< Previous 59 Pekerjaan pengukuran jarak terdiri atas : a) Mengukur jarak antara dua titik yang sudah tentu di permukaan tanah. Jadi dalam hal ini kedua titik yang ingin diketahui jaraknya sudah ada/terpasang di lapangan yang biasanya ditandai dengan pal atau patok. b) Mengukur jarak dari suatu titik yang diketahui ke titik lainnya. Dalam hal ini hanya satu titik yang sudah ada/terpasang di lapangan, titik kedua ingin ditentukan tempatnya pada jarak tertentu dari titik pertama. Jadi yang dikerjakan disini dapat disebutkan memasang jarak. Pengukuran jarak tidak langsung atau pengukuran jarak miring; Pada cara ini yang diukur adalah panjang lereng (jarak miring) antara dua titik, untuk memperoleh jarak datar iukur sudut lerengnya (m). Kemudian jarak datar dihitung dengan menggunakan aturan hitungan trigonometri. Pengukuran jarak bisa dilakukan dengan galah (kayu) ukur, rantai ukur, pita ukur ataupun dengan alat ukur jarak optis dan elektronik. Pengukurannya dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Jarak miring AB = A’B’ = L , jarak datar AB = dAB Perhatikan gambar di atas, yang diukur adalah panjang lereng AB, yaitu sebesar L dan sudut lereng AB yang diukur dalam sistem horizon, yaitu sebesar m. Jarak datar antara titik A dan B adalah dAB, 60 menggunakan aturan dalam trigonometri dengan mudah dapat kita lihat bahwa: dAB Cos m = -------- - maka; dAB = L Cos m L Contoh: Pada suatu pengukuran lapangan, hasil pengukuran jarak miring dari titik A ke titik B adalah 32,50 m dan sudut kemiringan lereng dari A ke B 15 °. Berapa jarak datar dari A ke B ?. Jawab: Jarak datar AB = L Cos m = 32,50 Cos 15° = 31,393 m Pengukuran beda tinggi dan jarak optis dilakukan dengan pembacaan bak ukur melalui teropong pada alat ukur Theodolite atau sipat datar dan disebut pengukuran takimetri. Teropong mempunyai dua benang mendatar (stadia) yang dapat digunakan mengukur jarak ke suatu bak ukur yang berdiri tegak dengan faktor perkalian bak sebesar 100. Caranya adalah dengan membaca panjang bak ukur yang dibatasi oleh kedua benang stadia tersebut (ba – bb) serta dengan membaca sudut lerengnya biasanya dalam sistim Zenith (z). 61 Menghitung jarak datar dari alat ukur ke bak ukur adalah: D = 100 (ba - bb) Sin2 z. Jika garis bidik datar atau sudut zenith 90, maka; Sin2 90= 1 sehingga d = 100 (ba - bb) Untuk memperoleh beda tinggi, harus diukur tinggi alat ukur (ta) pada sumbu garis bidik teropong dari muka tanah dan posisi/ tinggi benang tengah (bt) pada bak ukur. Beda tinggi antara tempat alat ukur dengan tempat bak ukur dapat dihitung sebagai berikut; t = 100 (ba - bb) Sin z Cos z + (ta - bt) Untuk mempermudah hitungan sebaiknya bak ukur dibidik pada posisi benang tengah (bt) = tinggi alat (ta), sehingga beda tingginya menjadi; t = 100 (ba - bb) Sin z Cos z 62 3. Refleksi Pengukuran dan perpetaan digital mempelajari tentang alat ukur tanah digital terutama yang digunakan di bidang kehutanan. Materi yang dipelajari mulai dari pengertian dan pengenalan alat ukur digital, deskripsi dan standar kelayakan sampai dengan perawatan alat ukur. Pengukuran dan perpetaan digital juga mengaplikasikan penggunaan SIG dalam bidang kehutanan antara lain untuk pemetaan areal kerja, penataan hutan serta pembukaan wilayah hutan dan bidang kehutanan yang lainnya. 