< Previous 90 Traktor tangan ini mempunyai fungsi ganda, yaitu dapat dipakai sebagai traktor pengolah tanah dan dapat dipakai sebagai penggerak mesin Reaper. Pada tipe ini gerak pisau reaperterhubung langsung ke puli poros transmisi. Dengan demikian setiapkali kopling penegang sabuk diaktifkan akan memberikan reaksi gerak maju roda dan sekaligus gerak pisau pemotong. Gerakkan pisau dapat di-non-aktifkan dengan melepas sabuk puli penghubung ke pisau, hal ini dilakukan saat mesin reaper (transportasi). Saat akan beroperasi, sabuk puli penghubung ke pisau dipasang kembali. Mesin ini tidak memiliki fasilitas gerakan mundur. Gambar 64. Mesin Reaper 4 row Diantara berbagai jenis reaper manual, tipe tarik adalah yang paling ringan dan praktis. Bila dilengkapi dengan rangka pengumpul, alat ini dapat digunakan untuk mengumpulkan padi dalam dua tarikan pemotongan. Jika padi ditanam pada baris yang teratur, kinerja alat ini adalah 1,5 hingga 2 kali sabit. Karena cara pemakaiannya sambil berdiri, maka kelelahan kerja menjadi lebih ringan dibandingkan dengan 91 menggunakan sabit. Mata pisau dapat dipergunakan untuk memanen sekitar 0,1 ha tanpa harus diasah. Ada juga jenis windrower yang dipasangkan di depan traktor tangan, dan digerakkan oleh mesin traktor tangan tersebut. Pisau pemotongnya dapat berupa tipe rotari atau gunting. Selanjutnya, mesin reaper yang memiliki mesin penggerak sendiri dapat dilihat pada Gambar 66. Gambar 65. Mesin Reaper penggerak (mesin) sendiri Cara pengoperasian mesin reaper adalah sebagai berikut : Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya mesin reaper. Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen. Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan. Pemotongan dilakukan se-kaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan terlempar satu tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut. 92 Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan. 2) Mesin Binder Binder bisa memiliki bagian pemotong untuk satu hingga empat alur tanam, tetapi jenis binder dengan dua alur (lebar potong sekitar 50 cm) lebih populer. Semua binder memiliki mesin sendiri (self propelled). Padi yang telah dipotong akan langsung diikat menjadi 1 hinga 2 kg ikatan dan kemudian direbahkan ke satu sisi yang sama. Binder juga dilengkapi dengan alat pengangkat padi, yang dipergunakan untuk menggangkat padi yang rebah sebelum dipotong (Gambar 67). Tali pengikatnya dapat terbuat dari bahan sintetis, serat atau jerami, dll. Tergantung perusahan yang membuatnya. Tali pengikat ini harus ditangani dengan baik dan tidak boleh basah. Ketinggian pemotongan, ukuran ikatan, tingkat kekencangan ikatan dapat diatur. Biasanya binder dilengkapi dengan dua hingga empat kecepatan maju, dan satu atau dua kecepatan mundur. Mesin ini digerakkan oelhe enjin bensin berpendingan air dengan tenaga 3 hingga 5 hp. Bagian pemotong biasanya memiliki pisau tipe cutter bar. Kinerja mesin ini berkisar antara 40 hingga 80 menit per 10 are. Bila banyak padi yang rebah, maka kinerjanya pun akan menurun/terhambat. 93 Gambar 66. Mesin Binder 4 row 3) Mesin Combine Mesin panen combine jenis ini dikembangkan di Jepang. Padi yang dipotong termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan. Gabah hasil perontokan ditampung dalam tangki, dan jeraminya di tebarkan secara acak di atas permukaan tanah. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai (riding type). Lebar pemotongan berkisar antara1,5 hingga 6 meter. Namun yang populer adalah 4 meter. Mesin sebagai sumber tenaga gerak adalah sekitar 25 hp per 1 meter lebar pemotongan. Bagian penggerak majunya adalah menggunakan roda, atau half-track type atau full-track type. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung gabah sementara. Bagian pemotong dari mesin ini adalah hampir sama dengan bagian pemotong dari binder, bagian pengikatnya digantikan dengan bagian perontokan. 95 h. Alat Pasca Panen Kegiatan pasca panen secara umum meliputi proses pemanenan, penyimpanan, pengeringan, dan penggilingan. BPS (1996) menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51%, dimana kehilangan saat pemanenan 9,52%, perontokan 4,78 %, pengeringan 2,13% dan penggilingan 2,19%. Besarnya kehilangan pasca panen terjadi kemungkinan dikarenakan sebagian besar petani masih menggunakan cara-cara tradisional atau meskipun sudah menggunakan peralatan mekanis tetapi proses penanganan pasca panennya masih belum baik dan benar. 1) Mesin perontok padi Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher. Dengan menggunakan pedal tresher maka didapat beberapa keuntungan diantaranya dapat menghasilkan hasil lebih baik juga menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih tinggi , kehilangan bulir yang lebih rendah kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher : Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun, putaran poros pemutar memutar silinder perontok. putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah yang menempel 98 Gambar 70. Lantai jemur gabah 3) Pengering Buatan Flat Bed Dryer : merupakan mesin pengering yang terdiri dari: (1) Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, berbentuk kotak persegi panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah. (2) Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak pengering, dihubungkan dengan cerobong. (3) Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah. 100 Untuk mengukur kadar air secara teliti yang dilakukan sewaktu-waktu petani perlu mempunyai suatu alat "moisture tester" pada usaha pertaniannya. Untuk memperoleh suatu contoh bijian yang mewakili keseluruhan, bahan dalam permeriksaan kadar airnya, maka diambil sedikit bijian dari beberapa tempat dan kemudian campurkanlah (cara ini lebih baik daripada mengambil seluruh contoh dari suatu tempat. Suatu "grain probe" (penara butiran berbentuk tangkai merupakan alat yang memadai untuk mengambil contoh dari bijian). Perlu diingat bahwa kadar air bijian berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang lain dalam suatu alat pengering tipe bak. Beberapa alat pengering mempunyai pembuka khusus untuk memudahkan dalam pengambilan contoh untuk pemeriksaan. Akan tetapi, pemeriksaan contoh bijian dari suatu pengering tipe bak "batch dryer" waktu bijian sedang dikeringkan hanya akan memberikan suatu taksiran dari kadar air tersebut. Cara yang terbaik adalah mencampur secara bersama beberapa contoh bijian waktu alat pengering tersebut dikosongkan kemudian lakukan pemeriksaan terhadap campuran ini, atau pergunakan suatu "grain probe". untuk pengambilan contoh bijian kering pada truk atau lumbung. Gambar 73. Alat pengambilan contoh bijian "grain probe" 101 Persentase kadar air pada bijian yang paling basah menentukan apakah bijian tersebut telah dikeringkan sampai suatu tingkat yang aman. Untuk mendapatkan suatu contoh yang mewakili bijian yang dikeringkan dalam suatu lumbung tempat penyimpanan, harus dilakukan dengan cara mengambil tiga buah contoh dalam jumlah yang kecil, satu pada bagian atas. Yang kedua di bagian tengah, dan satu lagi dekat bagian bawah. Ketika bijian sedang dikeringkan dalam tempat penyimpanan, perlu diadakan pengambilan contoh bahan lagi untuk menentukan contoh hasil pengeringan. Suhu 110°F adalah suhu paling tinggi yang dianjurkan bagi bijian untuk dijadikan benih ("seed grain") dan suhu 140°F untuk bijian yang dijual untuk keperluan konsumsi. Suhu 180°F sampai 220°F dapat digunakan bagi bijian yang diperuntukkan bagi makanan ternak. 4) Tempat penyimpanan hasil panen Penyimpanan adalah tindakan pengamanan barang (dalam hal ini komoditas pertanian) yang karena sesuatu keadaan atau tujuan harus ditahan untuk beberapa waktu sebelum dijual, didistribusikan atau diproses lebih lanjut. Tujuan penyimpanan secara umum adalah untuk pengamanan baik dari pencurian maupun kerusakan oleh serangga, tikus, jasad renik dengan jalan menghindari, mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor yang dapat mengurangi nilai komoditas. Tempat penyimpanan biasa terdiri dari : 1. Gudang yaitu tempat penyimpanan yang memungkinkan orang dan barang leluasa bergerak didalamnya dan sering terkait dengan adanya system administrasi serta kegiatan perdagangan. 2. Lumbung yaitu tempat penyimpanan yang lebih mengarah pada system penyimpanan tradisional khususnya yang menyangkut 102 tempat atau wadah baik berupa kotak, terumbu bambu ataupun berupa bangunan khusus tempat penyimpanan pangan. Dalam proses penyimpanan pada komoditas pertanian dapat terjadi kehilangan. Kehilangan tersebut adalah : a. Kehilangan bobot atau susut berat b. Kehilangan rupa c. Kehilangan mutu d. Kehilangan nilai gizi e. Kehilangan keamanan f. Kehilangan harga g. Kehilangan hukum h. Kehilangan pasar i. Kehilangan kepercayaan Peranan penyimpanan bagi petani produsen : a. Penyedia dan pengaman benih b. Penyelamat dan pengaman hasil panen c. Persediaan konsumsi keluarga sehari-hari d. Persediaan di musim panceklik e. Memperkokoh posisi tawar menawar f. Memberikan keuntungan yang lebih baik g. Sebagai sarana pembentukan dan penumpukan modal h. Sebagai bagian dari proses penuaan (aging) misalnya tembakau 104 5. Sebagai sarana meningkatkan sumber penghasilan dan devisa Negara 6. Meningkatkan kepercayaan luar negeri Kondisi penyimpanan dapat dilakukan dengan cara : 1. Penyimpanan alami Penyimpanan alami adalah penyimpanan pada kondisi apa adanya. Kondisi udara (suhu, kelembapan, susunan gas, aliran) sekeliling komoditas bergantung pada kondisi udara sekeliling secara umum dan kondisi wadah serta bangunan penyimpanan. Makin leluasa udara ke luar masuk ruangan penyimpanan, makin besar pengaruh perubahan kondisi udara luar terhadap komoditas yang disimpan. Komoditas pertanian yang sering dilakukan metode penyimpanan alami adalah berupa biji-bijian. 2. Penyimpanan modifikasi dan terkendali Penyimpanan dingin Penyimpanan dingin adalah penyimpanan pada suhu rendah baik penyimpanan beku (freezing) ataupun diatas titik beku. Jika suhunya sedikit diatas titik beku yaitu sekitar 1-5OC dikenal dengan penyimpanan atis (chilled) dan jika suhunya sejuk (cold) yaitu sekitar 10OC maka dapat disebut penyimpanan sejuk. Sementara itu cold storage di Indonesia lebih banyak diasosiasikan dengan tempat atau perusahaan penyimpanan beku, terutama untuk es krim dan hasil hewani terutama daging dan ikan beku. Penyimpanan atmosfir modifikasi Penyimpanan atmosfir modifikasi adalah penyimpanan dengan modifikasi atau mengontrol udara atau gas sekitar komoditas. Next >