< Previous 35312 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri Gambar 325. Theodolite Topcon 2. Statif Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran ketinggiannya. Statip saat didirikan harus rata karena jika tidak rata dapat mengakibatkan kesalahan saat pengukuran Gambar 326. Statif 3. Unting-unting Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan yang berbentuk kerucut dengan ujung bawah lancip dan di ujung atas digantungkan pada seutas tali. Unting-unting berguna untuk memproyeksikan suatu titik pada pita ukur di permukaan tanah atau sebaliknya. Gambar 327. Unting-unting 4. Patok Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk memberi tanda batas jalon, dimana titik setelah diukur dan akan diperlukan lagi pada waktu lain. Patok biasanya ditanam didalam tanah dan yang menonjol antara 5 cm-10 cm, dengan maksud agar tidak lepas dan tidak mudah dicabut. Patok terbuat dari dua macam bahan yaitu kayu dan besi atau beton. x Patok kayu Patok kayu yang terbuat dari kayu, berpenampang bujur sangkar dengan ukuran r 50 mm x 50 mm, dan bagian atasnya diberi cat. x Patok beton atau besi Patok yang terbuat dari beton atau besi biasanya merupakan patok tetap yang akan masih pada waktu lain. 35412 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri Gambar 328. Jalon di atas patok 5. Pita ukur (meteran) Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya r 4 cm, panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter. 6. Rambu Ukur Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya r 4 cm, panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter. Gambar 330. Rambu ukur 7. Payung Payung ini berfungsi sebagai pelindung dari panas dan hujan untuk alat ukur itu sendiri. Karena bila alat ukur sering kepanasan atau kehujanan, lambat laun alat tersebut pasti mudah rusak (seperti; jamuran, dll). Gambar 331. Payung 12.2.2 Bahan yang Digunakan : 1. Formulir ukur Formulir pengukuran digunakan untuk mencatat kondisi di lapangandan hasil perhitungan-perhitungan/ pengukuran di lapangan. (terlampir) Gambar 332. Formulir Ukur Gambar 329. Pita ukur 35512 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri 2. Peta wilayah studi Peta digunakan agar mengetahui di daerah mana akan melakukan pengukuran. 3. Cat dan kuas digunakan untuk menandai dimana kita mengukur dan dimana pula kita meletakan rambu ukur. Tanda ini tidak boleh hilang sebelum perhitungan selesai karena akan mempengaruhi perhitungan dalam pengukuran. 4. Alat tulis Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengkuran di lapangan. x Benang Benang berfungsi sebagai: a. menentukan garis lurus b. menentukan garis datar c. menentukan pasangan yang kurus d. mekuruskan plesteran e. menggantungkan unting-unting Gambar 334. Benang x Paku Paku terbuat dari baja (besi) dengan ukuran ± 10 mm. Digunakan sebagai tanda apabila cat mudah hilang dan patok kayu tidak dapat digunakan, dikarenakan rute (jalan) yang digunakan terbuat dari aspal. 12.2.3 Formulir Pengukuran Formulir pengukuran digunakan untuk mencatat kondisi di lapangan dan hasil perhitungan-perhitungan/ pengukuran di lapangan. (terlampir) 12.2.4 Prosedur pengukuran : Pengukuran metode tachymetri menggunakan alat theodolite, baik yang bekerja secara optis maupun elektronis digital yang sering dinamakan dengan Total Station. Alat theodolite didirikan di atas patok yang telah diketahui koordinat dan ketinggiannya hasil pengukuran kerangka dasar. Patok tersebut mewakili titik-titik ikat pengukuran. Rambu ukur atau target diletakkan di atas titik-titik detail yang akan disajikan di atas Gambar 333. Cat dan Kuas 35612 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri peta. Titik-titik detail dapat berupa unsur alam atau unsur buatan manusia. Unsur alam misalnya adalah perubahan slope (kemiringan) tanah yang dijadikan titik-titik tinggi (spot heights) sebagai acuan untuk penarikan dan interpolasi garis kontur. Unsur buatan manusia misalnya adalah pojok-pojok bangunan. a. Urutan pengaturan serta pemakaian : 1. Dengan menggunakan patok-patok yang telah ada yang digunakan pada pengukuran sipat datar dan pengukuran poligon, dirikan alat theodolite pada titik (patok) sebagai titik ikat pada awal pengukuran (patok pertama). 