< Previous58 Kelas IX SMP/MTs Dia melihat ujung sepatu nongol dari menara ronda.“Kenapa, Pak Adil?” ada suara orang di belakangnya.Pak Adil menoleh. “Pintunya masih ditutup, Dik,” jawabnya. Sudah ada 3 orang di belakangnya. Bahkan, beberapa lagi muncul di ujung gang. “Saya tidak tahu, Dik.” Jawabnya. “Tapi, itu…,” dia menunjuk ke menara ronda. “Satpamnya masih tidur.”“Lempar aja!”“Udah jam enam seperempat, nih!”“Keburu macet lagi!”“Wah, kok jadi gini, sih!”“Kenapa, ya?”“Apa ada peraturan baru?”“Lho, enak aja! Ini hak kita!”“Iya! Mereka harus bayar ongkos sosial sama kita.”“Udah, teriakin aja!”“Oiiii, buka pintu!”“Buka pintunyaaaaa!”“Bukaaaaa!”Seseoranng merangsek ke depan. Pak Adil oleng. Dia mencengkeram kuat sepedanya.DUR!DUR, DUR!DUR, DUUR DUUUUR!Pintu digedor-gedor.Matahari mulai menaik.Satpam di menara ronda terbangun. Dia mengucek-ucek matanya; melihat ke luar pagar.DUR!DUR, DUR!DUR, DUUR DUUUUR!“Hey, hey! Ada apa ini!” teriak Satpam di menara ronda.Lho, bukan Pak Soleh? Ke mana dia? Pak Adil merasa heran. Kepala terasa pusing lagi.“Cepet buka pintu!” teriak warga.“Nyuruh orang yang sabar, dong!”Satpam itu balas menghardik.“Heh, lu yang di atas sana!”“Cepat buka pintunya!”“Udah setengah tujuh, nih!”Bahasa Indonesia 59“Saya telat kerja, nih!”Satpam pun bergegas turun dari menara. Dia menuju pintu tembus. Kini dia berdiri di seberang Pak Adil dan para warga. Hanya dibatasi oleh pintu besi berjeruji. Dia berkacak pinggang. Matanya yang masih belekan dibuka lebar-lebar; membelalak.“Pak Soleh, ke mana? Sakit?” Tanya Pak Adil.“Dia dipecat! Nggak becus kerjanya!” Pak Adil makin pening.“Siapa dia?”“Satpam baru kali!”“Mentang-mentang baru, mau mainin kita!”“Minta uang kali!”“Udah, kasih, kasih!”“Wah, duitku pas-pasan buat angkot, nih!”“Pak Adil, Pak Adil!”“Iya! Kasih dia sarapan, Pak!”Pak Adil setuju. Tangannya dengan cepat merogoh kotak besar di jok belakang sepedanya. Kini posisinya makin turun ke anak tangga di tengah. Beberapa warga sudah mengambil alih posisinya. Dia mengambil nasi bungkus, telur dadar, dan sambel kentang. Lalu memasukkannya ke plastik hitam. Dadanya terasa berdebar kencang.“Kurang, Pak Adil! Kasih bakwannya, dong!” tegur seseorang, yang memakai seragam RI¿FHER\pasar swalayan.“Pelit amat, sih!”“Iya,iya” Pak Adil mengambil bakwan. Hatinya merasa tak enak. Bungkusan berisi sarapan itu disodorkan ke warga di depannya. Secara estafet paket sarapan itu sampai di depan pintu tembus.“Apa ini?” si satpam menatap curiga.“Ayo, bukain! Ini sarapan buat Bapak!”“Heh, enak aja! Lu pikir gue nggak sanggup beli, apa!”“Ya, terserah! Sekarang, cepat buka!”“Nggak bisa! Pemilik pertokoan sudah mengeluarkan keputusan, bahwa sejak hari ini, pintu tidak boleh dibuka lagi!”“Lho, kok bisa begitu?”“Ya, bisa saja!”“Tapi, kenapa?”60 Kelas IX SMP/MTs “Barang-barang di toko banyak yang hilang! Malingnya diperkirakan kabur lewat sini!”“Wah, nggak bisa begitu, dong!”“Kita yang nggak tau apa-apa, kok, dibawa-bawa!” “Kacau, deh!”“Bisa-bisa tiap hari telat terus berangkat kerja!”“Kali ini, buka dulu pintunya, Pak. Sudah tanggung, nih…”“Iya, besok sih, gimana nanti.”“Mustinya disosialisasikan dulu, dong!”“Nggak, nggak ada tawar-menawar lagi! Malingnya udah diciriin dari kampung sini!”