2DT PEDULI3Menjadi Manusia Peduli saat BencanaSapa RedaksiSeputar IslamKabar DPUCurhat MuslimahHidup Bugar FokusPena Sahabat GaleriInfo SahabatKabar Cabang KeuanganHikmahSerba SerbiSali & SeliCinta WakafKolom Aa GymHikayathalhalhalhalhalhalhalhalhalhalhalhalhalhalhalhalhalPeduli, Tak Sekadar SimpatiMenikah saat HamilInilah Alasan DPU DT Berganti Nama Jadi DT PeduliMengatasi SihirPola Makan“Orang Modern”Tumbuhkan Rasa Simpati dan EmpatiMenjelajahi Dunia, Cara Menafakuri Keagungan-NyaNovemberUrban Farming di SMA AdzkiaIkhtiar Pengabdian Berujung Surga, Dokter FerihanaDPU DT Peduli BencanaProgram Baru Wakaf DT, Peluang Raih Pahala Menga-lir AbadiSkenario Allah Sesuai Fitrah ManusiaUjian Kekurangan Harta423524Salamhal626728InfohalDPU DT Gelar Pelatihan Covert Selling2912Jejak ProgramhalSatguna Ajak Tanggap Bencana Sejak Dini1030 1631173233203421Kolom A DedahalHebatnya Menahan Marah22Peduli, Tak Sekadar SimpatidaftarisiSwadaya Edisi No 184, JANUARI 2018saparedaksiMANUSIA diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, manusia akan menghadapi ber-bagai kondisi baik yang diinginkan maupun yang tak diinginkan.Ketika menghadapi masa sulit dan tak diinginkan, fitrahnya, seseorang akan memerlukan perhatian atau ban-tuan orang lain, misalnya saat terjadi bencana alam. Di saat-saat seperti ini-lah, ujian datang pada yang tertimpa bencana maupun yang tidak. Baginya yang tak terkena bencana, Allah akan menguji kepekaan hatinya.Dalam Islam, ikut merasakan ke-pedihan orang lain adalah sebuah keharusan. Pada sebuah hadis, Rasu-lullah Saw bahkan mengibaratkan, mukmin yang satu dengan mukmin lainnya adalah sebuah bangunan yang saling mengokohkan. Berawal dari simpati, diharapkan timbul empati. Dari sekadar merasa iba, diharapkan timbul aksi aksi nyata, sebagai bentuk kepedulian kita. Sahabat, bentuk kepedulian tak cukup dengan simpati. Orang yang terkena bencana lebih membutuhkan sikap empati kita, daripada sekadar simpati atau ungkapan belasungka-wa. Dengan empati, hati kita menjadi lembut dan beban saudara-saudara kita pun menjadi terasa lebih ringan. S adayaWMedia Komunikasi Daarut TauhiidDiterbitkan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional SK Menteri Agama RI No. 257 Tahun 2016 Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid ISSN 1693-3087 Penasihat KH. Abdullah Gymnastiar Pengarah H. Gatot Kunta Kumara, Prof. Dr. KH. Miftah Faridl, KH. Hilman Rosyad Syihab, LC, Abu Fadhli Dewan Redaksi H. Herman, H. Cucu Hidayat, Sansan Darajat Tim Redaksi Smart Tauhiid Koresponden Cabang & Unit DPU DT Layouter Magenta Alamat redaksi Jalan Gegerkalong Girang No. 32 Bandung, Jawa Ba-rat Telp/Fax. 022-2021 861 / 2021 862 e-mail redaksimedia@gmail.com website www.dpudt.org 4H. Herman, S.Sos.IDirektur Utama DPU Daarut Tauhiid/Ketua Fozwil JabarOleh: TIDAK terasa delapan belas tahun sudah perjala-nan Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid (DT) dalam menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah. Berawal dari Lembaga Sosial DT, kemudian berubah menjadi Lazda (Lembaga Amil Zakat Daerah) Provinsi Jawa Barat, lalu meningkat menjadi Laznas (Lembaga Amil Zakat Nasional) hingga kini. DPU DT BERGANTI NAMA MENJADI DT PEDULIDari sisi kiprah program, banyak yang te-lah dilakukan. Program Pemberdayaan dan Kemanusiaan pun tidak hanya untuk Indonesia, tetapi hingga mancanegara. Namun, sebagai sebuah lembaga yang terus memperbaiki kualitasnya, DPU DT berusaha me-ningkatkan kepercayaan dari masyarakat. Langkah-langkah yang ditempuh juga sangat signifikan. Seperti melakukan audit dari sisi manajemen dan keuangan, evaluasi fundraising, konsultasi dengan konsultan DPU DT, hingga melakukan riset kepada donatur berkaitan dengan lembaga. Kami memberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauhmana masyarakat memahami dan memberikan penilaiannya untuk DPU Daarut Tauhiid. Nama lembaga juga disurvei, sejauhmana masyarakat mengingat nama DPU DT. Dari hasil survei ini, ternyata masyarakat kurang mudah me-nyebutkan nama“DPU DaarutTauhiid”. Setelah hasil survei didapat, DPU DT berkon-sultasi kembali dengan konsultan, Pembina (Aa Gym), dan Pengurus Yayasan DT, hingga diputuskan-lah penggantian nama menjadi Daarut Tauhiid (DT) Peduli pada 2018. Pergantian nama tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada mustahik, dona-tur, maupun kepada Sumber Daya Manusia (SDM) di internal DT Peduli. Semoga kian terjalin hubungan yang dekat pula dengan donatur dan mustahik. Se-bagaimana slogan baru kami “Kini Semakin Melay-ani dan Peduli”. 