< PreviousTeknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 70 16. Tombol START tombol untuk menjalankan mesin berdasarkan pro-gram yang telah tersimpan dalam RAM. 17. Tombol-tombol untuk pemasukan data setiap alamat pemprograman serta untuk pengeditan (perbaikan) program: Tombol angka 0 - 9: Tombol-tombol untuk memasukkan kombinasi angka pada alamat-alamat G/M, X/I, Z/K, T/K/L/T, dan H. Tombol - (tanda minus): Tombol untuk menetapkan arah lintasan, seperti negatif X atau negatif Z. Tombol INP: Tombol untuk menetapkan data alamat yang dima-sukkan. Tombol DEL: Tombol untuk menghapus data per alamat. Tombol REV: Tombol untuk memundurkan kursor blok per blok. Tombol FWD: Tombol untuk memajukan kursor blok per blok. Tombol tanda panah: Tombol untuk memajukan kursor alamat per alamat. Tombol M: Tombol untuk mengaktifkan fungsi M, dan untuk menguji ketepatan data geometris program. 18. Tombol-tombol penggerak eretan secara manual arah relatif dengan motor step: Tombol -X: penggerak eretan arah melintang menjauhi opertor atau mendekati titik sumbu benda kerja. Tombol +X: penggerak eretan arah melintang mendekati operator atau menjauhi sumbu benda kerja. Tombol -Z: penggerak eretan arah memanjang mesin mendekati spindel utama (kepala tetap) atau menjauhi kepala lepas. Tombol +Z: penggerak eretan arah memanjang mesin menjauhi spindel utama (kepala tetap) atau mendekati kepala lepas. 19. Ammeter amperemeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur pemakaian arus berkenaan dengan beban potong (gaya aksial atau gaya radial) yang diterima spindel. Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 71 i. Sistem Sumbu mesin Bubut CNC Pada mesin Bubut CNC dikenal dengan dua gerakan yakni gerakan memanjang dan gerakan melintang. Informasi gerakan eretan mesin arah memanjang atau arah melintang tersebut adalah bertitik tolak dari sistem koordinat, seperti yang telah kita kenal sehari-hari melalui ilmu trigonometri. Gerakan eretan arah memanjang mesin disebut dengan sumbu Z, sedangkan gerakan melintang disebut dengan sumbu X, perhatikan illustrasi pada Gambar 3.7 di bawah ini: CONTROL T.U. CNC-2A D. Panjaitanc- X+ X- Z+ Z Gambar 3.7 Ilustrasi Sistem Sumbu Mesin Bubut CNC Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 72 c. Lembar Tugas SMK .......................... Kegiatan Belajar 3 Pelayanan Manual Lembar Tugas/Evaluasi Jurusan: Mesin Kode: Mata Pelajaran: Teknik Pemesinan CNC Waktu: 45 menit Kelas: XII 1. Jelaskan prosedur penyetelan titik awal puncak mata alat potong terhadap permukaan benda kerja. 2. Isilah tabel data sesuai dengan yang diperlukan. 3. Lakukan pemotongan secara manual untuk mendapatkan 22 mm. Catatan: Untuk bahan Aluminium Otomattis (Torradur B) maksimum Kedalaman pemotongan = 1 mm Penyetelan puncak mata alat potong No. Pembubutan 22 mm X Z F H Keterangan X Z Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bahan Tool: HSS Toll: Carbide Tip Cs = ... mm/min F = … mm/put Cs = ... mm/min F = … mm/put Aluminium … … … … Mild Steel … … … … ... … … … … Direktorat Pembinaan SMK Alat Potong: HSS/Carbide Bahan : Al / MS Nama Pekerjaan: Setting Alat Potong dan Pemesinan secara manual Skala: Digambar: D. Panjaitan 2 : 1 Dilihat: Diperiksa: Disetujui: Waktu: ... (min) Ukuran : mm No. Lembar Kerja: Bu.001 SMK ........................... Jenis Pekerjaan: LEMBAR PENILAIAN: Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 73 Jurusan: Mesin Bubut memanjang secara manual Pencapaian waktu: ... minit Mata Pelajaran: Teknik Pemesinan CNC Nama Siswa: Kelas: XII Dikerjakan tgl.: ... Selesai tgl.: ... Komponen Sub-Komponen Skor Keterangan Standar Pencapaian Metode 1. Langkah Kerja: 3 2. Sikap Kerja: 2 3. Penggunaan Alat 2 4. Keselamatan Kerja: 3 Keterampilan 1. Ketepatan titik nol 15 2. Diameter 22 mm 20 3. Panjang 25 mm 20 4. Kehalusan 10 5. Kesejajaran 15 Waktu 1. Tepat 10 2. Lambat 5 Jumlah: 100 Predikat: ............................., ................. Guru Praktek, .............................................. NIP. ..................................... Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 74 d. Tes Formatif Lengkapilah nama bagian gambar berikut! CONTROL T.U. CNC-2A ........................COMPUTER NUMERICALLY CONTROLCNCD. Panjaitan7. ...6. ...5. ...4. ...3. ...2. ...8. ...1. ... c 1. .................................................. 2. .................................................. 3. .................................................. 4. .................................................. 5. .................................................. 6. .................................................. 7. .................................................. 8. .................................................. Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 75 4. Kegiatan Belajar 4 TEKNOLOGI PEMOTONGAN d. Tujuan Pembelajaran: Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 4 ini, siswa dapat mengidentifikasi, antara lain; 1. Membaca diagram F - t, S - d , dan F - d, 2. Menentukan kecepatan pemakanan, 3. Menetapkan atau memilih jenis mesin perkakas yang akan digunakan, 4. Menjelaskan perbedaan antara akurasi dengan resolusi Uraian Materi Mesin perkakas yang dikendalikan secara numeris harus direncanakan dengan lebih baik, konstruksi harus lebin baik, dan lebih akurat daripada mesin perkakas konvensional. Karena mesin NC memerlukan investasi modal yang relatif besar, maka diharapkan penggunaannya harus efisien. Oleh karena itu perlu untuk meminimalkan waktu pemesinan tanpa beban tanpa pemotongan, gunakan metoda penggantian alat potong cepat, dan minimalkan gerak idel dengan meningkatkan kecepatan lintasan. Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 76 4.1 Kualitas Hasil Pemesinan Pemesinan adalah proses manufaktur (pempabrikan) di mana ukuran, bentuk, atau sifat permukaan dari suatu komponen diubah dengan membuang sebagian bahan. Oleh karena itu, pemesinan adalah suatu proses yang relatif mahal yang sebaiknya digunakan hanya apabila suatu akurasi yang tinggi dan permukaan penyelesaian yang baik diperlukan. Ada lima tipe dasar mesin perkakas yang digunakan dalam pemesinan: mesin bubut, mesin gurdi atau mesin bor, mesin frais, mesin sekrap atau planer, dan mesin gerinda. Empat yang pertama, dikelompokkan sebagai mesin perkakas dasar, di mana penggunaan alat potong harus ditajamkan terlebih dahulu, bentuknya harus dipilih, sementara mata potong pada batu gerinda tidak terkontrol. Operasi pemesinan adalah proses pembentukan beram yang dikerjakan melalui gerakan relatif alat-potong terhadap benda kerja, sebagaimana dilakukan dengan mesin perkakas. Akan tetapi ada juga penyayatan bahan dengan proses kimia, listrik, atau panas sebagaimana dengan proses tak-konvensional seperti ElectroChemical Machining (ECM), Electrical Diascharge Machining (EDM), dan pemesinan laser beam. Biasanya, kondisi pemotongan dalam pemesinan dengan mesin NC bergantung kepada beberapa variabel yang ditetapkan oleh programmer, dan yang mempengaruhi kecepatan penyayatan benda kerja. Variabel-variabel tersebut ialah kecepatan potong dan ukuran yang akan dipotong, yang berkaitan dengan kecepatan dan kedalaman pemakanan. Kecepatan potong (Cutting Speed = Cs) ditentukan sebagai kecepatan relatif antara alat potong dengan benda kerja, dan dinyatakan dalam satuan m/min, atau feet/min. Pada beberapa mesin (misalnya mesin bubut) benda kerjanya yang berputar untuk memberikan kecepatan potong, sementara pada mesin perkakas lainnya (misalnya mesin gurdi dan mesin frais) alat-potongnya yang berputar untuk memberikan kecepatan potong. Pada mesin NC, kecepatan spindel, lebih sering diprogram dari pada kecepatan potong. Kecepatan spindel dihitung oleh programmer berdasarkan kecepatan potong yang Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 77 dikehendaki dan diameter benda kerja atau alat-potong, perhatikan tabel contoh di bawah: Tabel 4.1 Harga kecepatan potong untuk mesin bubut: Bahan Cs – Kecepatan potong(m/min) F – lebar penyayatan (mm/put.) Benda kerja Alat potongMembubut