“Lu pikir, malingnya dari kampung kita, apa?!”Beberapa warga berdatangan lagi. Mereka merangsek ke depan, tidak sabar ingin melihat apa yang terjadi. Mereka merangsek terus ke depan dan menggedor-gedor lagi pintu besi, semakin keras, semakin keras. Anak tangga yang sempit terasa pengap dan sesak. Dorong-dorongan, sikut-sikutan….Pak Adil makin ke bawah. Beberapa orang naik lagi. Tubuh Pak Adil tersenggol. Dia oleng. Sepedanya terlepas. Tubuhnya jumpalitan, bersenggolan dengan batang sepeda. Akhirnya sepeda dan tubuh Pak Adil tersangkut-paut, mencebur ke selokan!Para warga tidak peduli pada Pak Adil. Mereka terus saja merangsek. Menendang pintu, menggedor-gedor, berteriak-teriak, memaki-maki…Semakin banyak orang yang datang.Semakin keras.Pak Adil masih berkubang di selokan. Dia merasa tulang punggungnya remuk. Dia bangkit. Barang jualannya berupa nasi bungkus, lauk dan pauk untuk sarapan tak berguna lagi. Tubuhnya belepotan lumpur selokan yang bau.DOR!DOR, DOR!DOR, DOR DOR!Orang-orang panik berlarian. Ada yang menggelinding dan tercebur ke selokan. Tapi mereka terus berlarian dan menghindari hantaman timah panas.Bahasa Indonesia 61Pak Adil masih di selokan, berusaha untuk menaikan sepedanya. Pintu terbuka. Tiga orang satpam mengacung-acungkan pistolnya ke udara.“”Udah dibilangin, nggak bisa dibuka!”“Sini, sini!”Ketiga satpam itu berdiri di anak tangga, memanjang ke atas. Mereka tertawa-tawa puas, melihat orang-orang lintang-pukang. Pistol mereka main-mainkan. Ujung larasnya yang mengepul, mereka tiup dengan lagak koboi kesiangan. Terdengar suara keciprak air.Pak Adil sedang menggerakkan sepedanya di selokan.Ketiga satpam itu mencari-cari asal suara. Mata mereka berubah merah menyala, saat melihat Pak Adil berkubang lumpur di selokan.“Dia provokatornya!”“Iya! Dia tadi mau nyogok saya dengan sarapannya!”“Hajar aja!”Tanpa ada yang mengomando, mereka melompat ke selokan dan menghajar Pak Adil hingga pingsan **Ikhlas dan Siti Fatimah menuntun ibu mereka ke ruang gawat darurat. Air mata wanita tua itu masih saja mengalir.“Kenapa Bapakmu? Kok, bisa nelangsa seperti itu?”“Itu, Bu, para warga mengamuk, karena pintu tembusnya ditutup. Nggak bisa dibuka. Bapak dituduh provokatornya.”“Bapakmu… provokator?”“Iya”“Provokator, Apa?”“Itu… yang menyuruh warga supaya mengamuk.”“Duh, gusti! Bapakmu itu rajin ngaji, kok, dituduh yang kayak gitu…”“Bahkan Bapak dituduh mau nyuap petugas segala. Bukti nasi sarapannya ada di mereka.”“Ya Allah…”“Ikhlas bilang juga apa, Bu,” Ikhlas merasa kesal campur marah, “Bapak nggak usah jualan lagi! Nggak nurut, sih!”“Udah, sih, Bang! Ibu lagi sedih gitu, malah marah-marah lagi. Ini namanya takdir!”62 Kelas IX SMP/MTs Mereka hanya bisa menatap orang yang mereka cintai dari kejauhan. Tubuhnya terbujur tak berdaya. Selang infus menyelusup ke kedua lubang hidungnya. Denyut jantungnya terbaca di layar monitor; naik dan turun dengan lemah.Sementara itu di tempat lain, beberapa kuli sedang mengaduk semen dan pasir. Bata-bata ditumpuk di atas adonan, menutupi jalan tembus.Sumber: Kata Api Cinta: Tip Menulis dan 18 Cerita Pendek, 2014. Serang: Gong Publishing.Setelah memahami teks cerita pendek di atas, siswa diminta meringkas teks cerita pendek itu menjadi teks eksemplum yang singkat dan jelas dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Untuk itu, guru meminta siswa menjawab pertanyaan berikut dengan teliti.1) Siapakah Pak Adil dan di manakah dia tinggal?2) Insiden dan peristiwa apa saja yang dialami Pak Adil?3) Apakah pesan yang diinterpretasi dan ingin disampaikan penulis kepada pembaca?Agar ringkasan teks eksemplum itu lebih baik, siswa diminta mengerjakanlah tugas berikut dengan teliti.1) Siswa diminta untuk mencermati lagi penulisan kalimat-kalimat jawaban siswa yang