4. Tugas a. Bentuklah kelompok yang berisikan 4-5 peserta didik untuk kemudian membuat makalah kelompok tentang tata cara penggunaan theodolite digital. b. Bentuklah kelompok yang berisikan 4-5 peserta didik untuk kemudian membuat pemetaan batas kawasan lingkungan sekolah kalian menggunakan GPS, theodolite digital dan Total station kemudian bandingkan hasilnya. c. Bentuklah kelompok yang berisikan 4-5 peserta didik untuk kemudian membuat presentasi hasil pengukuran kawasan sekolah menggunakan GPS dan Theodolite digital. 5. Tes Formatif a. Apakah yang dimaksud dengan aplikasi SIG? b. Komponen dalam SIG meliputi apa saja? c. Jelaskan fungsi SIG dalam bidang kehutanan! d. Jelaskan pengertian GPS! e. Sebutkan segmen utama sistem penyusun GPS? f. Jelaskan tata cara pengambilan titik menggunakan theodolit digital! g. Jelaskan prinsip kerja Total station? 63 C. Penilaian 1. Sikap a. Evaluasi proses yang dilakukan selama pembelajaran No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian 1. Sikap a. Terlibat aktif dalam pembelajaran pengukuran dan perpetaan digital b. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok. c. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. d. Jujur dan disiplin dalam mengikuti pelajaran pengukuran dan perpetaan digital e. Tanggungjawab dan responsif terhadap tugas atau pekerjaan yang diberikan kepada peserta didik Pengamatan Selama pembelajaran dan saat diskusi 64 b. Penilaian proses hasil kerja kelompok melalui presentasi dengan menggunakan instrument check list No Elemen yang dinilai Skor 1 2 3 4 1 Bekerjasama dengan kelompok 2 Kemampuan menyampaikan pendapat 3 Kemampuan menanggapi pendapat orang lain 4 Menghargai saran dan pendapat sesama teman diskusi 5 Kemampuan membuat kesimpulan Keterangan : Guru mengisi dengan tanda √ 1. Sama sekali tidak baik 2. Sebagian kecil baik 3. Sebagian besar baik 4. Keseluruhan baik Nilai : (skor/ total skor) x 100 Catatan : Peserta didik dikatakan kompeten bila nilainya : a. 89-99 : sangat baik (kompeten) b. 70-88 : Baik (kompeten) c. 70 < : tidak kompeten 65 2. Pengetahuan No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian 1. Pengetahuan a. Menjelaskan kembali jenis-jenis alat ukur dan perpetaan digital b. Mendiskripsikan tata cara penggunaan GPS c. Mendiskripsikan tata cara penggunaan Theodolite Digital Pengamatan dan tes Penyelesaian tugas individu dan kelompok a. Penilaian terhadap penyelesaian tugas mandiri penggunaan GPS, theodolite atau total station ataupun bersama berupa rangkuman hasil pengamatan aplikasi SIG dalam bidang kehutanan dan ringkasan hasil diskusi. b. Penilaian kognitif secara tertulis 1) Jelaskan peran pentingnya mempelajari pengukuran dan perpetaan dalam pengelolaan hutan! (Skor 20). 2) Sebutkan sistem dan element dalam GPS! (Skor 20). 3) Jelaskan fungsi penggunaan theodolite digital dalam bidang kehutanan (skor 25). 4) Tentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menentukan posisi pohon di lingkungan SMK menggunakan theodolite digital? (Skor 35). Total Skor 100 Nilai : (skor/total skor) x 100 Catatan : Peserta didik dikatakan kompeten apabila nilainya : a) 89-99 : sangat baik (kompeten). b) 70-88 : Baik (kompeten). c) 70 < : tidak kompeten. 