< Previous286 kering dan apabila penyakitnya berat, ternak akan mati karena komplikasi. Untuk mengidentifikasi telur cacing, tinja ternak yang bersangkutan harus diperiksa secara mikroskopis. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit : Banyak jenis obat cacing yang banyak beredar dipasaran yang dapat digunakan sebagai pemberantas cacing ascaris. Piperazine adalah salah satu jenis obat yang cukup efektif untuk memberantas ascaris. Selain itu masih banyak lagi obat-obat cacing seperti Dichlor vos,Halaxon, Pyrantel, Ven bendazole dan Cambenda zale. Pencegahan penyakit ascaris adalah dengan cara melakukan sanitasi kandang dan kebersihan lingkungan dengan baik dan secara periodik, terutama tempat pembuangan kotoran. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan sebagai usaha pencegahan terhadap penyakit ascaris : pemberian pakan yang seimbang, baik kualitas maupun kuantitasnya tidak memasukkan ternak terlalu padat baik dalam kandang maupun dalam pangonan. Sesui kapasitas tampung pisahkan ternak muda dengan tenak dewasa hindari tempat yang becek c) Cystecercocis pada Babi Penyebab penyakit : Cysticercocis adalah penyakit yang disebabkan oleh bentuk larva dari cacing pita. Cacing pita dewasa hidup di dalam usus manusia yaitu Taenia saginata dan Taenia solium. Penyakit ini disebut juga penyakit Taeniasis. Cysticercocis termasuk penyakit zoonosis, karena dapat ditularkan dari ternak ke manusia dan 287 juga dari manusia ke ternak. Manusia diperlukan untuk inang cacing pita tersebut. Babi merupakan inang dari Taenia solium. Taenia solium terdapat di dalam daging babi, dan disebut dengan Cisticercus cellulose. Penularan cysticercus pada ternak terjadi akibat mengkonsumsi rumput (pakan) atau minum air yang tercemar telur cacing yang berasal dari faeses manusia penderia Taeniasis. Adanya Cysticercus di dalam jaringan otot akan menyebabkan kerusakan sel–sel sekitarnya. Pada stadium ini larva cacing berbentuk gelembung bulat atau lonjong. Cysticercus banyak dijumpai pada otot rahang, jantung, lidah, dan paha, kadang–kadang hati, paru–paru dan kerongkongan. Gejala sakit : Ternak yang terinfeksi pada umumnya tidak menunjukkan gejala sakit. Gangguan pada organ tubuh yang mengandung cacing baru terjadi apabila infeksinya berat. Cara yang paling tepat untuk mendiagnosis penyakit ini adalah dengan cara menemukan Cysticercus pada berbagai jaringan otot. Cara pencegahan dan pengobatan : Pengobatan terhadap penyakit Cysticercocis belum banyak memberikan hasil, oleh karena itu yang lebih penting adalah upaya pencegahan, dengan cara menjaga kebersihan dan kesehatan kandang dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit pada manusia maka dianjurkan mengkonsumsi daging dengan memasak yang sempurna. d) Askariasis pada Kalkun 288 Penyebab Penyakit : Disebabkan oleh Ascaridia galli yaitu parasit cacing yang paling banyak dijumpai pada unggas. Cacing ini tergolong cacing gilig (Nematoda), berwarna putih, bentuknya bulat dan kaku. Cacing terdapat bebas di dalam usus ayam dan tidak melekat pada dinding usus melainkan berenag- renang melawan gerakan peristaltik, sehingga tidak keluar bersama faeses. Asakariasis banyak terdapat pada unggas terutama pada ayam dan kalkun. Askariasis banyak dijumpai pada unggas yang dipelihara dengan sistem litter. Hal ini dapat dipahami karena telur Ascaridia galli sangat cocok pada kondisi litter yang lembab. Cacing dewasa tinggal di dalam usus unggas, kemudian bertelur dan telurnya akan keluar bersama faeses. Telur di dalam tanah akan mengalami embrionisasi sebelum telur tersebut infektif. Telur berembrio ini akan dapat bertahan hidup selama 3 bulan di tanah basah, dalam keadaan becek, dan terlindung sinar matahari. Jika keadaan lingkungan kering dan terkena sinar matahari telur tersebut akan mati. Infeksi terjadi ketika unggas mengkonsumsi pakan dan air minum tercemar telur infektif. Setelah telur tertelan, dalam beberapa jam telur akan menetas, larva akan keluar dan menetap pada usus unggas selama kira–kira 3 hari. Kemudian dalam bentuk kista akan menembus dinding usus. Selama periode ini akan terjadi kerusakan khas pada dinding usus, yaitu luka–luka pada selaput lendir usus dan radang berdarah. Setelah 9–11 hari larva akan kembali lagi ke liang usus dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan sejak ayam menelan telur cacing hingga menjadi acing dewasa kira–kira selama 35 hari. 289 Gejala sakit : Apabila cacing Ascarida