< Previous 34312 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri yang baik menggunakan prinsip timbal balik yaitu, membaca sudut–sudut vertikal dengan kedudukan teropong biasa dan luar biasa. Pembacaan langsung pada rambu dengan garis bidik horizontal (seperti pada sipat datar), bukan sudut vertikal, dikerjakan bila keadaan memungkinkan untuk menyederhanakan reduksi catatan-catatan. Tinjauan pada suatu tabel menunjukkan bahwa untuk sudut-sudut vertikal di bawah kira-kira 4q, selisih antara jarak mirng dan jarak horizontal dapat diabaikan kecuali pada bidikan jauh (dimana galat pembacaan jarak juga lebih besar). Dengan demikian teropong boleh miring beberapa derajat untuk pembacaan jarak optis setelah membuat bidikan depan yang datar untuk memperoleh sudut vertikal. 12.1.5 Rambu tachymetri Berbagai jenis tanda dipakai pada rambu tachymetri tetapi semua mempunyai bentuk-bentuk geometrik yang menyolok dirancang agar jelas pada jarak jauh. Kebanyakan rambu tachymetri telah dibagi menjadi feet dan persepuluhan (perseratusan diperoleh dengan interpolasi), tetapi pembagian skala sistem metrik sedang menjadi makin umum. Warna-warna berbeda membantu membedakan angka-angka dan pembagian skala. Rambu-rambu tachymetri biasa berbentuk satu batang, lipatan atau potongan-potongan dengan panjang 10 atau 12 ft. kalau dibuat lebih panjang dapat meningkatkan jarak bidik tetapi makin berat dan sulit ditangani. Seringkali bagian bawah satu atau dua dari rambu 12 ft akan terhalang oleh rumput atau semak, tinggal sepanjang hanya 10 ft yang kelihatan. Panjang bidikan maksimum dengan demikian adalah kira-kira 1000 ft. Pada bidikan yang lebih jauh, setengah interval (perpotongan antara benang tengan dengan benang stadia atas atau bawah) dapat dibaca dan dilipatgandakan untuk dipakai dalam persamaan reduksi tachymetri yang baku. Bila ada benang perempatan antara benang tengah dengan benang stadia atas, secara teoritis dapat ditaksir jarak sejauh hampir 4000 ft. Pada bidikan pendek, mungkin sampai 200 ft, rambu sipat datar biasa seperti jenis philania sudah cukup memuaskan. 12.1.6 Busur Beaman Busur beaman adalah sebuah alat yang ditempatkan pada beberapa transit dan alidade untuk memudahkan hitungan-hitungan tachymetri. Alat ini dapat merupakan bagian dari lingkaran vertikal atau sebuah piringan tersendiri. Skala-skala H dan V busur itu dibagi dalam persen. Skala V menunjukkan selisih elevasi tiap 100 f jarak lereng, sedangakn skala H 34412 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri memberikan koreksi tiap 100 ft untuk dikurangkan dari jarak tachymetri. Karena V berbanding lurus dengan ½ sin 2D dan koreksi untuk H tergantung pada sin2 D, selang-selang pembagian skala makin rapat bila sudut vertikal meningkat. Oleh karena itu nonius tidak dapat dipakai disini, dan pembacaan tepat hanya dapat dilakukan dengan memasang busur pada pembacaan angka bulat. Penunjuk skala V (indeks) terpasang agar terbaca 50 (mungkin 30 atau 100 pada beberapa instrumen) bila teropong horizontal untuk menghindari harga-harga minus. Pembacaan lebih besar dari pada 50 diperoleh untuk bidikan-bidikan di atas horizon, lebih kecil dari 50 di bawahnya. Ilmu hitung yang diperlukan dalam pemakaian busur beaman disederhanakan dengan memasang skala V pada sebuah angka bulat dan membiarkan benang silang tengah terletak di tempat dekat t.i. Skala H Kemudian umumnya tak akan terbaca pada angka bulat dan harga-harganya harus diinterpolasi. Ini penting karena hitungannya tetap sederhana. Elevasi sebuah titik B yang dibidik dengan transit terpasang di titik A didapat dengan rumus : Elev B = elev A + t.i. + (pembacaan busur – 50) ( perpotongan rambu) – pembacaan rambu dengan benang tengah Instrumen-instrumen lain mempunyai busur serupa disebut lingkaran stadia dengan skala V yang sama, tetapi skala H tidak memberikan koreksi presentase melainkan sebuah pengali (multiplier) 12.1.7 Tachymetri swa-reduksi Tachymetri swa-reduksi dan alidade telah dikembangkan dimana garis-garis lengkung stadia nampak bergerak