memperlihatkan struktur teks eksemplum! Apakah sudah sesuai kaidah bahasa Indonesia, baik ejaan, kata, maupun konjungsi yang digunakan. Siswa diminta untuk memperbaiki kalimat-kalimat tersebut jika penulisannya belum sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.2) Siswa diminta untuk menggabungkan kalimat-kalimat tersebut dengan menggunakan konjungsi antarkalimat, seperti akan tetapi, meskipun demikian, oleh karena itu. Siswa diminta untuk menggabungkan kalimat-kalimat siswa itu sesuai dengan struktur teks eksemplum, yaitu orientasi, insiden, dan interpretasi.Agar tugas tersebut lebih mudah dipahami, guru meminta siswa menuliskan hasil ringkasannya ke dalam format berikut. Siswa telah dibantu dengan kalimat awal untuk setiap bagian struktur teks. Bahasa Indonesia 63Tugas Kelompok : Meringkas Teks EksemplumNama Kelompok :.............................Ketua :.............................Anggota :..............................Hasil Kerja:Pak Adil Mencari KeadilanPak Adil tinggal di sebuah perkampungan yang di kelilingi oleh bangunan pertokoan dan perkantoran. Dia tinggal bersama istri dan anaknya yang sudah kerkeluarga. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………........………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………...…………………………………………………………………………… (Orientasi)Pada suatu hari, Pak Adil diminta keluarganya untuk berhenti bekerja. Mereka ingin Pak Adil tinggal di rumah atau ikut dengan anak-anaknya. Sementara itu, Pak Adil ingin tetap bekerja .……………………………………………………………….........................………………………………………………………………………………………......…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… (Insiden)Ternyata pilihan Pak Adil itu membawa konsekuensi pada dirinya. Ia harus menderita karena pilihannya itu. …..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………...…………………………………………………………………………...(Interpretasi)64 Kelas IX SMP/MTs Kegiatan 3Penyusunan Teks Eksemplum secara MandiriPada Kegiatan 3 ini guru meminta siswa melakukan kegiatan penyusunan teks secara mandiri. Untuk itu, guru meminta siswa mengerjakan tugas-tugas berikut sesuai dengan urutan!Tugas 1 Menangkap Makna Teks EksemplumPada Tugas 1 ini guru meminta siswa secara mandiri untuk menangkap makna teks “Desa Sukasari” yang menjadi bahan pembelajaran. Guru meminta siswa mendengarkan guru atau siswa lain membaca teks berikut, kemudian memintanya menjawab pertanyaan yang terdapat di bawahnya.Desa SukasariSumber: www.solopos.comGambar 1.0: LongsorDesa Sukasari sedang berduka. Karena hujan deras terus-menerus selama tiga hari, tanah longsor menimpa permukiman warga yang berada di lereng bukit. Tidak sedikit rumah penduduk yang dilanda longsor, bahkan longsor juga menelan korban warga yang terkenal damai itu.Bahasa Indonesia 65Kejadian berawal dari hari Senin pagi (tanggal 15 Januari 2013), tanah di lereng bukit sudah banyak yang terkikis karena air hujan. Sudah sejak Jumat malam hujan terus-menerus turun di Desa Sukasari. Warga masih bertahan di rumah karena merasa masih cukup aman, tidak akan terjadi apa-apa. Selasa siang keadaan masih dirasa cukup aman. Selasa sore hujan semakin deras. Sampai malam hujan belum juga reda. Karena derasnya hujan, sekitar pukul 20.00 WIB tanah mulai longsor. Tanah longsor yang berasal dari bukit dan tebing itu datang tiba-tiba. Banyak warga yang tidak mengetahui dan menyadari kedatangan longsor itu. Warga mulai panik menyelamatkan diri. Mereka membawa harta benda yang bisa diselamatkan. Namun, ada beberapa warga yang tidak sempat