Shafar 1439/November 2017|MULIA 3SALAMkepala keluarga, ibu rumah tangga, dan anak-anak yang telah dewasa berani menelantarkan shalat.Beragam alasannya, mulai dari kesibukan, pekerjaan yang menumpuk, deadline dan lain sebagainya. Padahal, shalat adalah tiang agama, dan shalat tidak mungkin membuat seseorang abai dengan tugas-tugas penting lainnya. Justru shalat itu adalah refreshing otak yang paling penting, untuk setiap jiwa siap menuntaskan tugas-tugas lainnya dengan baik, demikian ungkap Buya Hamka dalalm bukunya Lembaga Budi. Lebih dari itu, mesti dipahami bahwa tanpa menunaikan ibadah wajib yang telah Allah tetapkan kepada kita, semua kebaikan-kebaikan yang kita lakukan, belumlah Umum dipahami di kalangan kaum Muslimin bahwa seluruh aktivitas kebaikan yang diniatkan karena Allah akan bernilai ibadah, mulai dari membaca, mencari nafkah, hingga membahagiakan istri dan anak-anak, serta keluarga karib, bahkan sampai tidur sekalipun.Untuk itu, tidak heran jika banyak orang memiliki antusias lebih dalam aktivitas mencari nafkah, sebab terkategori ibadah. Namun apakah karena mencari nafkah, lantas ibadah yang utama menjadi kurang penting untuk diperhatikan?Di dunia maya sempat muncul meme bertuliskan, “Berapa gaji dari pekerjaanmu, sampai-sampai berani meninggalkan shalat?”Meme itu mungkin terasa menohok, tapi dalam realitanya, memang masih banyak Memberi Nafkahmeneladankan Ibadahjaminan mengantarkan kita kepada ridha dan surga-Nya.Bagi seorang ibu rumah tangga misalnya, meskipun rajin ikut amal sosial, pengajian, dan beragam kegiatan baik lainnya, jika tidak shalat lima waktu, akan merugi juga akhirnya.Rasulullah bersabda, “Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, niscaya dia masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan” (HR. Ahmad).Di sini seorang kepala rumah tangga mesti hadir, memberikan keteladanan dalam soal ibadah, mulai dari shalat, puasa, dan kehormatan keluarga. Terutama, memastikan istri untuk bisa masuk surga dari pintu mana saja. Jadi, tidak cukup sebatas memberikan nafkah.*/Imam Nawawi24EDUKASIMenanamkan Jiwa Anti Korupsi pada Anak4 MULIA|Shafar 1439/November 2017DAFTAR ISI3 SALAM6 SURAT PEMBACA8 JENDELANarkoba Mengincar Anak Kita18 KELAMBUMenangani Cucu Pengguna Narkoba20KOMIK22 ANISAMuslimah Stress Masuk Surga15 SOSOKHadiono, Penolong Korban Riba26MAJELIS KELUARGAMy Dad ‘My First Love’28KOLOM IBUAku SiapJadi Pemimpin36RUANG UTAMAPertolongan Akhirat, Carilah di Dunia52RIHLAHKampung MuallafPenuh Harapan50ADABUNABermimpi55ISLAM PESONAAbdurrahman,Sang Rajawali Quraisy62MUTIARAKebahagiaan dalam Kekurangan66FIGURA32SAKINAHAyah Tak Sekedar Mencari Nafkah64QUOTE 68KHAZANAHIlmu Tasawuf dan Dimensi Spiritual48FIQIHWakaf BerjangkaHasil Tabungan46SERBA-SERBIEmpat Bukit Bersejarah dalam Sejarah Islam86APRESIASILAZNAS BMH Sabet ‘The Best Social Marketing’ 84LIPUTANApgrading Dai IndonesiaDAFTAR ISI73TAHFIDZUL QURANMuhammad Hanif, Berprestasi Karena Berinteraksi dengan Al - Qur’anPenanggung Jawab : Supendi S. Pengarah : Rama Wijaya, Pemred : Imam Nawawi Sidang Redaksi : Bambang S. Khairul Hibri, Cholis A. Imam N. Kontributor : Siraj, Abd. Syakur, Sahlah, Ibnu Sumari, Abu Falah, Desain : Mustain Al Haq. Iklan : Yanto Percetakan : Lentera Jaya MadinaAlamat Redaksi : Jakarta : Jl. Kalibata