< Previous34Kelas XI SMA/SMKSumber: dokumen KemendikbudGambar 2.5 Melayani orang tua dengan rasa hormatMelakukan pemeliharaan/perawatan terhadap orangtua tentu tidaklah sama dengan melakukan perawatan kepada hewan peliharaan atau seperti hewan melakukan perawatan. Melakukan pemeliharaan/ perawatan terhadap orangtua haruslah disertai dengan sikap hormat dan mengindahkan (kesusilaan). Kalau tidak disertai dengan sikap hormat apa bedanya dengan melakukan pemeliharaan terhadap anjing dan kuda atau seperti anjing dan kuda melakukan perawatan.Sumber: dokumen KemendikbudGambar 2.6 Bila dalam keluarga saling mengasihi niscaya seluruh negara akan di dalam cinta kasih.35Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti4. Tidak Memalukan Orangtua Hal melakukan perawatan bukanlah satu-satunya cara melaksanakan bakti, ada hal lain yang lebih penting dari itu. Maka bukan suatu masalah bila orangtua yang melahirkan kita tidak berada dekat atau bahkan sudah tiada lagi sehingga kita tidak dapat lagi melakukan perawatan kepada mereka. Jalinan hubungan antara anak dengan orangtua tidak dapat dipisahkan oleh jarak dan waktu. Di manapun kita berada dan di manapun orangtua kita berada, perihal kita sebagai anaknya tidak akan berubah. Jika kita melakukan hal-hal yang memalukan, maka orangtua tetap akan mendapat dampaknya. Maka perbuatan tidak memalukan orangtua adalah juga bagian/perwujudan dari pelaksanaan laku bakti kita kepada orangtua, bahkan tingkatannya berada di atas hal melakukan perawatan.5. Hal Memberi PeringatanNamun laku bakti bukan berarti membuta untuk menuruti saja semua kehendak orangtua, kita tetap memiliki kewajiban dan tanggungjawab untuk memberikan peringatan bila memang terjadi penyelewengan/penyimpangan dari laku bajik. Tetapi, tentu saja peringatan yang kita berikan tetap mengikuti kaidah-kaidah bakti itu sendiri.Zhengzi bertanya, ”Murid telah mendengar jelas hal kasih mengasihi, hormat menghormati, memberikan ketentraman kepada orangtua dan meninggalkan nama baik. Kini memberanikan bertanya, apakah seorang anak yang menurut saja permintaan orangtuanya dapat dinamai laku bakti?”Nabi Kongzi menjawab, ”Apa katamu? Pada zaman dahulu seorang raja yang mempunyai tujuh orang menteri yang berani memberi Sumber: Dokumen penulisGambar 2.7 Apapun yang kita lakukan akan berdampak pada nama baik kedua orang tua kita36Kelas XI SMA/SMKperingatan, meski ia ingkar dari jalan suci, tidak sampai kehilangan tahtanya. Ada seorang Pangeran yang mempunyai lima orang menteri yang berani memberikan peringatan, meski ia ingkar dari jalan suci, tidak sampai kehilangan negerinya. Ada seorang pembesar yang mempunyai tiga orang pembantu yang berani memberikan peringatan, meski ia ingkar dari jalan yang benar, ia tidak sampai kehilangan kedudukannya. Seorang bawahan bila mempunyai kawan yang berani memberikan peringatan, niscaya tidak kehilangan nama baiknya. Seorang ayah yang mempunyai anak yang berani memberikan peringatan, niscaya tidak sampai terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak benar. Seorang anak tidak boleh tidak memberikan peringatan kepada ayahnya, dan seorang pembantu tidak boleh tidak memberikan peringatan kepada pimpinannya. Maka di dalam hal-hal yang tidak benar harus diberi peringatan, bagaimana seorang anak yang hanya menurut saja perintah ayahnya dapat dinilai berlaku bakti?” (Xiaojing. XV : 1 – 2)Sumber: dokumen KemendikbudGambar 2.8 Memberi peringatan kepada orang tua hendaklah lemah lembut. Bila tidak diturut bersikaplah lebih