< Previous TEKNOLOGI LAS KAPAL 440 11. Apa tujuan diadakan akurasi dalam proses produksi? a. Supaya tidak terjadi penyimpangan berikutnya b. Mengurangi biaya produksi c. Pekerjaan cepat selesai d. Mempermudah pekerjaan e. Supaya tidak terjadi deformasi 12. Untuk melaksanakan proses pelurusan plat (deformasi) diperlukan media pendukung antara lain : a. Solar d. Air dan udara b. Oli e. Air dicampur kimia c. Minyak tanah 13. Untuk melaksanakan proses pelurusan plat (deformasi) diperlukan media pendukung antara lain : a. Solar d. Air dan udara b. Oli e. Air dicampur kimia c. Minyak tanah II. Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar ! 1. Sebutkan kerusakan – kerusakan yang timbul akibat proses pengelasan yang salah ! 2. Jelaskan perbedaan proses pembangunan sistim seksi dengan proses pembangunan sistim blok ! 3. Jelaskan alur proses pembangunan kapal ! 4. Sebutkan data – data yang harus dicantumkan pada Welding Detail dan Welding Procedure ! 5. Sebutkan 2 (dua) methode pelurusan akibat deformasi dan jelaskan ! 6. Jelaskan penggunaan pelat dan profil – profil untuk kapal ! TEKNOLOGI LAS KAPAL 441 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN HASIL LAS V.1 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN V.1.1 Pengujian dan Pemeriksaan Daerah Las Hasil pengelasan pada umumnya sangat bergantung pada keterampilan juru las. Kerusakan hasil las baik di permukaan maupun di bagian dalam sulit dideteksi dengan metode pengujian sederhana. Selain itu karena struktur yang dilas merupakan bagian integral dari seluruh badan material las maka retakan yang timbul akan menyebar luas dengan cepat bahkan mungkin bisa menyebabkan kecelakaan yang serius. Untuk mencegah kecelakaan tersebut pengujian dan pemeriksaan daerah-daerah las sangatlah penting. Tujuan dilakukannya pengujian adalah untuk menentukan kualitas produk-produk atau spesimen-spesimen tertentu, sedangkan tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan apakah hasil pengujian itu relatif dapat diterima menurut standar-standar kualitas tertentu atau tidak dengan kata lain tujuan pengujian dan pemeriksaan adalah untuk menjamin kualitas dan memberikan kepercayaan terhadap konstruksi yang dilas. Untuk program pengendalian prosedur pengelasan, pengujian dan pemeriksaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sesuai dengan pengujian dan pemeriksaan dilakukan yaitu sebelum, selama atau setelah pengelasan. Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengelasan meliputi: pemeriksaan peralatan las, material pengelasan yang akan digunakan; pengujian verifikasi prosedur pengelasan yang harus sesuai dengan prosedur pengelasan yang memadai; dan pengujian kualifikasi juru las sesuai dengan ketrampilan juru las. Pemeriksaan untuk verifikasi pemenuhan standar pengelasan meliputi pemeriksaan kemiringan baja yang dilas, dan pemeriksaan galur-galur las pada setiap sambungan. Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan selama proses pengelasan meliputi: pemeriksaan tingkat kekeringan dan kondisi penyimpanan elektrode pengelasan; pemeriksaan las ikat; pemeriksaan kondisi-kondisi pengelasan terpending (arus listrik, tegangan listrik, kecepatan proses pengelasan, urutan proses pengelasan, dsb.); pemeriksaan kondisi-kondisi sebelum dilakukan pemanasan; dan pemeriksaan status sumbing-belakang. TEKNOLOGI LAS KAPAL Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan setelah proses pengelasan meliputi: pemeriksaan temperatur pemanasan dan tingkat pendinginan sesudah proses pemanasan dan pelurusan; pemeriksaan visual pada ketelitian ukuran; dan pemeriksaan pada bagian dalam dan permukaan hasil las yang rusak. V.1.2 Klasifikasi Metode Pengujian Daerah Las Seperti tampak pada Tabel V.1, metode pengujian daerah las secara kasar dapat diklasifikasikan menjadi pengujian merusak / destruktif (DT) dan pengujian tidak merusak / non-destruktif (NDT). Dalam pengujian destruktif, sebuah spesimen atau batang uji dipotongkan dari daerah las atau sebuah model berukuran penuh dari daerah las yang diuji dilakukan perubahan