5kabarDPUMENJADI MANUSIA PEDULI SAAT BENCANABENCANA merupakan kejadian yang dapat mengubah kondisi seseorang dengan seketika. Dari yang semula mampu hingga menjadi tak punya apa apa. Jika kita cermati kondisi alam seperti yang sering diinfokan BMKG, maka kita harus selalu waspada.SodikinKepala Cabang DPU DT SoloOleh: mua itu membawa kebaikan.Bencana juga menjadi ladang amal bagi kita. Kita harus menjadi bagian orang yang peduli dan memperbanyak amal dengan menolong orang lain. Bencana juga handaknya membuat kita menjadi orang yang terus menyeru dalam kebaikan dan ke-sabaran. “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain”. Yang disebut “bermanfaat bagi orang lain” bukanlah sem-barang manfaat, melainkan kebaikan. Artinya, sebaik-baiknya manusia adalah yang melalui dirinya bisa memberikan inspirasi kebaikan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Dan sebaik-baiknya orang adalah orang yang mampu mengajak orang lain un-tuk menebarkan kebaikan kepada sesamanya.Semoga dengan bencana yang terjadi di negeri ini kita semakin siaga diri dan menjadi orang yang terpanggil untuk peduli. Wallahu’alam. Kita semua wajib siaga bencana. Siaga bencana juga bisa diartikan bahwa kita juga siaga peduli pada saudara kita yg terkena bencana.Mengutip yang disampaikan oleh KH. Abdullah Gymanstiar (Aa Gym), setidaknya ben-cana harus membawa kebaikan bagi kita. Sebab, se-mua kejadian telah tertulis di lauhul Mahfudz. Kini, tinggal bagaimana cara kita menyikapinya.Bencana yang terjadi di negeri ini hendaknya menjadikan iman kita bertambah, sebab semua kejadian tidak ada yang luput dari izin Allah dan se-6salamSESUNGGUHNYA tidak akan terjadi sesuatu kecuali dengan izin Allah SWT, baik berupa musibah maupun nikmat. Walaupun bergabung jin dan manusia seluruhnya untuk mencelakakan kita, demi Allah tidak akan jatuh sehelai rambut pun tanpa izin-Nya. Begitu pun sebaliknya, walaupun bergabung jin dan manusia menjanjikan akan menolong atau memberi sesuatu, tidak pernah akan datang satu sen pun tanpa izin-Nya. Di dalam menjalani kehidupan, kita ha-rus senantiasa mengembalikan segala urusan kepada Allah SWT. Mengapa? karena biang kesengsaraan dan biang menjauhnya pertolongan Allah SWT, yaitu saat kita mengandalkan dan berharap kepada selain Allah SWT. Ingatlah selalu, “Laa haula walaa quwwata ilaa billahil ‘aliyyil ‘azhiim”. Tiada daya dan upaya kecuali pertolongan Allah Yang Maha Agung. Kita sering mengira bahwa ujian hanyalah beru-pa kesulitan-kesulitan. Padahal, kesenangan yang diterima itu pun sebentuk ujian. Lalu, apa bedanya antara ujian, musibah, dan azab? Ujian secara bahasa berarti ikhtibar (penyelidik-an) dan intihan (percobaan), baik berupa kesulitan TUMBUHKAN RASA SIMPATI DAN EMPATImaupun kesenangan, kebaikan maupun keburu-kan. Tujuan Allah SWT memberikan ujian, ialah agar mengetahui siapa hamba-Nya yang bersyukur dan siapa yang bersabar. Sebagaimana firmannya dalam Surat Al-Anbiya [21] ayat ke-35: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebe-narnya, Dan hanya kepada kamilah kamu dikemba-likan.” Seseorang terkadang kuat dalam keimanan dan kesabaran saat dihadapkan dengan kesulitan. Na-mun tak jarang imannya hilang dan muncul kes-ombongan saat diberi kesenangan. Maka, ingatlah Allah dalam setiap keadaan agar selamat dunia akhirat. Selanjutnya ialah musibah. Bila ujian dapat 7fokus berupa kesulitan dan kesenangan, musibah biasa-nya sesuatu yang tidak disukai. Musibah secara ba-hasa, identik dengan teguran atau peringatan yang sudah menjadi ketentuan Allah, terjadi karena ke-salahan kita. Misalnya bencana alam, dan lain-lain. Lalu, bagaimana sikap kita dalam menghadapi musibah? yaitu segera memohon ampun kepada Allah SWT, bertekad memperbaiki diri, dan terus mendekat kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya. “Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Innna Lillahi wa inna ilaihi raaji’un’. Mereka itulah orang-orang yang mendapat pengampunan dan rahmat dari Rabb me-reka, dan mereka itulah orang-orang yang menda-patkan petunjuk,” (QS. al-Baqarah [2] : 155-157). Kemudian, Azab. Apa itu? Azab ialah sesuatu berupa kesusahan (bisa jadi bencana) yang ditim-pakan kepada