< Previous2 Kelas IX SMP/MTs Kedua, kalau dulu proses pembelajaran lebih didominasi guru memberi tahu kepada siswa, sekarang ini secara konstruktif guru dan siswa membangun bahtera belajar-mengajar gerak yang bermakna dengan mengarahkan siswa yang mencari tahu. Guru lebih berperan mengoordinasikan inisiatif belajar gerak siswa ke dalam tahapan-tahapan belajar gerak disertai dengan gaya relasional kependidikan yang membangun kompetensi utuh siswa.Ketiga, pembelajaran pendidikan jasmani masa lalu lebih mengutamakan pada perkembangan penguasaan keterampilan gerak, yaitu penguasaan dan pengembangan keterampilan teknik dasar kecabangan olahraga, sekarang ini pembelajaran yang mengorientasikan perkembangan kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terpadu. Pembelajaran terbangun ke dalam upaya membangun belajar siswa, dengan orientasi-hasil mengembangkan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Modal belajar siswa diarahkan untuk membangun daya nalar, kemampuan sikap, dan keterampilan motorik siswa.Keempat, pendidikan jasmani masa lalu menekankan pada “bagaimana ke mengapa” siswa melakukan tugas belajar gerak atau aktivitas jasmani, atau permainan/olahraga, sekarang pembelajaran memprioritaskan pada “mengapa ke bagaimana” siswa melakukan tugas belajar gerak, permainan, atau olahraga. Para siswa lebih diarahkan untuk berpartisipasi dan belajar terlebih dahulu, dilanjutkan dengan memahami dan mengetahui cara bagaimana tugas gerak, permainan, atau olahraga itu ditampilkan. Kelima, proses pembelajaran berada dalam kemampuan guru mencipta situasi belajar secara sengaja, menstrukturisasi lingkungan belajar sehingga bermakna, bertujuan, dan berkontekstual dengan kebutuhan siswa. Guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan perlu mahir mencipta situasi belajar gerak/permainan dan/atau olahraga secara sengaja. Upaya pemahaman lebih lanjut tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani masa lalu dan kini dibahas melalui uraian-uraian paragraf selanjutnya pada bab pendahuluan ini.Catatan penting:Pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memerlukan pergeseran paradigma berpikir dari orientasi belajar olahraga menjadi mengorientasi belajar siswa.Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 3A. Keragaman Produk dan Proses Pembelajaran Pendidikan Jamani1. Keragaman Produk Pembelajaran Pendidikan JasmaniPelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah mengalami dinamika unik dan bergeser pada wujud aliansi dengan olahraga, kesehatan, rekreasi, dan bahkan kini terkesan kuat sebagai bentuk sosialisasi olahraga. Aliansi ini telah berdampak pada proses belajar-mengajarnya meluas, meskipun menyebabkan pada kehampaan makna belajar siswa, dan berujung pada rendahnya kualitas pendidikan jasmani sebagai proses pendidikan. Indikasi ini terjadi ketika pembentukan perubahan perilaku yang diinginkan, sebagai akibat dari pembelajaran gerak yang disituasikan itu, mengarah pada pembentukan olahraga siswa dalam wujud sosialisasi olahraga. Tekanan kuat dari gerakan sosialisasi olahraga ke dalam lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan menyebabkan nama pendidikan jasmani bermakna olahraga kesehatan, olahraga rekreasi, olahraga prestasi, dan tentu olahraga pendidikan. Pendidikan jasmani menjadi berbaur dengan olahraga dan kesehatan, dengan arah yang mengerucut pada bentukan sosialisasi olahraga.Derasnya gerakan sosialisasi olahraga menggeser makna pendidikan jasmani