bentuk dengan dirusak untuk menguji sifat-sifat mekanik dan penampilan daerah las tersebut. Dalam pengujian non-destruktif, hasil pengelasan diuji tanpa perusakan untuk mendeteksi kerusakan hasil las dan cacat dalam. Tabel V.2 merangkum manfaat-manfaat pengujian destruktif dan non-destruktif. Tabel V.1 Klasifikasi metode pengujian daerah las Uji destruktif (DT)Uji mekanisUji strukturUji kimiaUji tarikUji lengkungUji hentakanUji kekerasanUji kelelehanLain-lainUji permukaan pecahanUji makroskopikUji mikroskopikUji analitisUji kekaratanUji penentuan kadar airPengujian non-destruktif (NDT)Uji kerusakan padapermukaanUji kerusakan bagian dalamUji lain-lainUji visual (VT)Uji partikel magnet (MT)Uji penetrasi (PT)Uji putaran arus listrikUji radiografi (RT)Uji ultrasonik (UT)Uji ketirisan (LT)Uji resistensi tekanan (PRT TEKNOLOGI LAS KAPAL Tabel V.2 Manfaat pengujian destruktif (DT) dan pengujian non-destruktif (NDT) Metode pengujian Destruktif Non - Desdruktif Manfaat 1. Kerusakan di bagian dalam dapat dideteksi dengan mudah. 1.Pemeriksaan 100% bisa dilakukan. 2. Sifat-sifat mekanis dapat ditentukan secara akurat. 2.Sampel pengujian dapat dipakai sebagai hasil pengelasan. V.2 PENGUJIAN DENGAN CARA MERUSAK /DT V.2.1 Pengujian mekanik 1. Uji tarik Uji tarik dilaksanakan untuk menentukan kekuatan tarik, titik mulur (kekuatan lentur) las, pemanjangan dan pengurangan material las. Spesimen bentuk material tertentu dan ukuran tertentu seperti tampak pada Gb. V.1 dapat digunakan sebagai material tes. Spesimen tersebut ujung-ujungnya dipegang dengan jepitan alat penguji, dan ditarik dengan menggunakan beban tarik. Berat beban itu ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai spesimen itu patah. Penguji secara otomatis menghasilkan diagram pemanjangan beban, yang menunjukkan hubungan antara beban tarik dengan pemanjangan spesimen. Gambar V.2 menunjukkan diagram pemanjangan beban pada baja lunak. Spesimen uji tarik yang digunakan untuk sambungan las harus diambil dari hasil sambungan las yang dianggap dapat mewakili dari proses pengelasan . Untuk menentukan sifat-sifat mekanis dari daerah las, spesimen tersebut harus diambil dari porsi logam yang dilas. Spesimen No. 1 dari porsi permukaan logam lasSatuan: mmLebar maksimalPenguatan harus rata dengan permukaan plat bajaTebal plat(t)Lebar plat(W)Kurang dari 2020 atau lebih4025 Gambar V.1 Uji tarik pada sambungan las tumpul (JIS Z 3121) 444 PemanjanganBebanE : Batas kelenturanS : Titik mulur teratasC : Titik mulur terbawah M : Beban maksimal Gb. V.2 Diagram pemanjangan beban pada baja lunak dan perhitungannya Dirumuskan sebagai berikut : Dimana : P = Beban maksimal (N) (g) A = Irisan melintang awal spesimen (mm) l = Panjang tera awal spesimen (mm) l’ = Panjang tera bagian yang patah (mm) A’ = Irisan melintang bagian spesimen yang patah TEKNOLOGI LAS KAPAL445 2. Uji lengkung Uji lengkung dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan mekanis dari material las. Seperti tampak pada Gb. V.3, ada dua jenis uji lengkung, yaitu: uji lengkung kendali dan uji lengkung gulungan. Pada tiap-tiap jenis uji lengkung itu, sebuah spesimen dalam bentuk dan ukuran tertentu dilengkungkan sampai radius bagian dalam tertentu dan sudut lengkung tertentu, kemudian diperiksa keretakan dan kerusakannya. Uji lengkung pada rigi-rigi las dilakukan untuk menentukan pipa saluran pada daerah pemanasan dan menilai keutuhan mekanis pada daerah pengelasan, dan seringkali digunakan sebagai bagian dari uji kualifikasi juru las. Tabel V.3 menunjukkan jenis-jenis spesimen yang digunakan untuk uji lengkung dan arah percontohan dari tiap-tiap spesimen. Uji lengkung dapat digolongkan menjadi uji lengkung depan, uji lengkung bawah dan uji lengkung sisi sesuai dengan arah pemberian tekanan pada spesimen, seperti terlihat pada Gb. V.4. Tabel V.3 Jenis – jenis spesimen dan arah percontohan Jenis – jenis spesimen Arah percontohan Keterangan Spesimen lengkung depan Arah membujur spesimen harus berada pada sudut kanan dan garis las Spesimen lengkung sisi digunakan sebagai