Office Park, Jl. Raya Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax. 021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh.or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail.com SMS/WA. +62 822-3057-5647Shafar 1439/November 2017|MULIA 5SUSUNAN REDAKSI 96KREASIWayang Layang94INSPIRASIBerkah Watu Dengan Al-Qur’an88LAPORANUntuk Rohingya Bersama Ustadz Abdul Shomad92MUZAKKI80DEDIKASIBerdayakan Umat dengan Training Bina Aqidah70INTERNASIONAL7 Negara Muslim ‘Penolong’ Rohingya, Tak Ada Negara Barat93DOA82KIPRAHMeningkatkan Keberhasilan Sekolah Bersama90LAPORANLiterasi Dai dan Serbuan Hoax6 MULIA|Shafar 1439/November 2017SURAT PEMBACASaran dan MaSukan untuk redakSi Assalamu’alaikum Warahmatullahi WabarakatuhSaya pembaca majalah Mulia dari Kuta, Bali. Berikut ada beberapa saran sekaligus masukan untuk tim redaksi, dengan harapan semoga majalah Mulia lebih baik lagi ke depannya.Pertama, Mohon untuk rubrik ‘Jendela Utama’ mengupas topik-topik kekinian. Bukan yang sudah lawas. Misal, pada September lalu mengangkat tema ‘Full Day School’. Menurut pandangan pribadi, ini sudah tidak up to date lagi. Kedua, banyak kami temukan pada artikel-artikel di majalah ini tanpa mencantumkan referensi. Jadi masukannya, harap dicantumkan rujukannya. Demikian surat pembaca ini kami sampaikan. Teriring doa, semoga ridha Allah senantiasa menaungi tim redaksi. Aamiin. Abdullah| Kuta, BaliJawab: Wa’alaikumsalam Warahmatullahi WabarakatuhKami ucapkan terima penerus. Berbahaya bagi masa depan bangsa bila generasi pelanjut itu sampai buta akan sejarah bangsa ini. kebohongan-kebohongan sejarah yang terus dihembuskan oleh lawan, bisa berbalik menjadi kebenaran, karena generasi pelanjut kurang melek sejarah.Untuk mengantisipasi tragedi yang tak diinginkan ini terulang kembali, seyogyanya setiap unsur di masyarakat yang memiliki kepedulian pada bangsa, mengenalkan kepada generasi akan sejarah, terutama soal kisruh PKI, agar tak bangkit lagi di bumi pertiwi. Ingat pesan bapak proklamator Indonesia; Ir. Soekarno: JASMERAH; Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah. Mudah-mudahan negeri ini diselamatkan dari hal-hal yang hendak menghancurkan negeri ini. Aamiin. Khairuddin | MagetanJagakasih banyak atas saran dan masukannya. Sarannya sangat membangun, insya Allah akan menjadi bahan evaluasi tim redaksi untuk ke depannya sehingga majalah ini bisa tampil lebih baik lagi di masa mendatang. Amiin.kenalkan SeJarah BangSa kepada generaSi MudaAkhir-akhir ini Indonesia diriuhkan dengan isu kebangkitan PKI. Bahkan, terdapat sekelompok orang yang berjuang gigih untuk mengkelabukan sejarah bahwa PKI bukanlah kelompok bersalah dalam tragedi masa lalu bangsa, yang membantai para jenderal, kiai, santri, dan sebagainya. Tapi justru merekalah sebagai golongan tertindas/terzalimi oleh rezim. Bersyukur saat ini masih banyak saksi hidup sejarah kelam itu, sehingga dengan mudah untuk dibantah kebohongan-kebohongan kelompok kiri ini. Namun, tentu akan berbeda keadaannya untuk waktu 20-30, bahkan 50 tahun mendatang. Para bapak bangsa itu telah tiada. Tinggallah generasi muda sebagai JENDELA UTAMA8 MULIA|Shafar 1439/November 2017Narkoba MeNgiNcar AnAk kitAPeredaran narkota dan obat terlarang (narkoba) sekarang tak lagi menyasar kalangan orang dewasa. Beberapa tahun terakhir, barang haram ini secara masif terus mengincar anak-anak sebagai sasaran.Setahun lalu, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso sebetulnya sudah angkat bicara soal itu. Pria yang akrab disapa Buwas ini mengatakan, peredaran narkoba—terutama dari Tiongkok dan Thailand—menjadi ancaman besar bagi mereka.