menyelamatkan diri. Mereka tertimbun bersama rumah dan harta bendanya.Perkiraan kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Tanah longsor terjadi karena kelalaian warga sendiri. Hutan tempat menampung air hujan sudah gundul dan tidak berfungsi lagi. Reboisasi terjadi hampir setiap saat. Penduduk menebang hutan tanpa diimbangi dengan penanaman kembali. Penduduk Desa Sukarsari tidak menyadari bahwa penebangan hutan yang mereka lakukan selama ini mengkibatkan banjir. Warga Desa Sukasari tidak dapat berbuat banyak. Mereka hanya dapat menatap dan menyaksikan apa yang terjadi dan menimpa mereka. Mereka sadar betul bahwa mereka juga berperan sehingga longsor terjadi di desa mereka. Kejadian tanah longsor tersebut memberikan hikmah bahwa manusia boleh memanfaatkan alam, tetapi juga harus menjaga dan melestarikan alam. Jika itu dapat dilakukan, hubungan antara manusia dan alam akan tetap baik dan damai.Diolah dari sumber: www.tribunnews.com/tag/tanah-longsorSetelah siswa mendengarkan guru atau siswa lainnya membacakan teks “Desa Sukasari” di atas, guru meminta siswa membaca dan mencermati lagi kata-kata yang ada di dalam teks tersebut. Kemudian, siswa diminta untuk mendeskripsikan makna kata sulit yang ada di dalam kalimat. Siswa diminta mengerjakan tugas tersebut dalam format seperti berikut.66 Kelas IX SMP/MTs No.Kata/istilahMakna Kata dalam Kalimat1panik2longsor3menelan4lereng5gundul6reboisasi7hikmah8seimbang9lestari10baik dan damaiSetelah mengetahui makna kata-kata sulit di dalam teks tersebut, siswa diminta menjawab pertanyaan berikut sesuai dengan perintah.1) Apa yang terjadi di Desa Sukasari? Kapan terjadinya peristiwa tersebut?2) Mengapa peristiwa itu terjadi?3) Apa akibat peristiwa itu?4) Bolehkah kita menebang pohon setiap saat tanpa mematuhi peraturan yang ada?5) Apa akibatnya jika pohon-pohon di hutan selalu ditebang?6) Apa yang disampaikan penulis pada paragraf pertama?7) Apa pula yang disampaikan penulis pada paragraf kedua dan ketiga?8) Apa pesan yang ingin disampaikan penulis melalui teksnya itu?9) Apa hikmah yang dapat kamu ambil setelah membaca teks tersebut?10) Bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap alam dan lingkungan kita?11) Perlukah kita melestarikan keberadaan ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa ini?12) Mengapa kita harus melestarikan keberadaan alam ini?Bahasa Indonesia 67Setelah teks “Desa Sukasari” di atas dipahami dan pertanyaan tentang teks itu dijawab siswa, guru meminta siswa untuk menyadari bahwa alam ini begitu penting bagi kelangsungan hidup manusia. Keseimbangan ekosistem tidak akan tercapai apabila alam rusak. Oleh karena itu, manusia harus menjaga alam ini agar tetap lestari. Guru meminta siswa untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam ini untuk kita. Sebagai bentuk rasa syukur, guru meminta siswa menjaga dan merawat alam yang indah ini agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.Untuk menambah wawasan siswa tentang alam, guru meminta siswa mencari makna kata atau istilah tentang alam berikut di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau kamus (buku) lain yang dapat membantu. Kemudian, siswa diminta untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata sendiri. Siswa diminta mengerjakannya dalam format format berikut ini.No.Kata atau Istilah'H¿QLVLGDQ.DOLPDW1vulkanik'H¿QLVLKalimat: 2erosi'H¿QLVLKalimat: 3cagar alam'H¿QLVLKalimat: 4tektonik'H¿QLVLKalimat: 5pembalakan'H¿QLVLKalimat: 6mutualisme'H¿QLVLKalimat: Next >