memisah atau saling mendekat sewaktu teropong diberi elevasi atau junam. Sebenarnya garis-garis itu digoreskan pada sebuah piringan kaca yang berputar mengelilingi sebuah rambu (terletak di luar teropong) sewaktu teropong dibidikkan ke sasaran. Pada gambar dibawah garis-garis atas dan bawah (dua garis luar) melengkung untuk menyesuaikan dengan keragaman dalam fungsi trigonometri cos2D dan dipakai untuk pengukuran jarak. Dua garis dalam menentukan selisih elevasi dan melengkung untuk menggambarkan fungsi sin D cos D. Sebuah garis vertikal, tanda silang tengah, dan garis-garis stadia pendek merupakan tanda pada piringan gelas kedua yang terpasang tetap, terumpun serentak dengan garis-garis lengkung. Sebuah tetapan faktor pengali 100 dipakai untuk jarak horizontal. Faktor 20, 50, atau 100 diterapkan pada pengukuran beda tinggi. Harganya tergantung pada sudut 34512 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri lereng dan ditunjukkan oleh garis-garis pendek ditempatkan antara kurva-kurva elevasi. Tachymetri diagram lainnya pada dasarnya bekerja atas bekerja atas prinsip yang sama: Sudut vertikal secara otomatis dipampas oleh pisahan garis stadia yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis horizontal tetap pada sebuah diafragma dan garis horizontal lainnya pada diafragma kedua yang dapat bergerak, yang bekerja atas dasar perubahan sudut vertikal. Kebanyakan alidade planset memakai suatu jenis prosedur reduksi tachymetri. Sebuah rambu topo khusus yang berkaki dapat dipanjangkan dengan angka nol terpasang pada t.i. biasanya dianjurkan untuk dipakai agar instrumen tachymetri sepenuhnya swa-baca. 12.1.8 Prosedur Lapangan Prosedur yang benar menghemat waktu dan mengurangi sejumlah kesalahan dalam semua pekerjaan ukur tanah. Prosedur ini menyebabkan pemegang instrumen dapat membuat sibuk sekaligus dua atau tiga petugas rambu di tanah terbuka di mana titik-titik yang akan ditetapkan lokasinya terpisah jauh. Urutan yang sama dapat dipakai bila menggunakan busur Beaman, tetapi pada langkah 4 skala V ditepatkan pada sebuah angka bulat, dan pada langkah 7 pembacaan-pembacaan skala-H dan skala-V dicatat. Sewaktu membaca jarak optis setelah benang bawah ditempatkan pada sebuah tanda foot bulat, benang tengah tidak tepat pada t.i. atau pembagian skala terbaca untuk sudut vertikal. Ini biasanya tidak menyebabkan galat yang berarti dalam proses reduksi kecuali pada bidikan-bidikan panjang dan sudut-sudut vertikal curam. Bila rambu tidak tegak lurus tentu saja akan menyebabkan galat-galat yang berarti dan untuk mengatasi masalah ini dipakai nivo rambu. Urutan pembacaan yang paling sesuai untuk pekerjaan tachymetri yang melibatkan sudut vertikal adalah sebagai berikut : a. Bagi dua rambu dengan benang vertikal. b. Dengan benang tengah kira-kira t.i. letakkan benang bawah pada tanda sebuah foot bulat, atau desimeter pada rambu metrik. c. Baca benang atas, dan di luar kepala kurangkan pembacaan benang bawah untuk memperoleh perpotongan rambu, catat perpotongan rambu. d. Gerakan benang tengah ke t.i. dengan memakai sekrup penggerak halus vertikal. e. Perintahkan pemegang rambu untuk pindah titik ke berikutnya dengan tenggara yang benar. 34612 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri f. Baca dan catatlah sudut horizontalnya. Baca dan catatlah sudut vertikalnya. 12.1.9 Poligon Tachymetri Dalam poligon transit-optis, jarak, sudut horizontal dan sudut vertikal diukur pada setiap titik. Reduksi catatan sewaktu pengukuran berjalan menghasilkan elevasi untuk dibawa dari patok ke patok. Harga jarak optis rata-rata dan selisih elevasi diperoleh dari bidikan depan dan belakang pada tiap garis. Pengecekan elevasi harus diadakan dengan jalan kembali ke titik awal atau tititk tetap duga didekatnya untuk poligon terbuka. Walaupun tidak seteliti poligon dengan pita, sebuah regu yang terdiri atas tiga anggota seorang pemegang instrumen, pencatat, dan petugas rambu- merupakan kebiasaan. Seorang petugas rambu dapat mempercepat pekerjaan bila banyak detail tersebar luas. Sudut-sudut horizontal juga harus dicek kesalahan penutupnya. Bila ada kesalahan penutup sudut harus diratakan, 'Y dan 'X dihitung dan keseksamaan poligon dicek. 