orang-orang yang tidak berada di ja-lan Allah SWT. Sebagaimana yang terjadi di zaman Nabi Luth a.s, orang-orang yang tidak mau menu-ruti perintah Allah SWT dengan menjadi pelaku homo dan lesbian, mereka di azab dengan hujan batu. Allahu’alam. Sebagai orang yang beriman, hendaknya kita menyikapi segala yang terjadi dengan iman, ber-sabar, dan terus berbaik sangka kepada Allah SWT. Sebab apapun yang dihadirkan, semua adalah sa-rana pendewasan dan penyucia diri yang akan menjadikan kita manusia berkualitas. “Seandainya manusia mengetahui bahwa nikmat 8Allah yang ada dalam musibah itu tidak lain seperti halnya nikmat Allah yang ada dalam kesenangan, ni-scaya hati dan lisannya akan sibuk mensyukurinya.” (Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Syifaaul ‘Aliil) Mari Simpati, Bukan SelfiePeran media sosial pada abad ini berdampak positif maupun negatif. Positifnya, segala macam informasi dari berbagai negara bisa diakses dengan mudah, seperti informasi bencana yang menimpa, sehingga orang-orang tergerak segera menolong. Negatifnya, banyak orang yang berlebihan dan ku-rang santun dalam menggunakan gadget, untuk kemudian mengunggahnya ke media sosial. Simpati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah keikutsertaan merasakan perasaan se-nang, susah, sedih, yang diderita oleh orang lain. Terkait selfie, Badan SAR (Search and Rescue) Na-sional sudah melarangnya dan mengumukan mela-lui media cetak, online, maupun televisi. Mengapa larangan itu diberlakukan? Karena tentu akan memberikan kesan tidak baik, tidak menghargai warga yang sedang dilanda musibah. Jangan sampai, kejadian musibah yang menim-pa saudara setanah air, dijadikan wisata bencana bagi mereka yang doyan sekali selfie. Mari berani-kan diri untuk menegur dengan cara yang santun bila melihat hal itu terjadi. Empati dari HatiSetelah berusaha simpati dan tidak melakukan selfie di lokasi bencana, alangkah lebih baik kita me-lakukan sesuatu yang dapat meringankan beban mereka. Bisa dengan menghibur dan mengusap air mata mereka. Bisa dengan menggalang donasi dan menyalurkan bantuan untuk mereka, atau menya-lurkan bantuan sendiri, dan bila tak sempat dititip ke lembaga yang dinilai amanah. Langkah tersebut merupakan perwujudan dari rasa empati. Menurut KBBI, empati adalah kead-aan mental yang membuat seseorang merasa, atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain. Tentu dalam hal ini seolah merasakan perasaan korban “TIDAK ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. At-Taghaabun [64] : 11). bencana, dan berusaha memberi apa yang sekira-nya mereka butuhkan. Islam adalah agama yang Rahmatan Lil’alamiin. Segala hal yang diperintahkan dan dilarang dalam Islam adalah kebaikan bagi yang menjalankannya. Kebaikan itu juga seringkali berdampak pada ling-kungan sekitarnya. Menghadapi musibah yang menimpa diri mau-pun orang lain, Islam mengajarkan pemeluknya untuk simpati dengan ikut berduka, mendoakan, dan menguatkan yang terkena musibah dalam ke-sabaran, bahwa Allah tidak memberikan ujian yang menimpa melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam al-Quran: “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa se-seorang kecuali dengan izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi pe-tunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengeta-hui segala sesuatu (QS. At-Taghaabun [64] : 11). Kemudian, Islam juga mengajarkan untuk be-rempati dengan berusaha memberikan bantuan kepada mereka yang terkena bencana. Ya, mem-berikan bantuan tanpa terhalangi oleh batas-batas negara. Apalagi di zaman sekarang, sudah banyak lembaga sosial yang membantu menyalurkan ban-tuan ke mancanegara. Tinggal kita saja yang harus memaksimalkannya untuk membantu korban ben-cana, agar mendapat pahala kebaikan dari Allah SWT. Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasalam ber-sabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling menyantuni adalah bagaikan satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, niscaya seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari dan Mus-lim).Maka, marilah kita tumbuhkan rasa simpati dan empati terhadap saudara yang terkena musibah, karena inilah sikap seorang mukmin. Sikap yang Allah perintahkan dalam al-Quran, dan sikap yang Rasulullah saw ajarkan kepada kita selaku umatnya. (CristyAz-Zahra/Berbagai Sumber) Next >