penggaris apabila plat atau pipa yang akan diuji ketebalannya 19 mm atau lebih Spesimen lengkung bawah Spesimen lengkung sisi Spesimen lengkung bawah membujur Arah membujur spesimen harus pararel dengan garis pengelasan Spesimen – spesimen ini digunakan apabila logam dasar dan logam las dari plat yang akan diuji tingkat pemanjangan yang berbeda Spesimen lengkung depan membujur Minimal 60Unit : mmSusunan contoh penumpu uji lengkung kendaliSusunan contoh penumpu uji lengkung gulungan Minimal 55 Gambar V.3 Jenis-jenis uji lengkung (JIS Z 3122) TEKNOLOGI LAS KAPAL 446 Tepi lempeng(radius tepi = 1mm)Landasan pendukungspesimenJarak dari landasan Ujung landasan pendukungke landasan(radius = 1mm)Lempeng (radius tepi = 1mm) (a) Uji hentakan charpy (b) Uji hentakan izodArah hentakan Arah hentakanLempengSpesimenSudut masukan = 30oSpesimen Landasan pendukung spesimen (a) Lengkung depan(b) Lengkung bawah(c) Lengkung sisi Gambar V.4 Metode uji lengkung 3. Uji Hentakan Jenis-jenis logam tertentu dapat menahan beban statis yang berat tetapi mudah patah walaupun berada di bawah tekanan beban dinamis yang ringan sekalipun. Uji hentakan dilaksanakan untuk menentukan kekuatan material las. Sebagai sebuah metode uji hentakan yang digunakan di dalam dunia industri, JIS menetapkan secara khusus uji hentakan charpy dan uji hentakan izod seperti terlihat pada Gb. V.5. Kedua-duanya menggunakan spesimen yang mempunyai derajat berbentuk V. Temperatur peralihan, yaitu hubungan antara temperatur uji hentakan (katakanlah, 0oC, -20oC, -40oC, dan seterusnya) dengan tenaga yang diperlukan untuk menghasilkan patahan (tenaga yang terserap), diperoleh melalui uji hentakan. Ketika temperatur peralihan semakin rendah atau tenaga yang diserap semakin tinggi, maka material las akan menghasilkan kekerasan dengan derajat yang lebih tinggi dan ketahanan yang lebih tinggi untuk patahan yang rapuh. Gambar V.5 Metode dukungan spesimen dan arah hentakan pada uji hentakan TEKNOLOGI LAS KAPAL 447 (b) Spesimen No. 4(C)oTemperatur uji hentakan Arah hentakanTingkat patahan pipa saluran(%)Tingkat patahanrapuh(%)Tenaga terserap, vE(kgf.m)(J) Gambar V.6 Temperatur peralihan dalam uji hentakan charpy Gambar V.7 Spesiman rapuh uji hentakan charpy 4. Uji Kekerasan Kekerasan material logam merupakan faktor penting dalam menentukan sifat-sifat mekanis dari material tersebut. Uji kekerasan, seperti halnya uji tarik, seringkali dilaksanakan. Pada sebagian besar dari bermacam-macam metode uji kekerasan seperti tampak pada Tabel. V.4, spesimen bergantung pada tekanan dari unsur lain (intan atau bola baja), dan ukuran lekukan yng terbentuk di dalam spesimen diukur dan dikonversikan dengan menghitung kekerasannya. Karena daerah las dipanaskan dan didinginkan dengan cepat, maka daerah yang terkena panas akan menjadi keras dan rapuh. Kekerasan maksimal pada daerah las yang diukur dengan uji kekerasan digunakan sebagai dasar penentuan kondisi-kondisi sebelum dan sesudah pemanasan yang akan dilakukan untuk mencegah retakan hasil pengelasan. Gb. V.8 menunjukkan kekerasan maksimal pada daerah las yang telah dipanasi pada baja dengan kuat tarik tinggi yang diukur dengan uji Vickers. Retakan las dapat dicegah jika kondisi-kondisi pengelasan diatur sehingga nilai kekerasan maksimalnya tidak melebihi 350Hv. TEKNOLOGI LAS KAPAL Tabel V.4 Berbagai metode uji kekerasan Penggolongan LambangJenis Material dan bentuk alat pelekuk atau palu Uji Brinell (JIS Z 2213) HB Bola baja yang dikeraskan Uji Rockwell HR Bola baja yang dikeraskan Skala B HRB Skala C (JIS X 2245) HRC Mata intan Uji Vickers (JIS Z 2244) HV Mata intan Uji Shore (JIS Z 2246) HS Jenis hentakan Palu dengan intan di ujungnya Panjang garis untukmengukur kekerasan Jarak dari pusat las (mm)(Baja tegangan tinggi Ht50)Celah = 0,5Bagian yang akan diujiSpesimen uji kekerasanRigi-rigi lasPermukaantuanganRagamLWlSpesimen No. 120075125Spesimen No. 2200150125LogamlasDaerah pengaruh panasPermukaantuanganKekerasan Vickers,Hv (9,8 N) Gambar V.8 Metode pengukuran kekerasan maksimal dan distribusi kekerasan Next >