< Previous PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 108 Demodulasi sinyal FM dengan diskriminator rasio D2U1U2U Gambar 6.15. Demodulator FM model diskriminator rasio Untuk mendapatkan kembali tegangan modulasi dari modulasi frekwensi dengan menggunakan pergeseran sudut fasa antara tegangan primer dan skunder dari suatu transformator yang ditala, sudut fasa ini adalah fungsi dari frekwensi dan dengan mengaturnya hingga komponen komponen jumlah phasor dan selisih phasor dari teganga primer dan skunder dimasukkan kedua buah detektor selubung yang keluarannya kemudian digabungkan, secara prinsip dijelaskan sebagai berikut : U3 sepasa dengan U1 Saat resonansi fr = 10,7 MHZ U1 dan U2 bergeser pasa = 900 , Saat frekuensi lebih besar atau kecil dari fr maka pergeseran pasa antara U1 dan U2 lebih besar atau lebih kecil dari 900 UD2U2__2 D2U2__2 UD2 Gambar 6.16. Sudut demodulator diskriminator Tetapan waktu demodulasi C3 , R1 T = 3 s sampai dengan 6 s ( mono ) dan T = 1 s sampai dengan 3 s ( stereo ) PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 109 Pembatas amplitude Gambar 6.17. Pembatas amplitudo U1U2 Gambar 6.18. Rangkaian demodulator FM pembatas amplitudo Pembatasan dilakukan oleh C5. Pada tahanan R3 dan R4 terdapat tegangan arus searah yang besarnya tergantung tegangan IF , tegangan ini mengisi C5 . Jika terdapat gangguan ( Gangguan AM ), dioda D1 dan D2 mencoba terus mengisi C5 Dengan demikian resonator L2 dan C2 TEREDAM KUAT dengan begitu gangguan terkurangi . Jika sinyal IF mengecil , kedua dioda mati (revers) disebabkan tegangan C5 , dengan demikian resonator sedikit teredam . Tetapan waktu pembatas TB = 100 mS - 500mS . Tegangan pada C5 dapat digunakan sebagai penampil kuat penerimaan. PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 110 Deemphasis Gambar 6.19. Proses Deemphasis a. Preemphasis b. sebelum deemphasis c. de emphasis Untuk memperbaiki jarak desis dengan sinyal Af , maka sinyal frekuensii tinggi 1 kHz - 20kHzpada pemancar diangkat sekitar + 12 dB (pre emphasis) gambar a. Desis terjadi pada frekuensi tinggi (lebih besar dari 1 kHz) (gambar b). Dalam radio penerima , setelah diskriminator (demodulator) dirangkai rangkaian R.C untuk menekan sinyal frekuensi tinggi (1 kHz - 20 kHz) sehingga tanggapan frekuensinya secara keseluruhan menjadi DATAR . Dengan tertekannya sinyal terpakai maka sinyal desispun akan tertekan lebih jauh. DISKRIMINATORFMF Gambar 6.20. Rangkaian deemphasis Rangkaian RC merupakan rangkaian pelalu bawah dengan tetapan waktu deeemphasis TE = 50 s. PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 111 Demodulasi sinyal FM dengan demodulator Koinzidenz Diinginkan penggunaan rangkaian LC sedikit mungkin, karena berkembangnya pembuatan rangkaian terpadu IC. Gambar 6.21. Demodulator Koinzidenz Resonator ditala pada 10,7 MHz untuk mem-bangkitkan tegangan sinus karena sinyal FM yang telah dibatasi menjadi kotak. C1 harganya sangat kecil untuk menimbulkan PERGESERAN pasa Q = 900 pada frekuensi10,7 MHz. T1 sampai T4 dikendalikan ( dibias ) dengan tegangan IF KOTAK , Pada basis 15 dan 16 terdapat tegangan SINUS. T2T3T6 Gambar 6.22. Rangkaian Demodulator Koinzidenz yang pada 10,7 MHZ bergeser pasanya 900 PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 112 t3t4 Gambar 6.23. Gambar 6.24. Gambar 6.25. PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 113 Dari t1 - t3 , transistor T1 dan T4 HIDUP transistor T2 dan T3 MATI . Dari t1 - t2 transistor 15 HIDUP ( U2 positif ). maka pada R1 mengalir arus . Jika U2 negatif ( t2 - t3 ) transistor T6 HIDUP mengalir arus melewati R2 dan T4 . Pada t2 polaritas U3 BERUBAH Saat t3 , U1 berubah polaritasnya T2 dan T3 menjadi HIDUP . T6 disebabkan U2 tetapHIDUP maka mengalir arus lewat R1 dan T3sehingga polaritas U3 BERUBAH .Demikian seterusnya setelah pelalu bawah didapat U4 .Saat f < 10,7 MHz atau f > 10,7 MHz pergeseran pasa U1 dan U2 berubah Demodulasi sinyal FM dengan diskriminator PLL Diskriminator PLL adalah suatu demodulator dengan sebuah lingkaran pengunci pasa. PLL = Phase - Locked - Loop ( lingkaran pengunci pasa ) . GVCOPEMBANDING FASA Gambar 6.26. Demodulasi sistem PLL VCO ( Voltage Controlled Oscillator = Osilator yang frekuensinya dikontrol tegangan ). Dikendalikan oleh U3 . Keluaran U2 dibandingkan dengan U1 dalam pembanding pasa , jika frekuensinya tidak sama maka pembanding pasa , jika frekuensinya samamaka keluaran pembanding pasa terdapat TEGANGAN yang sesuai dengan pergeseran pasa. Tegangan ini difilter dengan pelalu bawah digunakan untuk mengontrol VCO. Pengontrolan sampai diperoleh frekuensi yang sama . GVCOPEMBANDING FASA Gambar 6.27.Blok PLL U1 adalah sinyal frekuensi antara FM .Osilator bergetar dengan frekuensi 10,7 Mhz .Saat fIF = 10,7 Mhz, tidak terdapat perbedaan geseran pasa, sehingga U3 NOL. Ketika fIF menyimpang dari frekuensi 10,7 Mhz, misalnya mengecil , maka akan terbangkit tegangan U3. Tegangan ini sesuai dengan PERUBAHAN FREKUENSI IF , dengan demikian sinyal IF telah termodulasi . PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 114 Gambar 6.28. Kurva diskriminator ( kurva S ) VARFG Gambar 6.29. RF generator diatur frekuensinya dari 10,5 MHz sampai 10,9 MHz maka akan didapat kurva tegangan jumlah sebagai berikut . Gambar 6.30. Kurva IF FM PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 115 Pada titik A akan diperoleh suatu kurva S terdiri dari harga tegangan positif dan negatif yang disebut kurva diskriminator . 7 Gambar 6.31. Sinyal hasil demodulasi FM Kurva ini terjadi dari tegangan perbedaan antara UD1 dan UD2 . Pada penalaan yang benar , saat f = 10,7 MHz tegangan perbedaannya harus sama dengan NOL. Dekoder Stereo Untuk memperoleh kembali sinyal kanan dan kiri, pada pesawat penerima setelah demodulator dipasang Dekoder stereo fungsi dari dekoder stereo adalah memisahkan sinyal multiplex menjadi sinyal kiri dan kanan. LRTUNERDEMODULATORDEKODER Gambar 6.32. Blok dekoder stereo sebelum penguat Ada beberapa cara dekoder stereo dalam memisahkan antara sinyal kiri dan kanan masing masing adalah : a. Dekoder Matrik PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 116 2f2fMATRIK Gambar 6.33. Blok dekoder matrik L+U0180UU-( Gambar 6.34. Matrik tahanan UL + UR + (UL - UR) = 2 UL UL + UR - (UL - UR) = 2 UR b. Dekoder saklar : f2f Gambar 6.35. Blok dekoder saklar PEREKAYASAAN SISTEM RADIO dan TELEVISI 117 Sinyal multipleks stereo tidak dibagi-bagi, tetapi langsung diletakkan dalam saklar elektronika, yang dihubungkan dalam irama pembawa bantu stereo (38 kHz). T1T2 Gambar 6.36. Saklar elektronika Transistor T1 dan T2 hidup dan mati bergantian dalam irama 38 kHz. Sinyal multipleks yang diletakkan pada basis T3 bergantian pula berada dijalur keluaran. Gambar 6.37. Tegangan-tegangan pada dekoder saklar c. Dekoder saklar PLL Didalam dekoder stereo didapatkan kembali frekuensi pembawa 38 kHz. Posisi pasa antara frekuensi pemancar, yang diberikan malalui sinyal pemandu 19 kHz, dengan frekuensi yang dibangkitkan dalam pesawat radio harus SAMA. maka digunakanlah rangkaian PLL (Phase Locked Loop = lingkaran pengunci fasa) Next >