menjadi pendidikan olahraga, dan bisa juga pendidikan kesehatan/rekreasi, atau bahkan menjadi olahraga prestasi. Pemikiran majemuk tentang pendidikan jasmani terjadi dan tercermin ke dalam orientasi pembauran pendidikan jasmani, olahraga rekreasi/kesehatan, dan tentu olahraga prestasi. Dalam kaitan ini, sebaiknya sekolah melalui dukungan kebijakan kepala sekolahnya mengembangkan tiga program pendidikan jasmani, ke dalam 1) pembelajaran dengan orientasi pada proses belajar dilakukan di kegiatan intrakurikuler; 2) pembelajaran partisipatif dengan orientasi penggunaan waktu luang siswa di kegiatan ekstrakurikuler; dan 3) pembelajaran yang lebih bersifat pelatihan kecabangan olahraga dengan orientasi SHQDPSLODQÀVLNDOWLQJNDWtinggi untuk kemenangan dan prestasi di suatu cabang olahraga, dan diperuntukkan bagi siswa yang berbakat, berminat, dan memiliki potensi kuat untuk menjadi tunas-tunas olahragawan berbakat. Ketiga program ini perlu diposisikan di sekolah dan perlu berada dalam pemilahan yang jelas dan karakter jati diri dan orientasi yang tegas sesuai dengan landasan tujuannya.2. Keragaman Proses Pembelajaran PendidikanManakala pendidikan jasmani bermakna proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan/atau olahraga untuk peraihan tujuan-tujuan pendidikan, pendidikan jasmani menjadi alat untuk pencapaian cita-cita pendidikan. Aktivitas jasmani yang dalam berbagai 4 Kelas IX SMP/MTs spektrumnya meluas pada penafsiran permainan, bermain, gerak badan, dan olahraga kecabangan, dimanfaatkan guru pendidikan jasmani untuk mendidik dan mengedukasi siswa melalui belajar tugas gerak \DQJEHUPDNQDDJDUEHUNHPEDQJVHFDUDXWXKGDULVHJDODSRWHQVLÀVLNDOpikiran, emosi, sosial, dan spiritual siswa. Kegiatan mendidik diarahkan agar siswa mampu mengenali tubuhnya, mengenali identitas geraknya, mengantarkan siswa yang mandiri dan sejahtera karena kepemilikan tubuhnya. Meluasnya tataran aktivitas jasmani ke dalam pemanfaatan proses pendidikan menimbulkan proses belajar siswa meluas ke dalam tataran belajar ke dalam gerak, belajar tentang gerak, dan belajar melalui gerak. Bahkan, manakala gerak diterjemahkan sebagai olahraga, spektrum belajar menjadi makin meluas, menjadi belajar ke dalam olahraga, belajar tentang olahraga, dan belajar melalui olahraga. Spektrum belajar mulai dari belajar ke dalam gerak, belajar tentang, dan belajar melalui gerak menjadi belajar ke dalam, tentang, dan melalui olahraga. Ketiga lapisan spektrum belajar ini pun terpancarkan kembali dalam wujud belajar kontekstual dari pengalaman gerak yang dilakukan dalam pengembangan NRPSHWHQVLEHODMDUNRJQLWLIUHÁHNWLIEHODMDUDIHNWLIHPRVLRQDOEHODMDUsosial-terkait motorik, dan tentu belajar gerak. Spektrum belajar ini kemudian masing-masing memosisikan peran perilaku guru dalam konstalasi implicit learning (guru membelajarkan), perilaku siswa dalam konstalasi explicit learning (belajar yang sudah ada ditunjukkan siswa), interaksi guru dan siswa dalam konstalasi intuitive learning (belajar yang tercipta dari jarak dan kedekatan kompetensi guru mengajar dan kapabilitas siswa belajar); dan aspek yang ingin dikembangkan berada dalam konstalasi situated learning, yaitu belajar yang disituasikan dalam koridor belajar ke dalam gerak, belajar tentang gerak, belajar dari gerak, dan belajar melalui gerak. Belajar menjadi berada dalam lapisan, belajar ke dalam, tentang, dan melalui gerak manusia atau olahraga ini, terkait dengan belajar VHFDUDNRJQLWLIUHÁHNWLIGLPDQIDDWNDQXQWXNPHQJHPEDQJNDQkemampuan