< PreviousDasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP E. Cara Pembuatan Salep Ditinjau Dari Zat Berkhasiat Utamanya (1) Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam dasar salep Camphora (a) Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan dalam pot salep tertutup (bila tidak melampaui daya larutnya) (b) Bila dalam resep terdapat minyak-lemak maka kamfer dilarutkan dalam minyak lemak tsb. (c) Bila kamfer bersama-sama, menthol, salol, atau zat lainnyayang dapat mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutentik) maka kamperdicampur dg sesamanya supaya mencair baru ditambahkan dasar salep. (d) Jika a,b,c, tidak memungkinkan maka kamfer diberi etanol 95% Zat Berkhasiat Diketahui perbandingannya Padat Larut dalam dasar salep Larut dalam air Tak larut Terjadi reaksi Tidak terjadi reaksi Jumlah sedikit Banyak Sedikit Jumlah banyak Tahan panas Tidak tahan panas Kental lainnya Alkohol Tinctura Siccum (kering) Spissum (kental) Liquidum (cair) Cairan Ekstrak Air Tidak diketahui perbandingannya Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP atau eter, kemudiaan digerus dengan dasar salep. Contoh – contoh resep R/ Camphorae Vaselin falv. m.f. ungt s.ungt.camphoratum 1 9 R/ Camphorae Ol. Cocos. Adeps lanae m.f. ungt. 1 1 18 R/ Mentholi Camphorae aa Lanolin Ungt. Acid Salycylas m.d.s.u. e 0,3 5 15 Pellidol Larut 3% dalam vaselin dan 7% dalam minyak lemak maka Pellidol dilarutkan bersama-sama dasar salep yang di cairkan, bila dasar salep disaring maka pellidol juga ikut disaring dan jangan lupa menambahkan 20%. Kalau jumlahnya melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang sudah dicairkan. Contoh resep : R/ Pellidol Zinci Oxyd. Ungt. m.d.s.ad. us.ext. 0,1 20 R/ Pellidol Zinc.Oxyd. Liniment.Oleos m.d.s. ad. Us .ext. 0,5 25 Iodium (a) Kalau memenuhi kelarutan dikerjakan seperti pada kamfer (1a) (b) Dilarutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari farmakope Belanda). (c) Dilarutkan dalam etanol 95% kemudian tambahkan dasar salep. Contoh resep : R/ Iodii Kalii iodii Aq.dest. Ungt. simplex m.d.s.u.e. 2 3 5 90 Caranya : larutkan KI dalam air lalu tambahkan iodium hingga larut, setelah itu gerus bersama unguentum simplex hingga homogen. (2) Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam air Protargol (argentum proteinatum) (a) Larut dalam air dengan jalan menaburkan diatas air kemudian didiamkan selama 15 menit ditempat gelap. Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP (b) Bila dalam resep terdapat gliserol, maka Protargol digerus dengan gliserin baru ditambah air, dan tidak perlu ditunggu 15 menit (gliserol mempercepat daya larut protargol dalam air). Colargol (argentum colloidale) Sama dengan Protargol dan air yang dipakai 1/3 kalinya. Argenti Nitras Jika dilarutkan dalam air akan meninggalkan bekas hitam pada kulit karena terbentukAg2O, karena itu pada pembuatan AgNO3 tidak dilarutkan dalam air walaupun ia larut. Kecuali pada resep obat wasir (lihat Rood ambeien zalf dalam CMN). Phenol Sebenarnya phenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak dilarutkan karena bekerja nya merangsang, juga tidak dapat diganti dengan phenol liquefactum (campuran fenol dan air 83,3%). Jadi dikerjakan seperti pada kamper dalam salep. Bahan obat yang dalam salep tidak boleh dilarutkan (kena air) ialah Argenti Nitras, Phenol, Pyrogalol, Chrysarobin, Zinci Sulfas, Antibiotika, Oleum Iecoris Aselli, Hydrargyri Bichloridum, Stibii et kalii Tartras dan Chloretum Aurico Natric. Contoh – contoh resep : R/ Kalii iodii Lanolin Ungt. Simplex ad m.d.s.u.e. 3 16 30 Penyelesaian : KI dilarutkan dengan air dari lanolin. R/ Procain HCl Aq. rosae Adeps lanae ZnO Vaselin ad m.d.s.u.e. 0,1 1 3 3 30 Penyelesaian : - Procain HCl dilarutkan dengan aqua rosae - ZnO di ayak dulu (3) Zat berkhasiat bentuk padat tak larut Umumnya dibuat halus dengan mengayak atau menjadikannya serbuk halus terlebih dahulu. Belerang, tidak boleh diayak Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP Acidum Boricum, diambil yang pulveratum Zinci Oxydum, harus diayak terlebih dahulu dengan pengayak No.100 (4) Zat berkhasiat berupa cairan (a) Air Terjadi reaksi, misalnya aqua calcis dengan minyak lemak akan terjadi penyabunan. Untuk itu cara pengerjaannya adalah : 1. Diteteskan sedikit-sedikit 2. Dikocok dalam botol bersana minyak lemak, baru dicampur dengan bahan lainnya. Contoh resep R/ Zinc. Oxyd. Oleum Sesami Aqua Calcis aa 10 Disini akan terjadi penyabunan Aqua Calcis dengan oleum sesami. Tidak terjadi reaksi (i) Jumlah sedikit, diteteskan terakhir sedikit demi sedikit sampai terserap oleh dasar salep. (ii) Jumlah banyak, diambil bahan berkhasiatnya dan berat airnya diganti dengan dasar salep karena larutan air diketahui