“Itu (bentuknya) sudah berupa permen yang menarik,” ungkap Buwas usai gelaran konferensi pers bertajuk ‘Press Release Akhir Tahun 2016-Kerja Nyata Perangi Narkotika’ di Kantor BNN Pusat Jakarta Timur, pada Desember 2016 silam.Menurut Buwas, narkoba dalam bentuk permen memang sengaja dibuat sebagai siasat guna menarget kalangan anak-anak. Lebih jauh lagi, katanya, pergeseran target peredaran narkoba dari orang dewasa ke anak-anak dalam rangka melakukan regenerasi pasar.“Karena anak-anak TK dan SD ini diharapkan menjadi pasar berikutnya, setelah pengguna yang sekarang habis karena mati,” bebernya dikutip berbagai media.Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mewanti-wanti orangtua, kalangan pendidik serta semua pihak terkait agar mewaspadai peredaran narkoba yang kini menyasar anak-anak.“Baru-baru ini publik dikejutkan dengan berita anak-anak yang mabuk, berhalusinasi, bahkan ada yang tewas karena tak sengaja mengkonsumsi PCC (Paracetamol, Caffeine, Corisoprodol),” kata Khofifah dikutip berbagai media, akhir September lalu.Apa yang dikatakan Buwas dan Khofifah tentunya benar-benar harus menjadi perhatian semua pihak. Khususnya orangtua yang memegang peran penting dalam mendidik, mengasuh, mengawasi dan membesarkan anak-anaknya.Lantas, apa yang dapat dilakukan orangtua supaya anak-anak mereka terhindar dari narkoba? Seperti apa kasus narkoba yang menyasar anak-anak calon generasi penerus bangsa ini? Majalah Mulia edisi kali ini akan mengupasnya. Berikut laporannya.*/Ibnu SumariShafar 1439/November 2017|MULIA 9JENDELA UTAMASaat sedang berlangsung Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas, seorang guru di satu sekolah dasar (SD) Kota Manado, Sulawesi Utara mendapati salah satu muridnya—berinisial AR—berperilaku aneh layaknya pengguna narkoba.Pihak sekolah langsung melaporkan kejadian itu kepada satgas anti-narkoba, yang kemudian diteruskan ke tim assesment Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Manado. Dari pemeriksaan tim diketahui, bocah usia 7 tahun (AR) itu usai mengonsumsi obat keras jenis somadril yang didapat dari teman kelasnya (T).“Informasinya, si anak seperti mabuk dan tertidur pulas. Saat ditanya sang guru, katanya habis mengonsumsi 2 butir pil putih,” ujar Kepala BNNK Manado, Eliasar Sopacoly, dikutip beberapa media lokal setempat.Sopacoly mengatakan, T mendapat barang haram tersebut dari neneknya. Selain itu, orangtua tua T juga pernah menjadi pelaku penyalahgunaan narkoba, bahkan sempat ditahan.Dari hasil penyelidikan tim BNNK Manado, ditemukan barang bukti sebanyak 9 butir (2 butir sudah dikonsumsi AR). Parahnya, tak hanya AR yang menjadi korban. Kata Sopacoly, ternyata obat tersebut juga sudah dikonsumsi siswa SD lainnya (F dan AH).oraNgtua, Waspadai PeredArAn nArkobABNN dan Puslitkes-UI merilis catatan, total pengguna narkoba semua usia mencapai 5 juta orang di Indonesia. Sudah mengincar anak-anak SUMBER: PIXABAYNext >