Jika ada peradaban yang lahir dari kitab suci, maka itu adalah peradaban Islam. Berawal dari gerakan memahami wahyu Al-Qur’an yang begitu intens dengan penerimaan segenap jiwa dan raga, peradaban Islam perlahan namun pasti tumbuh dan tegak di Madinah, Jazirah Arab hingga akhirnya menye-bar ke seluruh dunia. Tradisi dan mekanisme keilmuan berlangsung begitu hebat di dalam sejarah peradaban Islam. Sayang-nya, belum banyak buku yang secara utuh menjabarkan bagaimana perad-aban ilmu berlangsung begitu hebat di dalam kehidupan kaum Muslimin, sehingga mampu menerangi dunia hingga abad ini.Al-Qur’an sebagai wahyu yang dipahami dan digerakkan dengan penuh perjuangan telah menjadikan dunia tercerahkan dan mendorong lahirnya beragam ilmu-ilmu kon-temporer yang mendorong manusia terus melakukan inovasi dan pene-muan-penemuan.Lihatlah bagaimana ilmu perihal optik ditemukan oleh Ibn Haytam hingga lahir lensa dan kamera. Lihat-lah bagaimana Ibn Sina menemukan teori pembedahan hingga konsep mendirikan rumah sakit. Termasuk lihatlah Ibn Rushd yang mampu me-nyadarkan sarjana Barat akan pemiki-ran filosof-filosof Yunani. Hal ini karena Al-Qur’an sebagai kitab suci tidak saja berbicara moral dan etika, tetapi juga semesta. Al-Qur’an sendiri menyuruh pembacanya untuk mengaitkan pesan dirinya den-gan teks-teks kauniyah, yaitu ayat-ayat-Nya yang terhampar dalam jagat semesta. Bahkan lebih jauh, Al-Qur’an juga menyuruh kita mengintegrasikan pesan-Nya dengan ayat-ayat nafsiyah dan tarikhiyah, yaitu hukum Allah (su-natullah) yang tertulis dalam diri manu-sia dan dalam hukum sejarah.Semua ini membukitkan bahwa ti-dak ada jalan terbaik, selain menjadi-kan Al-Qur’an sebagai sumber nilai dan peradaban. Al-Qur’an bukan seperti diasum-sikan kebanyakan orang hanya untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan berupa pahala dan mendapatkan ke-mudahan dalam perjuangan hidup, tetapi juga guidance untuk manusia mencapai kemaslahatan hidup yang di-dambakan. Bahkan lebih jauh, Al-Qur’an adalah jalan terang menuju kesejahteraan lahir-batin sekaligus dunia-akhirat. Sebuah konsep kesejahteraan yang tak dijangkau oleh peradaban manapun, selain perada-ban Islam. Allahu a’lam.*/Imam NawawiSumber Nilai SALAM3Safar 1440/November 2018 | MULIA dan Peradaban24SOSOKKurnia Sari, Kisah Emak Berdakwahdi Pedalaman41kelambuSaat Istri Menafkahi OrangTua31INSPIRASIKisah Imam Nawawi, Pecinta Ilmu yang Penuh PengorbananDAFTAR ISIMULIA | Safar 1440/November 2018 48JENDELA UTAMANilai KepahlawananDalam Keluarga52khazanahLima Keturunan Afrika Pembawa Islam ke Amerika54idealitaTerus LahirkanKader Dai Indonesia39fiqihMemiliki Harta Berlian Wajib Zakat?93GAYA HIDUPJangan PernahPutus Berdoa84REFLEKSIEsensi Peradaban:Menjadi dan Memberi yang Terbaik74ruang utamaKuatkan Himmah,Andalkan AllahTa’ala86SENYUM BERDAYA‘Program Janda Tangguh’ danPaket Pendidikan BahagiakanMasyarakat Karimunjawa79TADABBURDebu64aksiDukung Pendidikan Melalui Peningkatan GiziPenanggung Jawab: Marwan Mujahidin Pengarah: Supendi Pemimpin Redaksi: Imam Nawawi Sidang Redaksi: Khairul Hibri, Cholis A, Imam N. Kontributor: Siraj, Abd Syakur, Sahlah, Ibnu Sumari, Abu Falah Desain: Musta’in Al Haq Iklan: Akbar Percetakan: Lentera Jaya Madina Alamat Redaksi : Jakarta : Jl. Kalibata Office Park, Jl. Raya Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax. 021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh.or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail.com SMS/WA. +62 822-3057-5647SUSUNAN REDAKSI398742484935Safar 1440/November 2018 | MULIA Ayo BertAuBAt! Indonesia terus dilanda duka. musibah seperti tidak berkesudahan. Belum pulih dampak bencana gempa bumi yang melanda Lombok, bumi pertiwi kembali diguncang ujian yang lebih besar; gempa bumi dan Tsunami di Palu dan sekitarnya. Sebagai kaum beriman, tidaklah cukup memandang suatu musibah, sebatas peristiwa alam semata, sebagaimana yang diungkapkan oleh para pakar. Tapi harus lebih dari itu, mampu mengantarkan diri pada titik; bahwa ini adalah teguran dari Allah untuk kita, hamba-Nya. tujuannya, agar kembali bersimpuh di hadapan-Nya. Tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Serta tidak menyelisihi setiap syariat yang telah ditetapkan. Sebab, bukan mustahil, apa yang melanda negeri ini, dikarenakan kedurhakaan kepada-Nya. Kemaksiatan merajalela. Tanpa ada Karenanya, secara pribadi, saya sangat mengutuk peristiwa naas tersebut. Dan menuntut pihak berwenang, untuk mengusut secara tuntas. Dan kepada penyelenggara atau pihak-pihak bertanggung jawab dalam ajang