Rabiul Awal1439/Desember 2017|MULIA 3SALAMdalam menjadikan keluarga yang bahagia, keluarga yang gemar dengan kajian keilmuan.Lihatlah bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menjadikan Aisyah menjelma menjadi seorang wanita cerdas dan piawai dalam menjelaskan kebenaran Islam. Jika tidak karena ada program pengkajian keilmuan di dalam rumah beliau, sulit rasanya hal tersebut bisa terjadi.Tentu saja, pengkajian yang dilakukan tidak sama seperti seminar atau pun workshop. Tetapi, apapun itu bentuknya, di dalam rumah ada proses untuk saling belajar dan mencerdaskan dengan sesama anggota keluarga.Bahkan di dalam Banyak ibu rajin mengikuti majelis taklim secara disiplin, namun kemudian lupa membawa spirit kajian ilmunya ke dalam rumah sendiri. Padahal, anak-anak adalah generasi yang mesti disiapkan untuk mencintai dan mengamalkan ilmu.Tidak sedikit para ayah yang sibuk berdakwah ke berbagai daerah, namun lupa membangun kajian di rumah sendiri bersama istri dan anak-anaknya. Padahal, mereka adalah yang paling berhak untuk diarahkan menuju ridha dan jannah-Nya.Sementara waktu terus bergulir, kini kita telah berada di ujung tahun 2017. Tidak lama lagi, kita akan memasuki tahun 2018, yang tentu saja mesti disikapi dengan sebaik-baiknya, terutama Jadikan Rumah Pusat Kajian dan Pengamalan ilmurumah hal yang harus terus ditekankan adalah bagaimana pengamalan ilmu dan iman yang terus ditingkatkan melalui beragam forum keilmuan yang diikuti.Di sinilah keluarga Muslim perlu sejenak melihat bahwa tugas paling utama yang harus senantiasa diperioritaskan pelaksanaannya adalah bagaimana menjadikan rumah kita indah, sejuk, dan nyaman laksana surga. Rasul mengatakan, bayti jannati, “Rumahku Surgaku.”Pertanyaannya, mungkinkah surga diraih tanpa kecintaan seisi rumah dengan pengkajian dan pengamalan ilmu? Semoga Allah bimbing kita menjadi keluarga-keluarga yang cinta mengkaji dan mengamalkan ilmu demi iman dan taqwa.*/Imam NawawiSUMBER : JAHRUD/PIXABAY24EDUKASIMenanamkan Jiwa Kedermawanan pada Anak4 MULIA|Rabiul Awal1439/Desember 2017DAFTAR ISI3 SALAM6 SURAT PEMBACA8 JENDELAKaderisasi Perokok18 KELAMBUPilih Ibu Atau Suami20KOMIK22 INTERNATIONALPerbaikan Sumur Zam-Zam, Inilah Alur Baru Tawaf15 SOSOKMuslimah, Tetap Tegar Dianugerahi Tiga Anak Tunanetra26MAJELIS KELUARGAMy Dad My Hero28KOLOM IBUBuktikan Sanjungan pada Ibu36RUANG UTAMANikmatnya Mencintai Kekasih Allah52RIHLAHNamira, Masjid Transit Nan Mempesona50ADABUNAMencari Rezeki55ISLAM PESONAAbu Mihjan Ats-tsaqafiPemabuk yang Ingin Terdepan dalam Jihad62MUTIARABerkat Ilmu Orang BiasaBisa Berjaya66FIGURA32SAKINAHAgar Kemesraan Tak Cepat Berlalu64QUOTE 68KHAZANAHSeni Kuliner dalam Islam48FIQIHBerzakat Berdasar Kalender Masehi46SERBA-SERBIPutra Putri Rasulullah SAW86EVENTTingkatkan Kompetensi, BMH Gelar Diklat Pemasaran84LIPUTANGelar Bedah Buku di 4 Kota Kalimantan TimurDAFTAR ISI73TAHFIDZUL QURANUstazah Sulmi, Wasilah Anak Menjadi HafidzPenanggung Jawab : Supendi S. Pengarah : Rama Wijaya, Pemred : Imam Nawawi Sidang Redaksi : Bambang S. Khairul Hibri, Cholis A. Imam N. Kontributor : Siraj, Abd. Syakur, Sahlah, Ibnu Sumari, Abu Falah, Desain : Mustain Al Haq. Iklan : Yanto Percetakan : Lentera Jaya MadinaAlamat Redaksi : Jakarta : Jl. Kalibata Office Park, Jl. Raya Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax. 