galli di dalam usus unggas jumlahnya sedikit, tidak menimbulkan gangguan, tapi jika jumlahnya cukup banyak, akan menimbulkan gangguan kesehatan bahkan dapat menibulkan kematian. Anak unggas yang menderita Ascariasis menunjukkan gejala–gejala sebagai berikut : Penderita tampak kurus, pucat dan lemah Sayap agak terkulai dan bulunya tidak mengkilat Terjadi diare berwarna keputih-putihan seperti kapur, encer dan agak berlendir Terjadi kematian yang banyak pada anak ayam Unggas dewasa yang terkena askariasis, selain menunjukkan gejala seperti di atas, juga ditandai dengan menurunnya produksi telur. Cara pencegahan dan pengobatan : Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing Piperazine. Sedangkan pencegahan dilakukan dengan cara sebagai berikut : Pemberian pakan yang berkualitas dan cukup jumlahnya Litter diusahakan selalu dalam keadaan kering Litter yang basah segera diganti e) Cacing kuap pada kalkun Penyebab Penyakit : Kuap adalah penyakit pada unggas yang disebabkan oleh cacing trachea, yang disebut Syngamus trachea atau cacing kuap, sehingga unggas merentangkan lehernya dan mulutnya 290 menganga pada waktu bernapas. Cacing kuap berbentuk bulat, berwarna merah dan hidup di tenggorokan. Cacing Singamus trachea betina berwarna merah darah, tubuhnya lebih gemuk dari pada cacing jantan, berukuran panjang 5 mm–2 cm. Sedangkan cacing jantan berwarna pucat dengan ukuran panjang 2–6 cm. Cacing jantan dan betina biasanya ditemukan saling melekat sehingga seperti membentuk huruf Y. Penyakit cacing kuap banyka terjadi pada ayam dan kalkun. Infestasi cacing ini terjadi karena unggas menelan telur cacing yang sudah berembrio yang biasanya terdapat pada cing tanah atau siput. Penyakit ini banyak dijumpai pada unggas yang dipelihara dengan cara diliarkan sehingga banyak makan cacing tanah. Cacing bertelur di dalam trachea, apabila telur dibatukkan maka telur cacing akan kelur ke mulut dan tertelan menuju ke saluran pencernaan. Telur cacing akhirnya dikeluarkan bersama faeses. Akhirnya telur akan berkembang menjadi embrio jika kondisi litter atau tanah mendukung. Telur cacing akhirnya akan termakan oleh cacing tanah atau hewan perantara lainnya. Akhirnya telur akan menetas dan menjadi kista dan menempel pada jaringan otot hewan perantara tersebut. Kemudian hewan perantara akan dimakan oleh ayam, sehingga kista akan terbawa ke dalam saluran pencernaan unggas. Kemudian berpindah ke paru–paru dan akhirnya menetap di tenggorokan. Gejala Sakit : Unggas yang terinfeksi cacing kuap akan menunjukkan gejala–gejala sebagai berikut : 291 Pada waktu bernapas mulutnya menganga dan lehernya direntangkan Unggas sering menggeleng-gelengkan kepala seakan akan mencoba mengeluarkan cacing dari dalam tenggorokan Unggas menjadi kurus Gerakannya lamban Pada kondisi yang berat ketika bernapas berbunyi seperti ngorok, batang tenggoroknya tersumbat dan akhirnya mati karena tercekik Cara pencegahan dan pengobatan : Cacing kuap dapat dibasmi dengan obat thiabendazole 0.1%. Obat diberikan dalam pakan selama 10–14 hari berturut–turut. Obat lain yang dapat diberikan adalan tetramisole dengan dosis 3,6 mg per kg berat badan selama 5 hari berturut–turut dalam air minum atau pakan. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara : Mencegah masuknya burung–burung liar atau ayam kampung ke lokasi peternakan (kandang ren) Mengosongkan untuk sementara kandang ren yang sudah terinfeksi Memberantas cacing tanah dan siput yang terdapat di halaman kandang sistem ren dengan obat–obatan, misalnya chlordane untuk cacing tanah, dan pentachlorophenate untuk siput Penggunaan thiabendazole 0,05% dalam pakan selama 4 hari untuk mencegah infeksi syngamus trachea f) Cacing tembolok pada burung merpati Penyebab penyakit : 292 Penyakit ini disebabkan oleh cacing penghisap darah yang merupakan parasit pada tembolok dan kerongkongan. Cacing tersebut adalah Capillaria contorta Cacing Capillaria contorta memiliki ukuran yang sangat kecil, dengan ukuran panjang cacing jantan 8,4 mm–1,2 cm dan cacing betina 1,0–1,2 cm. Spesies Capillaria ada juga yang menjadi parasit pada usus halus, yaitu Capillaria obsignata, Capillaria bursata dan Capillaria caudinflata, serta menjadi parasit pada usus buntu, yaitu Capillaria resusa. Investasi cacing terjadi pada ayam, burung puyuh dan burung merpati. Penularan terjadi melalui pakan dan air minum yang tercemar kotoran unggas penderita. Apabila telur ini termakan unggas yang sehat