< Previous376Kelas XII SMA/ MA/ SMK/ MAKTahap pengayaan merupakan tahap yang dilakukan oleh siswa atau kelompok siswa yang memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi daripada siswa atau kelompok siswa yang lain. Bagi siswa atau kelompok siswa yang memiliki kompetensi yang lebih tinggi, guru dapat menstimulus mereka untuk dapat menentukan tema pertunjukan tari dengan gagasan-gagasan yang sesuai dengan perkembangan usia remaja sebagai upaya untuk mengembangkan potensi secara lebih optimal. Tugas yang diberikan oleh guru dalam tahap ini adalah siswa atau kelompok siswa diminta untuk mencari informasi lainnya yang menyangkut tentang masalah seni pertunjukan tari yang berkembang di Indonesia sesuai dengan jenis dan fungsinya. Kemampuan para siswa tentu saja berbeda satu sama lain. Bagi siswa-siswa yang kurang dapat menguasai konsep ini, guru dapat mengulang kembali materi yang telah diajarkan. Pengulangan materi disertai dengan pendekatan-pendekatan yang lebih memperhatikan hambatan yang dialami siswa atau kelompok siswa dalam memahami materi pembelajaran. Misalnya, membimbing pemahaman siswa atau kelompok siswa dengan memberi lebih banyak contoh dari yang paling sederhana sampai yang agak sulit. Contoh-contoh yang diberikan dapat berupa gambar, audio, maupun audio-visual. Pendekatan lain yang dapat dilakukan guru dalam tahap remedial ini adalah dengan lebih banyak memberi perhatian kepada siswa atau kelompok siswa tersebut yang dilakukan secara menyenangkan atau nonformal. Pendekatan yang menyenangkan atau nonformal ini dapat dilakukan guru dengan tujuan agar siswa atau kelompok siswa tersebut dapat lebih termotivasi untuk mencari informasi yang mereka butuhkan, lebih termotivasi untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan menganalisis beberapa contoh pertunjukan tari kreasi. Tahap remedial diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat pemahaman siswa atau kelompok siswa tersebut terhadap submateri pembelajaran.PengayaanRemedial377Seni BudayaPenilaian proses untuk submateri ini mencakup tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh lembar penilaian berikut:Penilaian proses:Kritik TariNo.Nama SiswaPengetahuanTotal NilaiPemahaman Tentang Kriktik Tari Kemampuan Menganalisis Bagian-Bagian Unsur Pendukung Pertunjuakan TariKemampuan Membedakan Fungsi dan Tujuan Kritik Tari12341234123412345dst.No.Nama SiswaSikapTotal NilaiDisiplin Dalam BelajarMenghargai Pendapat Siswa LainRasa Percaya Diri 123412341234123Penilaian378Kelas XII SMA/ MA/ SMK/ MAK45dst. No.Nama SiswaKeterampilanTotal nilaiKemampuan Mengemukakan PendapatKemampuan Membuat Tulisan Kritik TariKemampuan Memprestasikan Tulisan dan Lisan Dalam Konteks Membuat Kritik Tari12341234123412345dst.Penilaian pada masing-masing aspek menggunakan skala Likert, yaitu dengan memberikan skor antara 1 – 5. Masing-masing skor mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa, yaitu:SkorPenjelasan4Sangat Baik3Baik2Cukup1Kurang379Seni BudayaPenilaian hasil melibatkan tes tertulis dan tes lisan. Penilaian hasil dilakukan pada setiap akhir semester.Perhitungan skor akhir menggunakan rumus: Contoh :Skor diperoleh 12, skor tertinggi 4 x 3 pernyataan = 12, maka skor akhir : 3Siswa memperoleh nilai :Sangat Baik : apabila memperoleh skor A – dan ABaik : apabila memperoleh skor B - , B, dan B +Cukup : apabila memperoleh skor C -, C, dan C +Kurang : apabila memperoleh skor D dan D +Tabel konversi nilaiNoInterval NilaiPredikatKeterangan13,83 < x ≤ 4,00ASangat Baik23,50< x ≤ 3,83A-Sangat Baik33,17< x ≤ 3,50B+Baik42,83< x ≤ 3,17BBaik52,50< x ≤ 2,83B-Baik62,17< x ≤ 2,50C+Cukup71,83 < x ≤ 2,17CCukup81,50< x ≤ 1,83C-Cukup91,17< x ≤ 1,50D+Kurang101,00 ≤ x ≤ 1,17DKurang380Kelas XII SMA/ MA/ SMK/ MAKPemahaman siswa terhadap sub-materi pembelajaran akan dapat dicapai dengan lebih baik melalui kerja sama dengan pihak orang tua siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat berinteraksi dengan orang tua siswa, seperti meminta kesediaan para orang tua untuk dapat menyediakan sarana yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka, memberi kesempatan kepada anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan diskusi di luar proses pembelajaran, berdiskusi dengan anak-anak mereka tentang sub-materi yang dipelajari di sekolah, serta meluangkan waktu untuk menyaksikan beragam pertunjukan tari bersama anak-anak mereka dan mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pertunjukan tari tersebut.Interaksi dengan Orangtua381Seni BudayaKI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnyaKI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan duniaKI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalahKI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.3.3 Mengevaluasi hasil pergelaran teater berdasarkan konsep, teknik dan prosedur.4.3. Mempergelarkan teater hasil kreasi sendiriKompetensi IntiKompetensi DasarBAB XVTeater382Kelas XII SMA/ MA/ SMK/ MAKSetelah proses pembelajaran dilaksanakan