021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh.or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail.com SMS/WA. +62 822-3057-5647Rabiul Awal1439/Desember 2017|MULIA 5SUSUNAN REDAKSI 96KREASITempat Obat / Kosmetik94INSPIRASIHikmah Usai Diserempet dan Diseret Bus88LAPORANPenyaluran Bantuan Pengungsi Rohingya92MUZAKKI80UPGRADING80 Mahasiswa DAI Ikuti Pelatihan Peningkatan Mutu70ANISAWanita Dicintai Kemudian Dilindungi93DOA82KIPRAHKhitan Berkah Yatim - Dhuafa di Semarang Berjalan Sukses90LAPORANCara MandiriSrikandi CepokoILUSTRASI COVER: ANDeR-buRDAIN/UNPLASH6 MULIA|Rabiul Awal1439/Desember 2017SURAT PEMBACAUsUl KisahUntUK KomiK Bmh Redaksi, mohon maaf sebelumnya. Saya punya usul, bagaimana kalau kisah pada rubrik ‘Komik BMH’ itu diambilkan dari kisah-kisah para nabi/rasul, sahabat, atau orang-orang shalih terdahulu. Selain memperoleh nilai luhur yang bersumber pada referensi yang bisa dipertanggung jawab-kan, setali tiga uang hal ini juga bisa menjadi wasilah menumbuhkan rasa cinta/pengidolaan anak-anak terhadap orang-orang shalih terdahulu. Jujur untuk penyajian saat ini, putri kami yang masih usia tiga tahun lebih ‘akrab’ dengan sosok bang Jabrib (yang ditokohkan sebagai orang yang kurang taat terhadap peraturan), ketimbang Yahya yang menjadi tokoh anak shalih. Jadi ada kekhawatiran.Demikian sekadar usul kami. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Ummu Ilmi | GresikRedaksi :Kami ucapkan terima kasih atas masukan dan sarannyamenghayati isinya, kami merasa pembahasannya lebih banyak seputar laki-laki, dan tahfidzul Qur’an. Kenapa jarang sekali ada pembahasan tentang pesantren yang mayoritas santriwati (santri putri)?Kami menanyakan hal seperti itu karena kami merasa dianaktirikan oleh kaum adam, padahal kami sebagai kaum hawa merasa juga punya peran banyak dalam dunia ini. Dan kami adalah penghuni salah satu pesantren putri di Jawa Timur.Cukup sekian, terima kasih.N. Amaniah | Bangil-PasuruanRedaksi :Wa’alaikumsalam Warahmatullah. Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih atas masukannya. Adapun penilaian adanya diskriminasi pembahasan terhadap muslimah, itu sama sekali tidak benar. Alhamdulillah untuk bulan ini, beberapa rubrik seperti Sosok, profil hafidz, dan pesantren, mengangkat sosok muslimah. Ucapan terima Kasih Ustadz sUgiartoTerkait dengan dimuatnya profil ustadz Sugiarto, guru ngaji lumpuh asal Bunyumas, Purwokerto, Jawa Tengah, pada rubrik ‘Sosok’ edisi Oktober lalu, redaksi menerima beberapa pesan/telepon dari pembaca Mulia, yang berkeinginan mengulurkan tangan untuk sedikit meringankan beban ustadz Sugiarto. Alhamdulillah, amanah para pembaca budiman telah disampaikan kepada bersangkutan. Bersamaan dengan itu, ustadz Sugiarto mengucapkan terima kasih kepada para pembaca atas segala bantuan. Jazakumullah Khairan jaza’. Amiin.pemBahasan sepUtar mUslimahAssalamualaikum wr wb.Dengan hormat bpk/ibu, sdra/i pengelola majalah Mulia, kami sebagai pembaca setia majalah tersebut ingin mengulas sedikit isi majalah.Setelah sekian lama kami membaca dan JENDELA UTAMA8 MULIA|Rabiul Awal1439/Desember 2017SUMBER: coME fREAk2/PIXABAYKADERISASIPEROKOKPerokok remaja menjadi faktor penting dalam perkembangan setiap industri rokok dalam 50 tahun terakhir. Perokok remaja satu-satunya sumber pengganti para perokok lama.Jika para remaja tidak merokok, maka