maka unggas akan ketularan penyakit cacing tembolok. Cacing Capillaria contorta akan menyusup dan membuat lubang dalam selaput lendir tembolok dan kerongkongan. Penularan penyakit terjadi secara langsung tanpa hewan vektor. Gejala sakit : Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat investasi cacing tembolok ini antara lain : Berat badan menurun, pada unggas muda terhambat pertumbuhannya Jengger mengkerut Produksi telur menurun Unggas menjadi lemas dan akhirnya mati Diagnosis yang paling tepat dilakukan bedah bangkai. Pada tembolok penderita, temboloknya dipenuhi dengan bahan–bahan seperti lendir. Dinding tembolok menebal dan meradang. Untuk 293 melihat adanya cacing Capillaria caranya selaput lendir tembolok dikerik, kemudian hasil kerikan dimasukkan kedalam botol bening yang berisi air jernih. Isi botol kemudian diperiksa dengan bantuan cahaya lampu atau sinar matahari. Cacing Capillaria biasanya akan tampak jika jumlahnya banyak. Cara pencegahan dan pengobatan : Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing diantaranya Medane–2, Hygromycin B atau Thibenzoled dengan dosis yang tepat sesuai anjuran. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah tidak terjadi kontak langsung antara sekelompk unggas dan kotorannya sendiri, untuk itu sebaiknya unggas dipelihara di kandang baterai. Penyakit ini biasanya menyerang unggas yang dipelihara di kandang postal atau litter. Jika pemeliharaan unggas di kandang litter hendaknya litter diganti sebelum unggas diobati, untuk mencegah reinfeksi pada kelompok ungas tadi. g) Cacing usus buntu pada kalkun Penyebab penyakit : Penyebab penyakit cacing usus buntu adalah sejenis cacing yang disebut Heterokis gallinarum. Cacing ini bentuknya bulat kecil seperti benang. Ukuran panjangnya yang jantan 7 mm–1,3 cm, sedangkan yang betina 1–1,5 cm. Cacing ini biasanya dijumpai pada bagian ujung usus buntu. Penyakit ini sering menyerang ayam, kalkun dan burung puyuh. Telur cacing akan dikeluarkan bersama faeses. Jika kondisinya menguntungkan, maka dalam waktu 2 minggu telur cacing akan mengalami embrionisasi sehungga menjadi infektif. Telur yang 294 berembrio ini akan menetas dalam saluran pencernaan unggas yang memakannya. Dapat juga telur cacing tadi termakan oleh cacing tanah, kemudian cacing tanah dimakan oleh unggas. Cacing ini berperan dalam menularkan penyakit Bleckhead (Histomoniasis) pada ayam. Gejala sakit Heterokis gallinarum ini tidak banyak menimbulkan kerusakan pada unggas yang ditempatinya. Dampak yang ditimbulkannya hanya menyebabkan pembengkakan dan penebalan pada dinding usus buntu. Cara pencegahan dan pengobatan : Pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian obat cacing diantaranya phenotiazine dan piperazine. Kombinasi kedua obat tersebut diketahui lebih efektif dibanding dengan cara pemberian sendiri–sendiri. Pencegahan paling baik untuk dilakukan adalah mengusahakan sanitasi kandang, peraalatan dan lingkungan kandang. 6) Penyakit menular yang disebabkan oleh Ekto parasit a) Scabies pada kelinci, kuda, babi, kucing dan anjing Penyebab Penyakit : Scabies disebabkan oleh tungau kudis yang ukurannya sangat kecil. Scabies dapat menyerang semua jenis ternak, mulai dari ternak ruminansia, monogastrik (dalam hal ini termasuk kuda, babi, kelinci kucing dan anjing) hingga ternak unggas. Beberapa spesies tungau yang dapat menyebabkan skabies antara lain : 295 Sarcoptes scabei, yang dapat menyerang berbagai ternak dan manusia charioptes equie, yaitu tungau kudis pada ternak kuda Sarcoptes scabiei dan Notoedres cati menyerang ternak kelinci Gejala sakit : penderita tampak merasa gatal, karena selalu menggaruk, menggigit-gigit tubuhnya dan menggesek-gesekkan badannya yang kudisan pada dinding kandang atau pepohonan sehingga terjadi luka terjadi perdarahan di kulit akibat luka-luka dari luka sering mengeluarkan cairan yang kemudian menggumpal membentuk lepuh-lepuh bernanah pada penyakit yang sudah berlangsung lama, kulit menebal dan mengeras, dan gundul karena bulu di bagian tersebut rontok Cara pencegahan dan pengobat an penyakit : Skabies dapat diobati dengan benzoas benzillicus 10% yang dioleskan pada luka. Bila digunakan untuk merendam ternak (dipping) maka konsentrasi yang digunakan 0,05%–0,06%. Pencegahan scabies dilakukan dengan cara menjaga sanitasi ternak, kandang dan lingkungan kandang. Ternak yang sakit harus diisolasi dan jangan sampai terjadi kontak dengan ternak yang sehat. Next >