pengetahuan siswa, belajar afektif-emosional dimanfaatkan untuk pengembangan sikap, belajar sosial, dan tentu belajar motorik dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan motorik siswa. Konstalasi di antara lapisan belajar dan ragam belajar itu sangat ditentukan oleh bagaimana perilaku dan ucapan verbal dari setiap perilaku guru, dalam perannya sebagai teacher-learner, perilaku siswa dalam perannya dalam menampilkan belajar (explicit learning), interaksi guru dan siswa dalam menumbuhkan belajar intuitif, serta aspek yang ingin dikembangkan dari interaksi guru dan siswa secara bermakna, bertujuan, dan berkontekstual dengan kebutuhan siswa. Pesan isi dan muatan pengajaran apa yang perlu disampaikan guru sehingga kemudian Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 5muncul dalam bentuk model, pendekatan, strategi atau metode pengajaran yang relevan dengan tujuan. Guru perlu memiliki seperangkat kompetensi agar tujuan dapat tercapai. Melalui kemampuan guru mengajar terbentuk struktur warga pembelajar. Guru bersama-sama dengan siswa membangun bahtera belajar-mengajar yang bermakna bagi kemakmuran dan kesejahteraan siswanya kelak.B. Makna Hakiki Pendidikan JasmaniPendidikan jasmani perlu bermakna pendidikan, yang membangun belajar siswa dalam pengembangan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan-motorik siswa melalui berbagai ragam pengalaman aktivitas jasmani. Proses belajar tercipta karena kemampuan guru pendidikan jasmani mencipta belajar siswa ke arah pengembangan Catatan penting: Penggabungan pendidikan jasmani dengan olahraga menghasilkan ragam olahraga kesehatan, rekreasi, prestasi, dan olahraga pendidikan, yang dipengaruhi oleh spektrum belajar dalam konstalasi implicit learning, explicit learning, intuitive learning, dan situated learning.Sumber: Dokumen KemdikbudGambar 1. Konstalasi belajar dalam kedudukan perilaku guru, perilaku siswa, interaksi guru dan siswa dan aspek yang dikembangkan BelajarAfektif-EmosionalBelajarke dalamTentang gerakBelajarBelajarMelalui gerak BelajarSosialBelajarKognitif-5HÁHNWLIPerilaku GuruPerilaku SiswaExplicitLearningAspek yang dikembangkanSituated LearningImplicit LearningInteraksi Guru-siswaIntuitive LearningBelajarGerak6 Kelas IX SMP/MTs kompetensi gerak siswa. Proses belajar siswa harus mengesankan dan mencerahkan siswa, sehingga siswa mendapatkan sejumlah pengetahu-an, kekayaan sikap, dan berkembangnya motorik yang bermakna, bertujuan, dan berkontekstual dengan kebutuhan siswa. Pengalaman belajar gerak itu mengantarkan siswa memahami tubuh dan mengenali potensi geraknya, mengembangkan potensi siswa secara utuh melalui berbagai pengalaman belajar gerak yang berstruktur menuju kecakapan gerak-tubuh yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Tubuh dalam identitas geraknya itu memudahkan diri siswa, para siswa menjadi pandai membawakan tubuhnya, tubuh dalam potensi geraknya itu tidak menyulitkan diri siswa, tubuh dalam potensi geraknya itu membekali GLULVLVZDSDGDNHPDQGLULDQGDQNHVHMDKWHUDDQÀVLNDOGHQJDQKDUDSDQberdampak pada kesejahteraan mental/pikiran, sosial, dan bahkan sejahtera spiritual ketika siswa mampu dan pandai mengambil makna kontekstual dari pengalaman belajar geraknya terhadap kenyataan sistem kehidupan sehari-hari menuju kualitas hidup yang lebih baik. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani sebagai upaya untuk membangun kemandirian dan kesejahteraan hidup manusia. Suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk hidup manusia. Pendidikan jasmani terambil dari keinginan untuk menghubungkan manusia dengan lingkungannya melalui gerak. Konsep jasmani dalam kepemilikannya menghubungkan dirinya dengan lingkungannya. Jasmani dalam potensi geraknya itu membantu, memandirikan, dan menyejahterakan dirinya. Sebagai contoh, ketika siswa berjalan kaki memasuki lingkungan sekolah, gerak berjalan kaki itulah yang menghubungkan diri siswa dengan lingkungan sekolahnya. Lebih lanjut, karena keikatan antara jasmani dan rohani, pendidikan jasmani tidak hanya membina jasmani, tetapi juga bersinggungan dengan dimensi pikiran, mental, dan sosial siswa, atau bahkan spiritual siswa, pendidikan jasmani sering disebut pula sebagai proses pendidikan yang membangun manusia seutuhnya. Pendidikan menyeluruh dan utuh ini identik dengan pendidikan ÀWUDKPDQXVLDVXDWXSURVHVPHQGLGLN\DQJPHPEDQJXQEHODMDUsiswa, termasuk pengembangan kemampuan pengetahuan, sikap dan NHWHUDPSLODQSDUDVLVZD3HQGLGLNDQÀWUDK\DQJGLPDNVXGDGDODKSHQGLGLNDQ\DQJPHQMDJDPHPHOLKDUDGDQVHNDOLJXVPHPEDQJXQÀWUDKmanusia sebagai makhluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani, mental, sosial, dan spiritual. Pendidikan jasmani adalah pendidikan untuk hidup, yaitu pendidikan yang membekali kecakapan gerak untuk hidup. Pengalaman belajar gerak membekali segala keperluan gerak siswa kini dan nanti. Karena itu, pendidikan jasmani disebut pula sebagai upaya pendidikan yang meliterasi gerak siswa. Pengalaman belajar gerak yang dilakukan siswa menimbulkan kemauan dan kesediaan serta kesetiaan Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 7siswa untuk hidup aktif bergerak di sepanjang hayatnya. Keaktifan bergerak sepanjang hayat mengantarkan siswa pada keadaan sehat, bugar, dan mandiri serta sejahtera. Pendidikan jasmani bermaksud meliterasi gerak siswa dan membangun partisipasi dan belajar siswa untuk mengembangkan cerdas jasmani sehingga berdampak pada cerdas rohani, cerdas mental, cerdas sosial, dan cerdas spiritual. Sebuah pendidikan untuk hidup yang PHPHOLKDUDNHÀWUDKDQVLVZDGDQPHPEHNDOLNHFDNDSDQJHUDNVLVZDPengalaman belajar gerak membangun pada tercapainya kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini dapat dicapai akibat dari kepahaman dan kesediaan bergerak aktif sehat dan bugar di sepanjang hayat siswa. Pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani menjadi terbagi dua, pertama pembelajaran yang membangun olahraga siswa, dan kedua pembelajaran yang membangun belajar siswa yang mengantarkan pada kualitas hidup lebih baik melalui mediasi aktivitas jasmani yang terpilih.C. Pendidikan Jasmani Membangun Olahraga SiswaPendidikan jasmani terkait proses pembelajaran yang membangun pada olahraga siswa dicirikan oleh kentalnya proses belajar-mengajar terarah pada siswa mengusai berbagai bentuk teknik dasar kecabangan olahraga. Olahraga lebih bermakna sebagai tujuan daripada sebagai alat pendidikan. Olahraga sebagai tujuan termaknai pula ke dalam bentuk pendidikan olahraga, yaitu pendidikan ke dalam olahraga, terutama dalam naungan sebagai bentuk sosialisasi olahraga atau memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Gerakan membangun olahraga pada kalangan siswa makin menguat ketika secara politis diluncurkan kebijakan untuk membangun olahraga di setiap segmen masyarakat. Gerakan politik terhadap olahraga telah mengantarkan pada pemahaman olahraga masuk ke dalam lingkungan persekolahan.Ciri lain dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani yang membangun olahraga siswa adalah pembelajaran menjadi lebih bersifat pelatihan atau pengulangan dan pembiasaan, karena memang tingginya tuntutan pada penguasaan berbagai teknik dasar kecabangan olahraga. Olahraga pun diasumsikan kuat sebagai alat untuk mempromosikan dan Catatan penting:Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah proses pendidikan melalui jasmani yang membangun belajar siswa untuk pengembangan kompetensi gerak-tubuh siswa.8 Kelas IX SMP/MTs mencitrakan sekolah sebagai lembaga pendidikan populer yang mudah dikenali oleh masyarakat. Gerakan olahraga di lingkungan persekolahan telah pula dimaknai dalam keluasannya sebagai bentuk dan upaya mengantarkan siswa sehat dan bugar, siswa merasakan kenikmatan dan kesenangan karena bergerak, atau siswa berkembang ke arah karakter yang posistif karena pengalaman berbagai cabang olahraga yang disengaja. Membangun olahraga siswa, seperti ini, lebih tampak dan diminati oleh masyarakat baik masyarakat umum maupun masyarakat sekolah. D. Pendidikan Jasmani Membangun Belajar SiswaMembangun belajar siswa adalah orientasi yang dicapai pendidikan jasmani, yang memosisikan olahraga sebagai alat untuk mendidik, dengan cara membangun pembelajaran yang mendidik. Posisi olahraga lebih dimaknai sebagai media untuk peraihan tujuan-tujuan pendidikan. Posisi olahraga sebagai alat pendidikan ini diperkuat ke dalam proses belajar-mengajar yang bermakna, berkontekstual, dan bertujuan. Pengalaman-pengalaman belajar kecabangan olahraga membentuk pada konstruk belajar siswa yang mengembangkan pada kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan motorik siswa. Pengajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK) yang membangun belajar siswa dicirikan oleh pertamaDGDQ\DEHODMDUVHFDUDUHÁHNWLIkognitif atas peristiwa dalam belajar permainan kecabangan olahraga dikembangkan untuk membentuk kekayaan khasanah pengetahuan siswa, baik tentang gerak, permainan, atau tentang dan melalui olahraga. Pembelajaran mengutamakan pada pengembangan daya nalar siswa untuk membentuk pengetahuan tertentu pada diri siswa. Kekuatan menginterpretasi atau menganalisis pola gerak, pandai memosisikan diri ketika bermain sepakbola, mengenali ruang dan waktu ketika berada di lapangan adalah ciri-ciri siswa yang pandai mengembangkan daya UHÁHNWLINRJQLWLIQ\DKedua, belajar sikap-terkait motorik, yaitu belajar terjadi akibat dari siswa mengalami interaksi sosial dan berkomunikasi sosial dengan sesama temannya yang membangun pada sikap disiplin, peduli, menghargai/menghormati, toleransi, tanggung jawab, dan sejumlah sikap sosial positif lainnya. Belajar sikap-terkait motorik pun diharapkan Catatan penting:Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang membangun olahraga siswa terilhami dari konsep sosialisasi olahraga dengan proses penguasaan dan pengembangan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang olahraga.Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 9dapat berdampak pada pengembangan kemampuan siswa mengambil hikmah-spiritual dari pengalaman-pengalaman belajar olahraganya. Ketiga, belajar secara motorik dapat diarahkan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan-motorik siswa dalam menjalani tugas kehidupannya. Proses pembelajarannya berada dalam bentuk belajar siswa melalui kegiatan pengalaman-pengalaman belajar gerak atau olahraga. Proses dan praktik pedagogiknya membangun keutuhan potensi siswa. E. Pendidikan Jasmani