12.1.10 Topografi Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset. Di wilayah-wilayah perkotaan, pembacaan sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih cepat daripada pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa oleh pencatat. 12.1.11 Sipat Datar Tachymetri Metode tachymetri dapat dipakai untuk sipat datar trigonometris. TI ( tinggi instrumen di atas datum) ditentukan dengan membidik pada stasiun yang diketahui elevasinya, atau dengan memasang instrumen pada titik semacam itu dan mengukur tinggi sumbu II di atasnya dengan rambu tachymetri. Selanjutnya elevasi titik sembarang dapat dicari dengan hitungan dari perpotongan rambu dan sudut vertikal. Jika dikehendaki dapat dilakukan untai sipat datar untuk menetapkan dan mengecek elevasi dua titik atau lebih. 12.1.12 Kesaksamaan (Precision) Sebuah perbandingan galat (ratio or error) 1/300 sampai 1/500 dapat diperoleh untuk poligon transit-optis yang dilaksanakan dengan kecermatan biasa dan pembacaan baik bidikan depan dan bidikan belakang. Ketelitian dapat lebih baik jika bidikan-bidikan pendek pada poligon panjang dengan prosedur-prosedur khusus. Galat-galat dalam pekerjaan tachymetri biasanya bukan karena sudut-sudut tidak benar tetapi karena pembacaan rambu yang kurang benar. Galat 1 menit pada pembacaan rambu sebuah sudut vertikal tidak memberikan pengaruh yang berarti pada jarak horizontal. Galat 1 menit tadi 34712 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri menyebabkan selisih elevasi kurang dari 0,1 ft pada bidikan 300 ft untuk sudut-sudut vertikal ukuran biasa. Bila jarak optis ditentukan sampai foot terdekat (kasus umum), sudut-sudut horizontal ke titik-titik topografi hanya perlu dibaca sampai batas 5 atau 6 menit untuk memperoleh kesaksamaan yang sebanding pada bidikan 300 ft. Jarak optis yang diberikan sampai foot terdekat dianggap benar sampai batas kira-kira ½ ft. Dengan galat jarak memanjang ½ ft itu, arahnya dapat menyimpang sebesar 5 menit (mudah dihitung dengan 1 menit = 0.00029). Bila dipakai transit Amerika, karenanya sudut-sudut dapat dibaca tanpa nonius, hanya dengan mengira kedudukan penunjuk nonius. Ketelitian sipat datar trigonometris dengan jarak optis tergantung pada panjang bidikan dan ukuran sudut vertiak yang diperlukan. 12.1.13 Sumber-sumber galat dalam pekerjaan tachymetri Galat-galat yang terjadi pada pekerjaan dengan transit dan theodolitee, juga terjadi pada pekerjaan tachymetri. Sumber-sumber galat adalah : a. Galat-galat instrumental x Benang tachymetri yang jaraknya tidak benar. x Galat indeks. x Pembagian skala rambu yang tidak benar. x Garis bidik transit tidak sejajar garis arah nivo teropong. b. Galat-galat pribadi x Rambu tak dipegang tegak (hindari dengan pemakaian nivo rambu). x Salah pembacaan rambu karena bidikan jauh. x Kelalaian mendatarkan untuk pembacaan busur vertikal. Kebanyakan galat dalam pekerjaan tachymetri dapat dihilangkan dengan: a. Menggunakan instrumen dengan benar b. Membatasi panjang bidikan c. Memakai rambu dan nivo yang baik d. Mengambil harga rata-rata pembacaan dalam arah ke depan dan ke belakang. Galat garis bidik tidak dapat dibetulkan dengan prosedur lapangan instrumen harus diatur. 12.1.14 Kesalahan – kesalahan besar Beberapa kesalahan yang biasa terjadi dalam pekerjaan tachymetri adalah : a. Galat indeks diterapkan dengan tanda yang salah. b. Kekacauan tanda plus dan minus pada sudut-sudut vertikal. c. Kesalahan aritmetik dalam menghitung perpotongan rambu. d. Pemakaian faktor pengali yang tidak benar. e. Mengayunkan rambu (rambu harus selalu dipegang tegak lurus). 