66 3. Keterampilan No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian 1. Keterampilan a. Terampil menggunakan GPS untuk menentukan suatu titik b. Terampil mengambil posisi titik menggunakan alat Theodolite Digital c. Terampil menentukan lokasi titik dan poligon menggunakan Total Station Pengamatan Penyelesaian tugas (baik individu maupun kelompok) dan saat diskusi Penilaian terhadap penyelesaian suatu pekerjaan/ tugas yang membutuhkan kemampuan motorik peserta didik ataupun bersama berupa rangkuman hasil pengamatan pengukuran dan perpetaan digital dalam bidang kehutanan dan ringkasan hasil diskusi. 67 Kegiatan Pembelajaran 2. Melaksanakan Pengukuran Areal Hutan Secara Digital A. Deskripsi Penggunaan SIG untuk pemetaan areal hutan merupakan materi yang terkait dengan penggunaan aplikasi SIG bidang kehutanan yang mencakup mulai dari latar belakang penggunaan SIG, pengertian, komponen, data dan informasi yang dibutuhkan dalam SIG bidang kehutanan sampai dengan penggunaan SIG untuk memetakan wilayah kerja bidang kehutanan. Materi yang lainnya adalah tatacara dan penggunaan SIG bidang kehutanan yang meliputi penentuan posisi dan lokasi suatu titik, yang dalam bidang kehutanan bisa saja berupa pal/ patok batas wilayah ataupun penentuan posisi pohon dalam hutan. Aplikasi bidang kehutanan yang lainnya adalah sebagai tambahan informasi untuk mengambil kebijakan pengelola hutan dan manajemen kehutanan dengan dasar informasi yang dapat ditampilkan oleh SIG bidang kehutanan tersebut. B. Kegiatan Belajar 1. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik dapat : a. Mendeskripsikan pengertian dan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). b. Menjelaskan data dan informasi apa saja yang digunakan dalam SIG untuk pemetaan areal hutan. c. Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pemetaan Areal Hutan dan Aplikasi di Bidang Kehutanan lainnya. 68 2. Uraian Materi a. Konsep Sistem Informasi Sumber Daya Hutan Kompleksnya permasalahan dalam pembangunan kehutanan telah menuntut ketersediaan data yang komprehensif, relevan, akurat dan terkini. Sementara itu data kehutanan, khususnya data spatial bukan merupakan data yang statis tetapi selalu berubah. Data tersebut harus diperbaharui secara teratur agar tidak menimbulkan bias pada saat digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Dinamika data kehutanan pada waktu yang lalu kurang mendapat perhatian dalam penyajiannya dan pengintegrasiannya sehingga informasi yang betul-betul komprehensif belum dirasakan oleh pengguna. Dalam proses pembangunan sistem informasi yang berbasis lokasi, proses input data merupakan kegiatan yang paling banyak memakan waktu, biaya dan tenaga. Namun apabila data telah tersusun dalam satu basis data yang lengkap, maka proses pembaharuan, analisa maupun pemetaan dapat dilaksanakan. Dalam rangka menyusun basis data secara efisien dan efektif, perlu diperhatikan dan dikembangkan prinsif “data sharing and exchange” terutama untuk data dasar dan data penting lain. Satu tema dikerjakan secara berkali-kali oleh berbagai institusi berakibat terjadinya duplikasi data sehingga memperumit permasalahan di kemudian hari, sebaliknya siapa membuat layer dan apa harus dipertegas agar tersusun database spasial digital kehutanan yang komprehensif dan dapat diandalkan pemanfaatannya. Hutan tropis merupakan ekosistem dan juga sumber daya alam yang penting, baik secara lokal maupun global. Beberapa fungsi dari hutan tropis adalah: produktif (ekonomis), perlindungan (ekologis), psikologis dan keagamaan, serta wisata dan pendidikan. Luas hutan tropis berkurang dengan sangat cepat selama tiga dekade belakangan ini dan laju kerusakan Next >