Membangun Olahraga dan Belajar SiswaAliansi pendidikan jasmani dan olahraga terbangun ke dalam konsep pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga. Ini berarti berada dalam dua makna, yaitu pertama, pendidikan melalui olahraga dan pendidikan ke dalam olahraga atau dengan perkataan lain “olahraga untuk belajar” dan “belajar untuk olahraga”. Pertautan di antara keduanya seakan “sama tapi tak serupa”, tetapi dapat dikatakan “serupa tapi tak sama.” Ketika siswa mau melakukan kegiatan olahraga, memang diperlukan siswa menguasai teknik dasar atau penguasaan keterampilan dasar cabang olahraga itu. Penguasaan teknik dasar atau keterampilan dasar itu berarti pendidikan olahraga, tetapi pada saat yang bersamaan fungsi pendidikan jasmani pun ingin diperagakan melalui istilah olahraga pendidikan. Inilah pertautan yang sering dipersamakan. Di dalam proses makin tidak jelas, terlebih lagi, adanya keterbatasan gerak (akibat dari lemahnya kompetensi gerak siswa karena hypokinetik), yang mengganggu upaya siswa menampilkan teknik dasar sehingga meniscayakan kehampaan belajar siswa dalam menampilkan permainan atau teknik dasar olahraga. Kehampaan belajar siswa pun seakan terkuak lebih dalam ketika konsep yang harus dibangun mengarah kepada “siswa mengadaptasi olahraga” daripada “olahraga mengadaptasi siswa”. Belajar tentang olahraga dan belajar melalui olahraga menjadi tidak kokoh muncul dalam situasi dan kondisi yang mestinya dapat disituasikan secara sengaja. Situasi belajar siswa menjadi sangat sukar terbangun dan lebih terkesan menjadi situasi dan kondisi belajar olahraga dalam batas gerak Catatan penting:Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang membangun EHODMDUVLVZDWHULOKDPLGDULÀOVDIDWSHQGLGLNDQGHQJDQSURVHVpenciptaan struktur belajar siswa yang bermakna, bertujuan, dan berkontekstual dengan kebutuhan siswa.10 Kelas IX SMP/MTs yang dimiliki siswa. Bahkan, sangat mungkin terjadi dalam situasi sekadarnya saja. Guru pendidikan jasmani menjadi perlu mencipta situasi belajar siswa yang memperhatikan kapabilitas gerak siswa, mengenal sarana dan prasarana, mengendalikan waktu dan ruang gerak yang dimiliki. Daya kompetensi keguruannya perlu ditunjukkan dalam pengelolaan kapabilitas gerak siswa, sarana dan prasarana, waktu dan ruang gerak sedemikian rupa sehingga tercipta situasi belajar siswa yang berstruktur bermakna atau berhikmah, bertujuan, dan berkontektual dengan kebutuhan siswa. Pengalaman-pengalaman belajar gerak yang dilakukan siswa menumbuhkan pemahaman dan pengenalan terhadap potensi tubuh dan identitas geraknya.Munculnya tarik-menarik kepentingan dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah, sesungguhnya mata pelajaran pendidikan jasmani perlu terbagi ke dalam tiga program sekolah, yaitu pertama, program pembelajaran (instructional). Suatu program pembelajaran murni pendidikan jasmani, sifatnya lebih menekankan pada proses belajar siswa. Kedua, program olahraga rekreasi dan kesehatan, suatu program yang lebih menekankan pada upaya rekreatif-penggunaan waktu luang siswa di sore hari dengan mengambil inisiatif untuk sebuah partisipasi di waktu luang siswa. Ketiga, program pembinaan klub olahraga sekolah. Suatu program yang menyiapkan tim olahraga sekolah untuk mempromosikan sekolah melalui suatu proses pembinaan dan pelatihan secara berstruktur kepada para siswa yang berminat, berbakat, dan berpotensi menjadi atlet-atlet kebanggaan sekolah. Ketiga program ini semestinya ada pada setiap