< Previous124 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAKHormati dan Sayangi Orang Tua dan GurumuBab 8Hormati dan Sayangi Orang Tua dan Gurumu Pentingnya Menghormati Orangtua Pentingnya Menghormati Guru Hormati dan Sayangi Orangtua dan Gurumu Menelaah Pentingnya menghormati dan menyayangi Orangtua dan Guru Cara Berbakti kepda Orangtua dan Guru TERBIASA MENGHORMATI ORANGTUA DAN GURU Orang TuaOrang TuaTerbiasa Menghormati Orang Tua dan Guru Cara Berbakti kepadaMenelaah pentingnya menghormati dan menyayangi orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 125 Sumber: Dok. KemdikbudGambar 8.1 Foto keluargaSumber: Dok. KemdikbudGambar 8.2 Seorang ibu menggendong anaknyaSumber: Dok. KemdikbudGambar 8.3 Seorang anak mencium tangan ayahnyaAktivitas Siswa:Setelah kamu mengamati gambar di atas, coba berikan tanggapanmu tentang pesan-pesan yang ada pada gambar tersebut!126 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAKKita semua pasti memiliki orang tua, baik yang masih dapat kita kecup tangannya ataupun yang sudah tiada. Telah jelas bahwa kedua orang tua sangat berjasa kepada kita. Betapa banyak pengorbanan yang mereka lakukan untuk kita. Sejak kita masih kecil hingga sekarang ini. Mereka mengorbankan jiwa, raga, harta, waktu, dan lainnya demi kita. Sudah sepatutnya kita menempatkan mereka pada kedudukan yang semestinya, yakni menghormati dan menyayanginya.Islam telah mengatur segala hal dalam kehidupan pemeluknya, termasuk menjunjung hak-hak kedua orang tua kita dan mengajarkan untuk berbuat baik pada keduanya. Kedua orang tua kita telah mendidik dan membesarkan kita dengan susah payah.Tak sedikit keringat yang mengucur. Tak terhitung waktu yang telah terkuras baik di waktu siang maupun di keheningan malam. Tak sedikit perih yang harus ditahannya demi kebahagiaan anak-anaknya. Terkadang mereka harus menahan lapar asalkan anak-anaknya kenyang. Mereka selalu mendahulukan kepentingan anak-anaknya di atas kebutuhannya sendiri.Betapa mulianya perilaku orang tua terhadap anak-anaknya. Sungguh tidak berlebihan kalau Rasulullah saw. menegaskan bahwa, “Riḍa Allah terletak pada riḍa orang tua, murka Allah terletak pada murka orang tua.” Namun demikian, sering kali kita saksikan melalui media, betapa sadisnya seorang anak tega menyiksa kedua orang tuanya, kejamnya seorang anak membunuh orang tuanya, dan masih banyak lagi cerita memilukan antara anak dan orang tua yang berujung orang tua menjadi korban. Kebaikan orang tua seakan sirna ditelan egoisme seorang anak, hanya sekadar keinginannya tidak dipenuhi.Lalu, apa yang semestinya kita lakukan sebagai anak? Semoga kita bisa menjadi anak yang dapat menghormati orang tua dan berbakti kepada keduanya sehingga orang tua bangga atas kebaikan anak-anaknya.Membuka Relung HatiSumber: Dok. KemdikbudGambar 8.4 Seorang anak sedang sungkem kepada ibunya Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 127 Banyak ungkapan yang me-negaskan bahwa orang tua mana yang tega menyakiti anaknya, atau anaknya disakiti oleh orang lain. Itulah keterikatan bathin antara orang tua dan anak. Orang tua terasa sangat memiliki sekali terhadap anak-anaknya. Beda dengan anak yang kadang lupa dengan orang tuanya.Perhatikan peristiwa berikut ini!1. Setiap hari ketika mau beragkat sekolah, ibu selalu menyiapkan sarapan pagi. Tak kenal lelah ibu memenuhi kebutuhan yang diperlukan anaknya. Tetapi, tidak jarang anak-anak yang seringkali membantah perintah orang tuanya, padahal perintahnya itu benar. Tidak ada ibu yang sakit hati melihat ulah anaknya yang sering kali melawan, bahkan ibu tidak pernah dendam. Inilah muliaya hati seorang ibu. Bagaimana kamu melihat peranan ibu dalam keluarga, baik dari sisi sosial, agama, budaya, dan sebagainya?2. Meskipun agak sedikit berbeda peranannya dengan seorang ibu, ayah punya tanggung jawab penuh dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia pergi pagi pulang sore, hanya sekadar memenuhi kewajiban seorang kepala rumah tangga. Dia kadang tidak tahu secara persis perkembangan anaknya di rumah. Maklum, sering kali waktunya habis hanya karena pekerjaannya harus segera diselesaikan. Tiba-tiba bapak mendengar cerita menyakitkan, anaknya di sekolah melakukan pelanggaran dan akan dikeluarkan. Bagaimana tanggapan kamu ketika kamu nanti menjadi seorang bapak?Mengkritisi Sekitar KitaSumber: Dok. KemdikbudGambar 8.5 Membantu menyebrang jalanAktivitas Siswa:1. Cermati dua peristiwa di atas, kemudian berikan tanggapanmu dari beberapa sudut pandang (contoh dari sisi agama, sosial, budaya, dan sebagainya)!2. Sesuai dengan kondisi sekarang, bagaimana cara menghormati orang tua dan guru yang dapat kamu lakukan?128 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAKMemperkaya KhazanahA. Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang TuaKisah Uwais Al-QarniPada zaman Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal di negeri Yaman. Ia seorang fakir dan yatim. Ia hidup bersama ibunya yang lumpuh dan buta. Uwais Al-Qarni bekerja sebagai penggembala domba. Hasil usahanya hanya cukup untuk makan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin. Uwais Al-Qarni dikenal anak yang taat beribadah dan patuh pada ibunya. Ia sering kali puasa. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya sering bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengannya. Ketika mendengar Nabi Muhammad giginya patah karena dilempari batu oleh musuhnya, Uwais Al-Qarni segera menggetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukan sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw. sekalipun ia belum pernah bertemu dengan Nabi. Kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Nabi saw. makin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw. dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw., kerinduan karena iman.Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon izin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”Betapa gembira mendengar jawaban ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat dan berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw. yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada di rumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra., istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw., tetapi Nabi saw. tidak dapat dijumpainya.Dalam hati Uwais bergolak perasaan ingin menunggu bertemu dengan Nabi, sementara ia ingat pesan ibunya agar ia cepat pulang ke Yaman. Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 129 Nabi pun pulang dari medan pertempuran. Sesampainya di rumah, Nabi saw. menanyakan kepada Siti Aisyah ra. tentang orang yang mencarinya. Siti Aisyah ra., menjelaskan bahwa memang benar ada yang mencarinya, tetapi karena lama menunggu, ia segera pulang kembali ke Yaman karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw. menjelaskan bahwa orang itu adalah penghuni langit. Nabi menceritakan kepada para sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah talapak tangannya.” Nabi menyarankan, “Apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”Waktu terus berganti. Suatu ketika, Khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw. tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Sejak saat itu setiap ada khalifah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni.Suatu hari rombongan kafilah itu pun tiba di Kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar ra. dan Ali ra. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang ṡalat. Setelah mengakhiri ṡalat-nya dengan salam, Uwais menjawab salam Khalifah Umar ra. dan Ali ra. sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw. ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra. dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw. bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra. dan Ali ra. menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra. memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “Sayalah yang harus meminta doa pada kalian.” Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, “Kami datang ke sini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda.” Uwais Al-Qarni akhirnya berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu, Khalifah Umar ra. menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Namun Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal. Anehnya, pada saat akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan. Saat mau dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau, wahai Uwais Al-Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai 130 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAKMenghormati orang tua sangat ditekankan dalam Islam. Banyak ayat di dalam al-Qur’ān yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’ān juga menegaskan kepada umat Islam untuk menghormati kedua orang tuanya.Sebagai muslim yang baik, tentunya kita memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua kita baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji.Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain:Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.(HR. Muslim dari Ishak bin Ibrahim, dari Muaz bin Hisyam, dari ayahnya, dari qatadah, dari zurarah, dari Usair bin Jabir) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 131 rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isrā’/17: 23-24)Pentingnya seorang anak untuk meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Orang yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt. Apalagi seorang anak mau melakukan atau menginginkan sesuatu. Seperti, mencari ilmu, mendapatkan pekerjaan, dan lain sebagainya, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Riḍa Allah terletak pada riḍa orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi) Artinya: “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Ṡalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)Aktivitas Siswa:1. Jelaskan pesan-pesan yang terkandung pada Q.S. al-Isrā’/17: 23-24 di atas!2. Jelaskan hubungan antara pesan ayat tersebut dan kondisi objektif di keluarga kita!132 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAKPerlu ditegaskan kembali, bahwa birrul wālidain (berbakti kepada kedua orang tua), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul wālidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.Imam Adz-Dzahabi menjelaskan, bahwa birrul wālidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:Pertama : Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.Kedua : Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.Ketiga : Membantu atau menolong orang tua bila mereka membutuhkan.Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukan tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru. Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amal yang paling utama.2. Apabila orang tua kita riḍa atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun riḍa.3. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.4. Berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjadikan kita dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Swt. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul wālidain, yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”Dikisahkan, ada seorang laki-laki yang menghadap Nabi Muhammad saw. dan berkeinginan untuk berbai’at kepada Nabi serta ikut berjihad dengan tujuan mencari pahala dari Allah Swt. Kedua orang tua laki-laki tersebut masih hidup. Kemudian, Nabi menyuruh laki-laki tersebut untuk kembali kepada kedua orang tuanya dan menyuruh berbuat baik, menemani dan mengurus orang tuanya.” (Muttafaq ‘alaih) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 133 B. Hormat dan Patuh kepada GuruGuru adalah orang yang mengajarkan kita dengan berbagai ilmu pengetahuan dan mendidik kita sehingga menjadi orang yang mengerti dan dewasa. Walau bagaimana tingginya pangkat atau kedudukan seseorang, dia adalah bekas seorang pelajar yang tetap berhutang budi kepada gurunya yang pernah mendidik pada masa dahulu.Guru adalah orang yang mengetahui ilmu (‘ālim/ulamā), dialah orang yang takut kepada Allah Swt. Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S. Fāṭir/35: 28)Guru adalah pewaris para nabi. Karena melalui guru, wahyu atau ilmu para nabi diteruskan kepada umat manusia. Imam Al-Gazali mengkhususkan guru dengan sifat-sifat kesucian, kehormatan, dan penempatan guru langsung sesudah kedudukan para nabi. Beliau juga menegaskan bahwa: “Seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, maka dialah yang dinamakan besar di bawah kolong langit ini, ia adalah ibarat matahari yang menyinari orang lain dan mencahayai dirinya sendiri, ibarat minyak kesturi yang baunya dinikmati orang lain dan ia sendiri pun harum. Siapa yang berkerja di bidang pendidikan, maka sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting, maka hendaknya ia memelihara adab dan sopan satun dalam tugasnya ini.” Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang guru dengan kata-kata sebagai berikut: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul.”Guru adalah bapak rohani bagi seorang murid, ialah yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak, dan membimbingnya. Maka, menghormati guru berarti penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah, mereka hidup dan berkembang.Aktivitas Siswa:1. Jelaskan pesan-pesan yang terkandung pada kisah di atas!2. Jelaskan hubungan antara pesan kisah tersebut dan kondisi objektif di keluarga kita?Next >