olah raga, harus berupaya menemukan solusi bagaimana mengatasi persoalan ini. Termasuk dalam hal ini, senantiasa mengedukasi sporter dalam menjunjung nilai-nilai sportivitas dalam dunia olah raga. Hal lainnya, menegakkan hukuman nan berat bagi oknum yang menjadi biang kerok. Tidak hanya sesuai dengan hukum yang berlaku di negeri ini. Namun ada juga secara administrasi. Misal, mulai dari pecabutan sebagai anggota suporter, dan larangan menonton di stadion. Mudah-mudahan kedepannya, kejadian ini tidak lagi terulang. Mari rakyat Inodnesia, kita junjung nilai-nilai sportivitas dalam dunia olah raga, Khususnya sepak bola. Abu Aqila | GresikSURAT PEMBACAMULIA | Safar 1440/November 20186langkah konkrit untuk membendungnya. Allah berfirman; “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zholim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksanya.” (al-Anfaal: 25)Poinnya, marilah kita banyak-banyak melakukan taubat, sehingga pertolongan Allah akan menaungi negeri ini. Abu Sayyidah | GresikJAngAn AdA LAgi nyAwA MeLAyAng Kembali dunia olah raga dirundung duka. beberapa waktu silam, seorang sporter dari sebuah klub, dinyatakan tewas, setelah dianiaya sekelompok sporter dari klub bola lain. Sebuah kejadian yang menyayat hati. Bagaimana tidak, olah raga yang seharusnya menjadi ajang refreshing, bahkan bisa menjadi wasilah menjalin persatuan anak negeri, justru menjadi ajang permusuhan dan pembunuhan. MANDIRI 124 0033 0000 77Rekening Donasi : a/n. BAITUL MAAL HIDAYATULLAHItu untuk KesehatanTunaikan Zakat Anda di BMHwww.bmh.or.idKantor Pusat :JL. H. Samali No 79B Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Telp. 021-79196500ATAU HUBUNGI KANTOR BMH TERDEKAT DI KOTA ANDAFind us onBaitul Maal HidayatullahFollow us on@officialbmhSubscribeBaitul Maal HidayatullahFollow us onofficialbmh2,5 % DariHarta yangKita Punyadalam KeluargaNilai KepahlawaNaN Pemerintah telah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.Penetapan salah satu hari nasional itu tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959 yang diterbitkan pada 16 De-sember 1959.Hari Pahlawan ditetapkan dalam rangka memperingati pertempuran di Surabaya, antara pahlawan Indonesia melawan pasukan Sekutu (Britania)—yang merupakan peperangan pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan In-donesia.Upaya pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahla-wan, tentu merupakan sebuah lang-kah yang patut diapresiasi. Tapi, ada yang jauh lebih utama dari sekadar memperingati hari nasional tersebut.Pertama, pelajaran penting apa yang dapat diambil dari peristiwa 10 November 1945 ini. Dan kedua bagaimana menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dalam keluarga.Simak pembahasannya dalam Jendela Utama edisi kali ini. Beri-kut laporan selengkapnya. Selamat membaca!*JENDELA UTAMAMULIA | Safar 1440/November 2018 8JENDELA UTAMAPeristiwa 10 Novembermengambil alih kawasan-kawasan yang dikuasai oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia. Di situlah muncul yang na-manya agresi militer (perebutan wilayah). Salah satunya yang menjadi perhatian Sekutu selain Jakarta dan Bandung adalah Surabaya.Pada 22 Oktober 1945, Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) KH. Hasyim Asy’ari menerbitkan fatwa tentang Kewajiban Jihad. Tujuan dikelu-arkannya fatwa ini yaitu untuk anisipasi jika seandainya pasukan Sekutu datang, umat Islam sudah siap menghadang.Ternyata benar, pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris di bawah Mallaby datang ke Surabaya. Kemudian umat Is-lam di Surabaya di bawah komando Bung Tomo pun melawan mereka. Hingga akh-irnya terjadi pertempuran yang kemu-Soekarno memproklamirkan ke-merdekaan Indonesia tepat pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.Meskipun proklamasi ke-merdekaan dibaca di Jakarta, tapi se-luruh masyarakat Indonesia merasa seolah-olah kemerdekaan itu berlaku di seantero negeri, termasuk di Surabaya.Kenapa Surabaya? Karena, Suraba-ya memiliki sejarah yang dekat dengan tokoh yang ikut memperjuangkan ke-merdekaan Indonesia.Pasukan Sekutu, terutama Belanda, tidak tinggal diam ketika tahu Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Sep-tember 1945, mereka pun mengumum-kan, bahwa proklamasi kemerdekaan itu tidak sah alias ilegal.Pasukan Sekutu sudah berencana mengirim pasukan ke Indonesia buat Pelajaran Penting Dari setiap peristiwa sejarah, selalu ada pelajaran penting yang dapat diambil hikmahnya. Sebagaimana peristiwa 10 November 1945FOTO: NgeTreN9Safar 1440/November 2018 | MULIA Next >