hati nurani karena dididik oleh ibu tercinta yang berkualitas. Di sisi lain, ayah harus mencukupi segala kebutuhan keluarga dengan jalan yang halal dan diberkahi.*/Zainal Arifin, dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hidayatullah Batam, dikutip dari majalah Suara Hidayatullah.Next >