34812 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri 12.1.15 Pengukuran untuk pembuatan peta topografi cara tachymetri Salah satu unsur penting pada peta topografi adalah unsur ketinggian yang biasanya disajikan dalam bentuk garis kontur. Menggunakan pengukuran cara tachymetry, selain diperoleh unsur jarak, juga diperoleh beda tinggi. Bila theodolite yang digunakan untuk pengukuran cara tachymetry juga dilengkapi dengan kompas, maka sekaligus bisa dilakukan pengukuran untuk pengukuran detil topografi dan pengukuran untuk pembuatan kerangka peta pembantu pada pengukuran dengan kawasan yang luas secara efektif dan efisien. a. Alat ukur yang digunakan pada pengukuran untuk pembuatan peta topografi cara tachimetry menggunakan theodolite berkompas adalah: theodolite berkompas lengkap dengan statif dan unting-unting, rambu ukur yang dilengkapi dengan nivo kotak dan pita ukur untuk mengukur tinggi alat. b. Data yang harus diamati dari tempat berdiri alat ke titik bidik menggunakan peralatan ini meliputi: azimuth magnet, benang atas, tengah dan bawah pada rambu yang berdiri di atas titik bidik, sudut miring, dan tinggi alat ukur di atas titik tempat berdiri alat. c. Keseluruhan data ini dicatat dalam satu buku ukur. 12.1.16 Tata cara pengukuran detail cara tachymetri menggunakan theodolite berkompas Pengukuran detil cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring m. a. Tempatkan alat ukur di atas titik kerangka dasar atau titik kerangka penolong dan atur sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini. b. Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakkan rambu dengan bantuan nivo kotak. c. Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga bayangan tegak garis diafragma berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan kunci gerakan mendatar teropong. d. Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak bebas. Setelah jarum setimbang tidak bergerak, baca dan catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik bidik. 34912 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri e. Kencangkan kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca bacaan benang tengah, atas dan bawah serta catat dalam buku ukur. Bila memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan beda tinggi antara titik kerangka tempat berdiri alat dan titik detil yang dibidik. f. Titik detil yang harus diukur meliputi semua titik alam maupun buatan manusia yang mempengaruhi bentuk topografi peta daerah pengukuran. 12.1.17 Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan theodolite berkompas Kesalahan alat, misalnya: 1. Jarum kompas tidak benar-benar lurus 2. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi). 3. Garis skala 0° - 180° atau 180° - 0° tidak sejajar garis bidik. 4. Letak teropong eksentris. 5. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar. a. Kesalahan pengukur, misalnya: 1. Pengaturan alat tidak sempurna (temporary adjustment). 2. Salah taksir dalam pemacaan 3. Salah catat, dll. nya. b. Kesalahan akibat faktor alam, misalnya: 1. Deklinasi magnet. 2. Refraksi lokal. 12.1.18 Pengukuran Tachymetri Untuk Pembuatan Peta Topografi Cara Polar. Posisi horizontal dan vertikal titik detil diperoleh dari pengukuran cara polar langsung diikatkan ke titik kerangka dasar pemetaan atau titik (kerangka) penolong yang juga diikatkan langsung dengan cara polar ke titik kerangka dasar pemetaan. Unsur yang diukur: a. Azimuth magnetis titik ikat ke titik detail b. Bacaan benang atas, tengah, dan bawah c. Sudut miring, dan d. Tinggi alat di atas titik ikat. 35012 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri b. A dan B adalah titik kerangka dasar pemetaan, H adalah titik penolong, 1, 2 ... adalah titik detil, Um adalah arah utara magnet di tempat pengukuran. Berdasar skema pada gambar, maka: a. Titik 1 dan 2 diukur dan diikatkan langsung dari titik kerangka dasar A, b. Titik H, diukur dan diikatkan langsung dari titik kerangka dasar B, c. Titik 3 dan 4 diukur dan diikatkan langsung dari titik penolong H. 12.1.19 Pengukuran tachymetri untuk pembuatan peta topografi cara poligon kompas. Gambar 324. Tripod pengukuran vertikal Gambar 323. Pengukuran sipat datar luas 35112 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri 12. 