Memotong Membubut Memotong Aluminium otomatis Karbida 150 – 200 60 – 80 0.02 – 0.1 0.01 – 0,02 Tabel 4.2 Harga kecepatan potong untuk mesin frais: Bahan Cs – Kecepatan potong(m/min) Benda kerja Alat potong Aluminium otomatis HSS 44 Baja lunak, Plastik lunak HSS 35 Baja perka-kas, Plastik keras HSS 25 Namun adakalanya informasi tentang kecepatan potong tidak begitu je-las, khususnya untuk kebutuhan praktek sejalan dengan jenis dan kualitas alat potong yang digunakan. Untuk menghindari akan kemung-kinan timbulnya keragu-raguan, digunakanlah suatu ketentuan berdasarkan defenisi kecepatan potong tersebut yakni bahwa kecepatan potong adalah hasil perbandingan terbalik antara keliling lingkaran benda kerja dengan kecepatan spindel. Kedalaman pemotongan (t) ditetapkan sebagai jarak proyeksi alat-potong dari permukaan awal benda kerja yang dinyatakan dalam per seribu inci atau per seratus milimeter. Kedalaman pemotongan menentukan dimensi linier penampang melintang dari bidang ukur yang dipotong. Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 78 Lebar pemakanan/penyayatan (f) merupakan dimensi linier kedua yang menentukan penampang melintang dari bidang ukur yang dipotong. Lebar pemakanan ditetapkan sebagai gerak menyamping antara tool terhadap benda kerja ketika operasi pemesinan. Pada mesin bubut dan mesin gurdi, lebar penyayatan dinyatakan dalam satuan panjang per putaran: inci/ put. atau mm/put. Pada mesin frais, lebar penyayatan ini dinyatakan dalam satuan panjang per gigi: inci/mata pisau atau mm/mata pisau (gigi). Dan pada mesin NC diprogram dalam satuan panjang per minit (inci/min atau mm/min) yang disebut dengan kecepatan pemakanan (F). Kecepatan pemakanan adalah berkenaan dengan kemampuan alat potong dalam menyayat bahan yang dihitung dalam jarak yang ditempuh alat potong ketika melakukan penyayatan bahan dalam setiap satu menit. Dalam operasi pemfraisan, harga kecepatan pemakanan dipengaruhi oleh: 1). Bahan benda kerja, 2). Kondisi mesin, dan 3). Geometri dari mata pisau frais. Di samping itu, suatu hal yang mendasar, yang perlu diingat dalam menetapkan harga kecepatan pemakanan adalah kedalaman pemotongan (t). Semakin besar t, maka semakin kecil harga F (pemakanan), perhatikan diagram F - t di bawah. Pada operasi pemfraisan, kecepatan pemakanan merupakan hasil dari lebar pemakanan kali jumlah gigi (mata pisau) kali putaran per minit. Pada mesin bubut, kecepatan pemakanan adalah hasil kali antara lebar pemakanan dengan dengan putaran spindel. Hasil dari kecepatan, lebar pemakanan (kecepatan pemakanan), dan kedalaman pemotongan yang tepat akan menentukan Volume Penyayatan Bahan (VPB), yang dinyatakan dalam satuan volume per minit. Produktivitas dari suatu mesin selama proses pemotongan adalah sepadan dengan VPB. Kecepatan spindel adalah jumlah perputaran spindel dalam setiap satu menit. Dengan demikian satuan kecepatan spindel ini dinyatakan dalam R.P.M. (Revolution per Minute) atau P.P.M. (Putaran per Minit). Teknik Pemesinan CNC Direktorat Pembinaan SMK (2013) 79 Kecepatan spindel ini dapat dihitung melalui penyederhanaan ketentuan (definisi) di atas, sebagai berikut: C = D x S 1000 s di mana: Cs = Kecepatan potong dalam m/min. D = Diameter pisau frais dalam mm. S = Kecepatan spindel dalam put./min. Catatan: Cs alat potong Carbida adalah 2 s.d. 5 kali Cs alat potong HSS. Perlu diingat bahwa kecepatan potong maksimal yang diizinkan adalah bergantung pada: Bahan benda kerja, Semakin tinggi kekuatan bahan, semakin rendah kecepatan potong. Bahan alat potong, Semakin tinggi kekuatan tarik alat potong yang digunakan, semakin rendah kecepatan potongnya, seperti: Kecepatan potong HSS lebih rendah dari kecepatan potong Carbida. Lebar pemakanan, Semakin besar lebar pemakanan, semakin rendah kecepatan potong. Tebal pemakanan (kedalaman pemotongan). Semakin besar kedalaman pemotongan, semakin rendah kecepatan potong. Kecepatan pemakanan/penyayatan dihitung dengan: a. Untuk mesin bubut: b. Untuk mesin frais: F = f * S F = n * f * S Next >