sekolah manakala sekolah mengembangkan olahraga pendidikan, olahraga kesehatan dan rekreasi, dan olahraga prestasi. Dari ketiga program tersebut seyogyanya muncul profesi-profesi baru terkait olahraga, selain profesi sebagai guru olahraga di sekolah.F. Menegaskan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan sebagai Proses Pendidikan1). Penegasan sebagai proses pendidikan.Pengajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mengutamakan pada keterjadian belajar siswa. Belajar melalui dan tentang gerak atau olahraga sangat diprioritaskan. Pengalaman belajar Catatan penting:Pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dengan dua orientasi, yaitu olahraga dan belajar siswa menumbuhkan dualisme yang saling tarik menarik kepentingan.Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 11siswa dicipta karena guru pendidikan jasmani berhasil menata fasilitas, peralatan, ruang, waktu dan kapabilitas gerak berada dalam bahtera belajar-mengajar yang bermakna, bertujuan, dan berkontekstual dengan kebutuhan siswa. Belajar siswa yang tercipta itu pun menyentuh, menggugah, dan mengembangkan potensi pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Pendidikan jasmani dalam keragaman konsep dan tujuannya dibaurkan dengan pemaknaan belajar dalam spektrumnya, menyebabkan arah dan tujuan pendidikan jasmani menjadi meluas menyentuh semua dimensi yang melekat pada diri siswa, baik keadaan jasmani, rohani, mental, sosial, maupun spiritualnya. Pemaknaan arah yang meluas ini GLGDVDULROHKNHLNDWDQGLPHQVLÀVLNDOGHQJDQGLPHQVLSLNLUDQMLZDVLVZD,QLEHUDUWLGDSDWODKPXGDKGLSDKDPLEDKZDNHWLNDÀVLNGLJHUDNNDQsebenarnya pada saat yang bersamaan menyentuh pula dimensi pikiran, mental, sosial, dan bahkan spiritual. Namun demikian, arah orientasi ini sangat bergantung pada aspek apa yang akan dikembangkan oleh guru kepada siswa. Pengajaran pendidikan jasmani sesungguhnya adalah kegiatan merancang dan menyajikan tugas belajar gerak dan/atau olahraga, yang secara sengaja disituasikan sehingga terbentuk belajar siswa. Tugas pengalaman belajar gerak dan atau olahraga itu berhikmah, bermanfaat, dan berkontekstual dengan kebutuhan siswa baik kini maupun masa mendatang. Belajar yang disituasikan secara sengaja itu menyebabkan tumbuhnya belajar siswa, yang membangun dan mengembangkan EHODMDUNRJQLWLIUHÁHNWLIVLVZDEHODMDUDIHNWLIHPRVLRQDOVLVZDEHODMDUsosial siswa, dan belajar motorik siswa. Tujuan utama yang harus diciptakan guru adalah belajar siswa dalam spektrum pengembangannya itu sehingga mendapatkan keluaran sesuai dengan aspek yang ingin dikembangkan guru. Secara sistem perancangan dan penyajian tugas belajar gerak adalah input, belajar siswa dalam spektrumnya adalah proses, dan kondisi sehat bugar, karakter, menguasai teknik dasar, riang/gembira, serta berkompetensi gerak adalah output dari suatu proses belajar siswa (Gambar 4).Pengajaran pendidikan jasmani yang membentuk dan sekaligus membangun belajar siswa itu terjadi akibat dari rancangan tugas belajar gerak yang disajikan dengan cara-cara pedagogis sehingga membentuk struktur belajar yang bermakna, bertujuan, dan berkontekstual. Pendidikan jasmani membangun belajar siswa tercipta dari kemampuan guru dalam mempertimbangkan kapabilitas gerak siswa, ketersediaan fasilitas dan peralatan, pengaturan ruang dan waktu yang ada melalui cara-cara pedagogis sehingga siswa mendapatkan belajarnya berhikmah dan berkesan baik sebagai akibat dari pengalaman belajar gerak yang dilakukannya.Next >