diharapkan siswa dapat:1. Memahami konsep pergelaran teater2. Mengetahui teknik penggarapan teater3. Melaksanakan prosedur kekaryaan teater4. Menciptakan karya teater5. Menyelenggagarakan latihan bersama6. Mempresentasikan karya teater7. Menerima kritik untuk perbaikanPeta MateriEvaluasiKonsep Pergelaran TeaterTeknik Penggarapan TeaterProsedur Kekaryaan TeaterPergelaran TeaterPenciptaan Karya TeaterLatihan TeaterPergelaran TeaterTujuan Pembelajaran383Seni BudayaMengamati dengan indra tentang konsep, teknik dan prosedur berkarya teater dalam proses apresiasi/menonton pergelaran teaterMengajukan pertanyaan/berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami sekaligus klarifikasi berkaitan dengan konsep, teknik, dan prosedur kekaryaan teaterMengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data-data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambah/mengembangkan sumber yang dijadikan bahan kajian.Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk kategorisasi, menghubungkan fenomena terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Bentuk hasil belajar: mengembangkan interpretasi, struktur baru dalam bentuk hasil kreativitas.Menyajikan laporan baik dalam bentuk tulisan, dan atau presentasi karya teater berupa pergelaran.Proses PembelajaranMengamatiMenanyaMengumpulkan InformasiMengasosiasiMengomunikasikan384Kelas XII SMA/ MA/ SMK/ MAKA. Konsep Pergelaran TeaterKonsep pergelaran teater meliputi konsep tata pentas, konsep tata rias, konsep tata busana, konsep tata cahaya dan konsep musik ilustrasiKonsep pentas didasari oleh bentuk fisik bangunan panggung. Bentuk fisik akan berpengaruh pada tata ruang dalam gedung pertunjukan dan posisi pAndang penonton terhadap peristiwa pertunjukan. Ada banyak bentuk fisik bangunan yang biasa digunakan untuk pertunjukan teater dan seni pertunjukan lainnya. Namun secara garis besar hanya ada dua bentuk fisik, yaitu panggung berbatas dan panggung tidak berbatas. Panggung berbatas seperti halnya panggung proscenium dimana ada batas antara panggung tempat berlangsungnya pertunjukan teater dengan tempat duduk penonton. Panggung proscenium biasanya berupa teater tertutup (beratap). Antara Panggung dengan tempat duduk penonton ada ruang pembatas berupa orchestra. Deretan tempat duduk penonton semakin kebelakang semakin tinggi bahkan ada yang menggunakan balkon. Tampak dari tempat duduk penonton, panggung berkesan seperti dinding yang berlubang segi empat tempat permainan teater berlangsung. Di kiri-kanan panggung dilengkapi dengan wing serta layar hitam sebagai pembatas keluar masuknya pemain. Sementara lampu dipasang permanen pada instalasi yang sudah ditentukan. Di bagian depan panggung terdapat layar (tutup-buka) untuk mengawali dan mengakhiri pertunjukan. Di bagian belakang panggung terdapat layar berwarna gelap (biasanya warna hitam) sebagai pembatas belakang. Panggung proscenium cocok untuk konsep pertunjukan teater realis karena sangat memungkinkan untuk memainkan trik panggung membuat suasana seolah-olah seperti yang sebenarnya. Panggung tidak berbatas adalah panggung yang biasanya digunakan untuk pertunjukan teater tradisional. Bentuknya dapat berupa pendopo, atau hanya pelataran saja. Penonton biasanya lesehan, tidak disediakan tempat duduk khusus. Bentuknya setengah lingkaran, atau tapal kuda, atau bahkan melingkar mengelilingi permainan. Antara penonton dan para pemain tidak ada jarak, bahkan dapat berkomunikasi. Bentuk panggung seperti ini sulit bagi penggarap untuk melakukan trik panggung atau teknik dan montase karena semuanya nampak dalam penglihatan penonton.1. Konsep Pentas Teater385Seni BudayaSumber: lorongteatersubang.blogspot.com201212 Gambar 15.1 Panggung Arena Untuk menjelaskan konsep rias dan busana kepada siswa, sebaiknya guru bekerja sama dengan guru seni rupa. Namun jika merasa menguasai, itu lebih baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipahamkan kepada siswa dalam praktik tata rias meliputi: bahan atau zat pewarna yang dipergunakan agar tidak merusak kulit muka, teknik memoles, dan teknik memberikan aksentuasi untuk menghasilkan kesan karakter yang diharapkan.Rias dalam pergelaran teater pada prinsipnya adalah rias karakter tokoh yang dihadirkan. Pentingnya rias selain memperkuat perwatakah tokoh cerita, juga untuk menyembunyikan wajah aslinya para pemain. Bahannya dapat menggunakan alat-alat kosmetik, dapat juga menggunakan bahan alami sepanjang tidak berdampak buruk pada wajah dan anggota tubuh lainnya. Konsepnya dapat realis (sesuai dengan kenyataan), misalnya tokoh raja dirias seperti raja aslinya, tetapi akan kesulitan mencari rujukannya. Konsep rias dapat juga surealis, mengandalkan imajinasi dan intuisi penata walaupun sulit dipahami oleh akal. Dapat juga metaforis misalnya tokoh seorang koruptor dirias seperti tikus dan seterusnya. Dalam kreativitas berteater tidak terbatas, bebas, asal dapat dipertanggung jawabkan secara artistik dan penonton mendapat pengalaman baru.2. Konsep Tata RiasNext >