2. Ketengahkan gelembung nivo dengan prinsip pergerakan 2 sekrup kaki kiap ke dalam dan keluar saja dan satu sekrup kaki kiap ke kanan atau ke kiri saja. 3. Pada posisi teropong biasa diarahkan teropong titik detail satu yang telah didirikan rambu ukur di atas target tersebut, kemudian baca benang atas, benang tengah, dan benang bawah dari rambu ukur pada titik detail satu dengan bantuan sekrup kasar dan halus pergerakan vertikal. 4. Bacalah sudut horizontal yang menunjukan azimuth magnetis dari titik detail satu dan baca pula sudut vertikal berupa sudut miring atau sudut zenith pada titik detail tersebut. Jika sudut vertikal yang dibaca relatif kecil antara 0o – 5o maka dapat dipastikan sudut tersebut adalah sudut inklinasi (miring) dan jika berada di sekitar sudut 90o maka dapat dipastikan sudut tersebut adalah sudut zenith. Setelah terbaca semua data tersebut kemudian kita pindahkan rambu ukur ke titik detail berikutnya dan lakukan hal yang sama seperti diatas. Dalam membuat titik detail buatlah sebanyak-banyaknya sedemikian rupa sehingga informasi dari lapangan baik planimetris maupun ketinggian dapat disajikan secara lengkap di atas peta. 5. Pindahkan alat theodolite ke titik ikat berikutnya, selanjutnya lakukan pengukuran tachymetri ke titik-titik detail lainnya. 6. Selanjutnya pengolahan data tachymetri dipindahkan dengan pengolahan data pengukuran sipat datar dan pengukuran polygon sedemikian rupa sehingga diperoleh koordinat dan tinggi titik-titik detail. 7. Pengukuran tachymetri selesai. Hasil yang diperoleh dari prakek pengukuran tachymetri di lapangan adalah koordinat planimetris X,Y, dan ketinggian Z titik-titik detail yang 35712 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri diukur sebagai situasi daerah pengukuran untuk keperluan penggambaran titik detail dan garis-garis kontur dalam pemetaan. b. Pembacaan sudut mendatar : 1. Terlebih dahulu kunci boussole atau pengencang magnet kita lepaskan, kemudian akan terlihat skala pembacaan bergerak; sementara bergerak kita tunggu sampai skala pembacaan diam, kemudian kita kunci lagi. 2. pembacaan bersifat koinsidensi dengan mempergunkan tromol mikrometer. c. Keterangan: 1. Pada pembacaan sudut miring perlu diperhatikan tanda positif atau negatif, sebab tidak setiap angka mempunyai tanda positif atau negatif. 2. Pada pembacaan sudut miring di dekat 0o (0gr) perlu diperhatikan tanda positif atau negatif, sebab tandanya tidak terlihat, sehingga meragukan sipembaca. 3. Perlu diperhatikan sistim pembacaan dari pos alat ukur tanah tersebut: Sistim centisimal (grade). Sistim sexagesimal (derajat). 4. Perlu diperhatikan, bahwa pembacaan skala tromol untuk pembacaan satuan menit atau satuan centigrade per kolom, atau ada yang mempunyai harga 2 menit (2c) per kolom. 5. Sistim pembacaan lingkaran vertikal ada 2 macam yaitu: Sistim sudut zenith. Sistim sudut miring. 6. Sudut miring yang harganya negatif, pembacaan dilakukan dari kanan ke kiri, sedangkan untuk harga positif pembacaan dari kiri ke kanan. 7. Perlu diyakinkan harga sudut miring positif atau negatif. d. Pembacaan Rambu 1. Untuk pembacaan jarak, benang atas kita tempatkan di 1 m atau 2 m pada satuan meter dari rambu. Kemudian baca benang bawah dan tengah. 2. Untuk pembacaan sudut miring, arahkan benang tengah dari teropong ke tinggi alatnya, sebelum pembacaan dilakukan, gelembung nivo vertikal harus diketengahkan dahulu. (Tinggi alat harus diukur dan dicatat). 35812 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri O'OBTi12.2.5 Penurunan Rumus Titik Detail Tachymetri Secara umum rumus yang digunakan dalam tachymetri adalah sebagai berikut : 1. BTBABTBACOSiBTBA ''BTBACOSiBTBA ')( BTCOSiBTBABA )(' 2. BBBTBBBTCOSiBBBT '' ')(BBBTCOSiBBBT COSiBBBTBTBB )(' 3. BA’ = (BA – BT) . COS i + BT BB’ = BT – (BT – BB) . COS i (BA’ –BB’) = (BA – BT+ BT– BB) . COSi = (BA – BB) . COS i 4. dAbx = dAB . COS i . 