2 Peralatan, bahan dan prosedur pengukuran titik titik detail metode tachymetri Letak titik kerangka dasar pemetaan berjauhan, sehingga diperlukan titik penolong yang banyak. Titik-titik penolong ini diukur dengan cara poligon kompas yang titik awal dan titik akhirnya adalah titik kerangka dasar pemetaan. Unsur jarak dan beda tinggi titik-titik penolong ini diukur dengan menggunakan cara tachymetri. Posisi horizontal dan vertikal titik detil diukur dengan cara polar dari titik-titik penolong. Berdasarkan skema pada gambar, maka: a. Titik K1, K3, K5, K2, K4 dan K6 adalah titik-titik kerangka dasar pemetaan, b. Titik H1, H2, H3, H4 dan H5 adalah titik-titik penolong c. Titik a, b, c, ... adalah titik detil. Pengukuran poligon kompas K3, H1, H2, H3, H4 , H5, K4 dilakukan untuk memperoleh posisi horizontal dan vertikal titik-titik penolong, sehingga ada dua hitungan: a. Hitungan poligon dan b. Hitungan beda tinggi. 12.1.20 Tata cara pengukuran poligon kompas: a. Pengukuran koreksi Boussole di titik K3 dan K4, b. Pengukuran cara melompat (spring station) K3, H2, H4dan K4. c. Pada setiap titik pengukuran dilakukan pengukuran: 1. Azimuth, 2. Bacaan benang tengah, atas dan bawah, 3. Sudut miring, dan 4. Tinggi alat. 12.1.21 Tata cara hitungan dan penggambaran poligon kompas: a. Hitung koreksi Boussole di K3 = AzG. K31 - AzM K31 b. Hitung koreksi Boussole di K4 = AzG. K42 - AzM K42 c. Koreksi Boussole C = Rerata koreksi boussole di K3 dan K4 d. Hitung jarak dan azimuth geografis setiap sisi poligon. e. Hitung koordinat H1, ... H5 dengan cara BOWDITH atau TRANSIT. f. Plot poligon berdasarkan koordinat definitif. 12.2.1 Peralatan yang dibutuhkan : 1. Pesawat Theodolite Alat pengukur Theodolitee dapat mengukur sudut-sudut yang mendatar dan tegak. Alat pengukur sudut theodolitee dibagi dalam 3 bagian yaitu : a. Bagian bawah, terdiri atas tiga sekrup penyetel SK yang 35212 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri menyangga suatu tabung dan pelat yang berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat skala lms yang dinamakan limbus. b. Bagian tengah, terdiri atas suatu sumbu yang dimasukkan kedalam tabung bagian bawah. Sumbu ini sumbu tegak atau sumbu kesatu S1. Diatas sumbu S1 diletakkan lagi suatu pelat yang berbentuk lingkaran dan mempunyai jari-jari kurang dari jari-jari pelat bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran di buat pembaca nomor yang berbentuk alat pembaca nonius. Diatas nonius ini ditempatkan dua kaki yang penyangga sumbu mendatar. Suatu nivo diletakkan di atas pelat nonius untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. c. Bagian atas, terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyangga sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua ditempatkan suatu teropong tp yang mempunyai difragma dan dengan demikian mempunyi garis bidik gb. Pada sumbu kedua diletakkan pelat yang berbentuk lingkaran dilengkapi dengan skala lingkaran tegak ini ditempatkkan dua nonius pada kaki penyangga sumbu kedua. Jika dilihat dari cara pengukuran dan konstruksinya, bentuk alat ukur Theodolitee di bagi dalam dua jenis, yaitu a. Theodolitee reiterasi, yaitu jenis theodolitee yang pelat lingkaran skala mendatar dijadikan satu dengan tabung yang letaknya diatas tiga sekerup. Pelat nonius dan pelat skala mendatar dapat diletakkan menjadi satu dengan sekerup kl, sedangkan pergeseran kecil dari nonius terhadap skala lingkaran, dapat digunakan sekerup fl. Dua sekerup kl dan fl merupakan satu pasang ; sekerup fl dapat menggerakkan pelat nonius bila sekerup kl telah dikeraskan. b. Theodolitee repetisi, yaitu jenis theodolitee yang pelatnya dengan skala lingkaran mendatar ditempatkan sedemikian rupa sehingga pelat dapat berputar sendiri dengan tabung pada sekerup penyetel sebagai sumbu putar. Perbedaan jenis repetisi dengan reiterasi adalah jenis repetisi memiliki sekerup k2 dan f2 yang berguna pada penukuran sudut mendatar dengan cara repetisi. 3 Selain menggunakan Theodolite, pengukuran titik-titik detail metode tachymetri dapat menggunakan Topcond Next >