perbandingannya. (b) Alkohol Jumlah sedikit, diteteskan terakhir sedikit demi sedikit sampai terserap oleh dasar salep. Jumlah banyak : (i) Tahan panas, misalnya Tinct. Ratanhiae dipanaskan diatas tangas air sampai sekental sirup atau 1/3 bagian, kehilangan beratnya diganti dengan dasar salep. (ii) Tidak tahan panas; Diketahui perbandingannya maka diambil bagian-baguannya saja, contohnya tinctura Iodii. Tidak diketahui perbandingannya, diteteskan terakhir sedikit demi sedikit, yang mungkin akan menggumpal, maka sebaiknya pada etiket tambahkan keterangan aduk sebelum dipakai. seperti Tinctur Benzoes pada Unguetum lenies di Ph.Bel.V Perlu diperhatikan bahwa kehilangan berat pelarutnya hendaknya diganti dengan dasar salep. Bila dasar salep lebih dari satu macam, maka harus diperhitungkan menurut perbandingan dasar salep tersebut. Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP Contoh: R/ Tinct. Ratanhiae Vaselin Adeps Lanae m.f.ungt. 6 20 10 Setelah Tinct. Ratanhiae dipanaskan beratnya menjadi 2 g, jadi kehilangan berat sebanyak 4 g diganti dengan dasar salep yaitu vaselin dan adeps lanae yang jumlahnya sesuai dengan perbandingan vaselin dan adeps dalam resep. Vaselin = 20 + 20/30 x 4 = 22,667 Adeps Lanae = 10 + 10/30 x 4 = 11,333 (c) Cairan kental Umumnya dimasukkan terakhir sedikit demi sedikit, contoh; Glycerin, Pix Lithantracis, Pix Liquida, Oleum Cadini, Balsamum Peruvianum, Ichtyol, Kreosot. (5) Zat berkhasiat berupa extractum (a) Extractum Siccum Pada umumnya larut dalam air, jadi dilarutkan dalam air dan berat air dikurangi dasar salep. (b) Extractum Liquidum Dikerjakan seperti pada cairan dengan alkohol yang tahan panas. (c) Extractum Spissum Diencerkan terlebih dahulu dengan air atau etanol. (6) Lain-lain (a) Naphtolum Dapat larut dalam Sapo Kalinus yang dicairkan dalam lumpang panas, kalau tidak ada sapo kalinus dikerjakan seperti kamfer. (b) Bentonit Berupa serbuk halus yang dengan air membentuk massa seperti salep. Senyawa Aluminium Silikat yang mengikat air. Cara pembuatan yang terbaik dengan menambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air hangat Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP (direndam dalam air, biarkan 1 jam) Salep dengan Bentonit dan air tidak tahan lama, karena itu perlu ditambahkan lemak agar tidak memisah airnya. F. Bahan Yang Ditambahkan Terakhir Pada Suatu Massa Salep Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada masa salep yang panas atau digilas terlalu lama dapat terjadi pemisahan. Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsem merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsiri akan menguap. Larutan air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin. Gliserin, harus ditambahkan kedalam dasar salep yang dingin, sebab tidak bias campur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan sedikit-sedikit sebab tidak bias diserap dengan mudah oleh dasar salep. G. Pembuatan Salep Dengan Cara Meleburkan Bahan dasar salep berbeda-beda konsistensinya. Dasar salep sering juga terbuat dari dua bagian atau lebih yang konsistensinya berbeda. Untuk mendapatkan suatu massa dasar salep yang baik, dicampurkan bahan-bahan sebagai berikut, misalnya cera dengan minyak lemak, meskipun titik leburnya berbeda jauh dapat dilebur dalam perbandingan-perbandingan tertentu sehingga diperoleh massa yang baik. Umumnya hampir semua bahan dilebur dalam cawan penguap diatas tangas air., sebagai pengaduk digunakan pengaduk kaca atau spatel kayu. Banyak juga dari bahan-bahan yang dilebur tersebut kurang bersih, maka disaring dengan kain kassa pada saat bahan panas dan tentunya berkurang beratnya sehingga bahan-bahan yang dilebur dilebihkan menimbangnya sebesar 10 - 20% lalu ditimbang kembali. Contoh salep yang dibuat dengan pelebaran : 1. Unguentum Simplex (Ph. Ned. Ed. V) R/ Cera flava Ol. Sesami 30 70 2. Simple ointment R/ Adeps lanae Paraffin solidum Ceto stearyl alc. 50 50 50 Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP Vas.alba / flava 850 3. Unguentum Leniens (F.N. 1978) R/ Cetaceum Cera alba Paraffin liq. Natrii tetraborax Aq.dest. 12,5 12 56 0,5 19 ml Pembuatan : - Larutkan natrii tetraborax dalam air - Lebur cetaceum, cera dan paraffin, aduk hingga dingin - Campur keduanya 4. Unguentum Iecoris Aselli ( Ph. Ned.) R/ Oleum Iecoris aselli Cera flava Vaselin flava 40 10 50 Pembuatan : - Lebur cera dan vaselin - Terakhir campur dengan oleum iecoris (oleum iecoris tidak dipanaskan) H. Pastae (pasta) Menurut FI. IV, pasta adalah sediaan semi padat yang mengadung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Pasta sama dengan salep yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit, tetapi berbeda dari salep terutama dalam kandungannya. Secara umum persentase kandungan bahan padatpasta pada lebih besar. Penggolongan pasta menurut FI. Edisi IV dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air, misalnya pasta natrium karboksimetilselulose. b. Kelompok pasta berlemak, merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. misalnya pasta zinc oksida Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap dibandingkan dengan salep karena tinggi kadar obat yang mampunyai afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep. Oleh karena itu pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak, menggelembung atau mengeluarkan cairan. Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek lokal, misalnya pasta gigi Triamsinolon asetonida. Cara pemakaian dengan mengoleskan lebih dahulu dengan kain kassa. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, wadah tertutup rapat atau dalam tube. Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP Pembuatan pasta umumnya bahan dasar yang berbentuk setengah padat sebaiknya dicairkan terlebih dahulu baru dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih mudah bercampur dan homogen. I. Cremores (Krim) Menurut FI. IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 type krim yaitu krim type minyak air ( m/a) dan krim type air minyak ( a/m ). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim type a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, koleterol dan cera. Sedangkan untuk krim type m/a digunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu dapat juga dipakai tween, natrium laurylsulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulgidum. Kestabilan krim akan terganggu / rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube di tempat sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera “Obat Luar”. Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim. Contoh resep : R/ Acid. Stearas Cera alba Vaselin alba TEA Propilen glicol Aq. dest. m.f. ungt. 15 2 8 1,5 8 65,6 Pembuatan : - Lebur cera bersama vaselin dan acid. Stearas. - TEA + propilen glicol diilarutkan dalam air hangat dan dicampurkan pada leburan tersebut di atas. R/ Bentonit Glycerin Aq.dest. m.f.ungt 20 10 70 Pembuatan : Taburkan bentonit dalam campuran aqua dan glycerin hangat, aduk, biarkan sampai bentonit larut. J. Gel ( Jelly) Gel merupakan semi padat yang terdiri dari susupensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau moleku organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Penggolongan gel Berdasarkan jenis fase terdispersi - Gel fase tunggal, Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (karbomer) atau dari gom alam (tragakan). Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air, etanol dan minyak dapat juga digunakan sebagai pembawa. Contohnya minyak mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak - Gel sistem dua fase Terbentuk Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah,. Dalam system dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar disebut Magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Jadi sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket. Misalnya, gel Aluminium Hidroksida Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid 2 1 PENUTUP Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topical atau dimasukkan dalam lubang tubuh, contoh Voltaren Gel, Bioplacenton. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, dalam bermulut lebar terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk. K. Linimenta (obat gosok / olesan) Linimenta adalah sediaan cair atau kental, mengandung analgetika dan zat yang mempunyai sifat rubifasien, melemaskan otot atau menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar. Pemakaian linimenta dengan cara dioleskan menggunakan kain flannel lalu diurut. Linimen dengan pembawa alkohol atau hidroalkohol berguna dalam hal rubifasien sedangkan linimen berminyak umumnya digunakan untuk mengurut/memijat. Liniment berlemak kurang menimbulkan iritasi pada kulit dibanding liniment beralkohol. Liniment tidak umum digunakan untuk kulit yang pecah atau lecet sebab mungkin dapat menimbulkan iritasi yang berlebihan. Penyimpanan dalam botol berwarna, bermulut kecil dan ditempat sejuk. Pada etiket juga tertera “Obat luar” dan diberi label “Kocok Baik-baik” . Cara pembuatan: 1. Mencampurkan seperti pada pembuatan salep, Contohnya Linimen Gondopuro (FN) 2. Dengan mencampur minyak lemak denga cairan (air) bereaksi basa, Contohnya Linimen Amoniae dan Lotio Benzylis Benzoas (FN) 3. Terbentuk emulsi Contohnya, Emulsum Peruvianum Contoh resep : Linimentum Ammoniae (Ph. Bel.V ) R/ Ammonia Acid. Olei Oleum sesami 20 1 70 Pembuatan : Oleum sesami yang telah ditambahi acid. Oleinic. Dikocok dengan ammonia di dalam botol sampai cairan kental, berwarna putih kuning. Next >