100 dAbx = (BA – BB) . COS i . COS i . 100 dABx = (BA – BB) . COS2 i . 100 5. dABx = dAB . COS i . 100 dABx = (BA – BB) . COS i . COS i . 100 dABx = (BA – BB) . COS2 i . 100 6. Catatan : XA dan YA = Hasil pengolahan data polygon. dABx = Hasil pengolahan data tachymetry. DAB = Hasil pembacaan sudut horizontal (azimuth) theodolitee Gambar 335. Segitiga O BT O’ 7. SinidBTOdBTOSiniABAB '' 8. 'HAB = Tinggi alat + O’BT – BT 'HAB = Tinggi alat + dAB . Sin i – BT o Tinggi alat +(BA – BB) . Cos i . Sin i . 100– BT 'HAB = Tinggi alat + (BA – BB) . Sin 2i . ½ i 100 – BT 'HAB = Tinggi alat + (BA- BB) i Sin 2i i 50 – BT Jadi : TB = Tinggi alat + 'HAB Catatan : Tinggi alat = Hasil pengolahan data sipat datar 'HAB = Hasil pengolahan data Tachymetri 35912 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri dABTaOBABTBBZiiZZ?HABO'ZiTitik NadirdABXAB112. 3. Pengolahan Data Pengukuran Tachymetri Data yang diambil dari lapangan semakin banyak semakin baik. Data yang diperoleh di tempat alat berdiri meliputi azimuth magnetis, sudut vertikal inklinasi (miring) atau zenith dan tinggi alat. Data yang diperoleh dari tempat berdiri rambu atau target adalah bacaan benang diafragma (benang atas, benang tengah, dan benang bawah) atau jarak langsung. Pada alat theodolite dengan fasilitas total station koordinat dan ketinggian tinggi titik-titik detail dapat langsung diperoleh dan direkam ke dalam memori penyimpanan. Data yang diperoleh dari lapangan harus diolah untuk menghilangkan kesalahan sistematis dan acak yang terjadi serta membuang kesalahan besar yang mungkin timbul. Pengolahan data sipat datar kerangka dasar vertical dan polygon kerangka dasar horizontal dapat diolah secara manual dengan bantuan mesin hitung atau secara tabelaris menggunakan bantuan computer. Gambar 336. Pengukuran titik detail tachymetri 36012 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri 12. 4. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri Sebelum hasil praktek pengukuran digunakan untuk keperluan pembuatan peta (penggambaran) maka data dari lapangan diolah terlebih dahulu. Dari hasil pengukuran Tachymetri diperoleh data mentah yang harus diolah sesuai dengan metoda pengukuran yang dilakukan. Data yang telah diolah kemudian disajikan di atas kertas (2 dimensi) dalam bentuk peta yang disebut sebagai pekerjaan pemetaan yang menghasilkan informasi spasial (keruangan) berupa peta. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri hampir sama dengan penggambaran pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal dan penggambaran pengukuran poligon kerangka dasar horizontal. Informasi yang diperoleh dari pengolahan data sipat datar kerangka dasar vertical adalah tinggi definitif titik-titik ikat, sedangkan informasi yang diperoleh dari pengolahan data kerangka dasar horizontal adalah koordinat titik-titik ikat. Titik awal dan akhir pengukuran juga diberikan sebagai kontrol vertikal dan horizontal. Titik kontrol vertikal dan horizontal dapat diperoleh dengan cara: a. Penentuan benchmark yang ada dari lapangan hasil pengukuran sebelumnya. b. Hasil pengamatan diatas peta, untuk koordinat dari hasil interpolasi grid-grid peta. Sedangkan untuk tinggi definitif diperoleh dari hasil interpolasi garis-garis kontur yang ada diatas peta. Koordinat definitif kemudian dibuat gambarnya baik secara manual maupun digital menggunakan komputer sehingga dapat diperoleh informasi luas wilayah pengukuran. Tinggi titik-titik ikat digambar pada arah memanjang sehingga dapat diperoleh turun naiknya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran. 36112 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri Gambar 337.Theodolitee O BT O’ 36212 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri Garis KonturLEGENDAJalanRute PengukuranPohonTiang ListrikTitik DetailPohonGedung PKMSITE PLAN PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL TACHYMETRISKALA 1 : 100MATA PELAJARANINSTITUSIDI GAMBARJUDUL GAMBARCATATANDIPERIKSA Gambar 338. siteplan pengukuran titik-titik detail Tachymetri Next >