industri akan bangkrut. Sebagaimana sebuah masyarakat yang tidak melahirkan generasi penerus maka, mereka akan mengalami kepunahan.Begitulah redaksi salah satu dokumen industri rokok berjudul “Perokok Remaja: Strategi dan Peluang,” R.J Reynolds Tobacco Company Memo Internal, 29 Februari 1984.Dari dokumen tersebut menunjukkan industri rokok mengakui, para remaja calon pelanggan mereka. Artinya, para remaja akan dijadikan sasaran empuk oleh industri rokok sebagai target utama.Jadi, jangan heran jika kemudian berbagai industri rokok amat gencar memasang iklan rokok di sekitar lingkungan sekolah. Dari studi yang dilakukan Universitas HAMKA (2007) menunjukkan, 46,3 persen remaja berpendapat, iklan rokok mempengaruhi mereka untuk mulai merokok.Dari survei cepat 10 kota yang dilakukan Komnas Perlindungan Anak tahun 2012 menyatakan, 99,6 persen remaja usia 13 sampai 15 tahun melihat iklan rokok di luar ruangan.Hasil Susenas 1995, 2004, Riskesdas 2007, 2010, 2013 serta BPS Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2030 menunjukkan jika prevalensi perokok remaja memperlihatkan kecenderungan terus meningkat. Sekira 75,7 persen perokok mulai merokok pada usia 19 tahun dan jumlahnya mencapai 16,4 juta.Angka tertinggi adalah kelompok usia 15-19 tahun. Tapi, seiring waktu kecenderungan ini mulai bergeser ke usia lebih muda yaitu kelompok usia 10-14 tahun. Bahkan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, trennya meningkat hingga dua kali lipat.Kondisi yang demikian tentu sangat mengkhawatirkan dan tak boleh dibiarkan. Sebab, bahaya dari menkonsumsi rokok sangat besar, bahkan menyebabkan kematian. Dampak dari konsumsi rokok baru akan dirasakan 15-20 tahun mendatang, ketika para perokok remaja mencapai usia produktif. Lantas, upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan mencegah meningkatnya angka perokok remaja?Yayasan Lentera Anak bersama Ruandu dan Gagas Foundation bekerjasama dengan Dinas Pendidikan melakukan pendampingan kepada 90 sekolah di Kota Padang, Mataram, Tangerang Selatan, Bekasi, dan Kabupaten Bogor.Seperti apa program kerjanya? Bagaimana hasilnya? Apa saja kesulitan yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya? Untuk selengkapnya, simak Jendela Utama Mulia edisi kali ini. Selamat membaca.*/Achmad FazeriRabiul Awal1439/Desember 2017|MULIA 9JENDELA UTAMASUMBER: tAPIhIkEShIYA/DEvIAntARtSpanduk bertuliskan “Warung ini keren, Sob! Nggak jual rokok ke anak-anak” itu terpampang di depan warung kelontong di sekitar lingkungan salah satu sekolah negeri Bekasi.Spanduk itu tidak nongol begitu saja. Sebelum ada spanduk itu, yang terpampang justru spanduk dari industri rokok. Isinya jelas; tentang iklan, promosi, dan sponsor dari industri rokok.Penurunan serta penggantian spanduk yang berisi iklan rokok dengan spanduk ‘ramah anak’ ini, merupakan salah satu kegiatan pendampingan yang dilakukan Yayasan Lentera Anak kepada 90 sekolah di 5 kota di Indonesia. Nama kampanyenya #tolakjaditarget industri rokok.“Kami menyambut serta mendukung program pendampingan dengan kampanye #tolakjaditarget industri rokok ini,” kata guru pendamping SMPN 17 Bekasi, Susi saat berbincang dengan Mulia, awal Nopember lalu.Susi mengatakan, DI BAlIK IKlAn, PROmOsi dan sPOnsOR ROKOKWaspada terhadap iklan, promosi dan sponsor rokok yang mengepung lingkungan sekolahNext >