hormatJika laku bakti telah dijalani dengan tepat, maka bukan saja sudah melakukan kebajikan untuk diri sendiri, tetapi juga berarti menepati kodrat kemanusiaan yang Tian firmankan.Nabi Kongzi bersabda, “Sesungguhnya laku bakti Hukum Suci Tian, kebenaran dari bumi, dan yang wajib menjadi perilaku rakyat. Hukum Suci Tian dan kebenaran bumi itulah yang menjadi suri tauladan rakyat. Bila hal ini (bakti) diturut semua orang di dunia, maka dalam 37Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekertipendidikan tidak diperlukan kekerasan pun akan berhasil, dalam pemerintahan tidak diperlukan kebengisan hukuman pun semuanya dapat terselenggara dengan baik”. (Xiaojing. VII : 2, 4)Ceritakan pengalamanmu dalam hal memberi peringatan kepada orang tua ketika kamu merasa ada yang salah dari orang tua!Aktivitas 2.2Tugas Mandiri6. Puncak Laku BaktiMengzi berkata, “Memelihara masa hidup orangtua itu belum cukup dinamai pekerjaan besar. Hanya segenap pengabdian untuk mengantar kewafatannya barulah dapat dinamai pekerjaan besar”. (Mengzi. IV B : 13).“Menegakkan diri hidup menempuh jalan suci, meninggalkan nama baik di zaman kemudian, sehingga memuliakan ayah dan bunda, itulah akhir dari laku bakti”. (Xiaojing. I : 5)Menjadi jelas bahwa melakukan perawatan kepada orangtua bukanlah pekerjaan besar, namun segenap pengabdian yang kamu curahkan kepada orangtua sampai akhir hayatnya itu baru pekerjaan besar. Namun laku bakti tentu tidak selesai setelah orangtua tiada, tetapi terus berlanjut dengan semangat memuliakan nama orangtua, yaitu melalui usaha menegakkan diri selama hayat dikandung badan.7. Di Zi Gui Standar Perilaku AnakLaku bakti kepada orangtua benar-benar harus diwujudkan dalam tindakkan nyata. Dari yang sederhana yang kasat mata yaitu melakukan perawatan, menjaga perilaku sehingga tidak sampai berbuat onar yang 38Kelas XI SMA/SMKakan memalukan orangtua, sampai pada usaha yang sungguh-sungguh untuk menggali potensi diri untuk mencapai prestasi yang gemilang sehingga memuliakan ayah bunda (orangtua). Sekarang marilah kita pelajari dan praktekkan dalam perilaku sehari-hari kita di rumah, tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang anak yang berbakti. Sebagai mana ajaran Nabi Kongzi yang tercatat dalam Lunyu bab I pasal 6.Nabi Kongzi bersabda, ”Seorang muda di rumah hendaklah bersikap bakti, di luar rumah hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat dan berhubungan erat dengan orang-orang yang berpericinta kasih. Bila telah melakukan hal itu dan masih mempunyai kelebihan tenaga, gunakanlah untuk mempelajari kitab-kitab”.a. Cepat TanggapSebagai anak yang berbudi pekerti luhur, dalam hubungan dengan orangtua, rasa santun, hormat, patuh, dan berbakti harus diutamakan. Bila orangtua memanggil harus segera dijawab. Jangan acuh tak acuh dan jangan mengabaikannya!Bila orangtua menugaskan kita untuk melakukan sesuatu, segera dilaksanakan. Jangan mencari-cari alasan untuk menundanya. Jangan malas, apalagi menolak tugas itu. Cepat tanggap dalam hal ini berarti segera merespon setiap panggilan dan melaksanakan perintah orangtua.b. Menerima NasihatBila orangtua memberi petunjuk dan nasihat, dengarkan dengan seksama dan ikuti dengan perbuatan. Orangtua pasti akan mengajarkan kita ilmu dan adab yang luhur, bersih, dan lurus. Nasihat itu pasti akan menyelamatkan kita dalam bergaul di tengah masyarakat luas. Oleh karena itu, dengarkan nasihat itu dengan hormat, santun, dan penuh perhatian, untuk selanjutnya dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.39Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi PekertiBila kita terlanjur salah, khilaf, dan keliru lalu ditegur atau dimarahi orangtua, jangan membantah. Kita harus menerima teguran itu dengan lapang hati dan berjanji pada beliau untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jangan membuat orangtua bersedih hati melihat kelakuan kita yang salah tetapi tidak mau memperbaiki diri. Anak yang berbakti akan senang membaca petunjuk ini, sementara anak durhaka tidak akan senang dan mungkin marah.Nabi Kongzi Bersabda: “Bila bersalah janganlah takut memperbaiki”. (Lunyu. I: 4)c. Menyenangkan Hati Orangtua Orangtua sudah berbuat sangat banyak untuk kepentingan kita. Maka sangat layaklah kiranya kalau kita berusaha membalasnya, dengan melayani kebutuhan orangtua kita. Semua itu mesti dilakukan dengan ikhlas, sungguh-sungguh, dan sepenuh hati.“Adalah Kesusilaan bagi semua anak manusia; pada musim dingin berupaya menghangatkan, dan pada musim panas berusaha menyejukkan. Menjelang senja wajib membereskan segala sesuatunya dan pada pagi hari wajib menanyakan kesehatan orangtuanya; di dalam pergaulan dengan orang-orang mengupayakan tidak sampai berebut”. (Liji. I A: II: 1/2)Hal lain yang akan membahagiakan orangtua adalah kemantapan hati dalam beraktivitas dan berkegiatan. Jangan sampai kita seperti orang yang selalu gelisah, tidak berketetapan hati, suka berganti-ganti pekerjaan, kegiatan dan profesi. Kemantapan dan ketekunan kita dalam suatu kegiatan akan membawa kita semakin ahli dalam kegiatan Sumber: dokumen KemendikbudGambar 2.9 Sikap dalam menerima nasihat dari orangtua40Kelas XI SMA/SMKtersebut, dan hal itu akan semakin membahagiakan orangtua.d. Berpamitan, Melapor, dan Hidup TeraturSetiap kita hendak berpergian, harus pamit dan minta izin lebih dulu kepada beliau. Beritahu ke mana kita akan pergi dan apa tujuannya. Begitu pula setiap kita pulang dari bepergian, sapa dulu beliau dan laporkan kejadian dalam perjalanan kita tersebut. Hal yang sangat memprihatinkan pada saat sekarang adalah, anak-anak di rumah merasa tidak perlu lagi memberitahukan/melapor kepada orangtua saat baru tiba di rumah setelah bepergian.Sumber: dokumen KemendikbudGambar 2.10 Pamit dan minta ijin kepada orang tua jika akan berpergian.”Menjadi anak orang, bila akan berpergian wajib memberi tahu (ke mana ia akan pergi), bila sudah kembali ia wajib menemui orangtua. Kemana ia pergi, wajib ada tujuan yang pasti. Apa yang dilatihnya wajib berkait pekerjaannya”. (Liji. I A: 4/5)e. Jangan Asal MelakukanUrusan sekecil apapun, jangan melakukannya dengan asal-asalan. Segala urusan yang kita lakukan dengan asal-asalan tentu hasilnya tidak akan memadai. Seringkali orang menyepelekan hal-hal kecil, padahal justru dalam hal-hal kecil itu dapat menunjukan apakah seseorang konsisten untuk selalu melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh sebagai wujud komitmennya. Perlu diingat, bahwa kesalahan dalam hal-hal kecil ini dapat merusak citra dan kehormatan diri terkait 41Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekertidengan status dan peran kita dalam keseharian. Banyak contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari tentang perlunya komitmen dan konsistensi dalam melakukan segala sesuatu. Membereskan tempat tidur, membereskan buku pelajaran, gosok gigi sebelum tidur, mencuci tangan sebelum makan, dan sebagainya merupakan contoh hal-hal kecil yang sering kali dilakukan dengan asal-asalan. Padahal semua itu bermanfaat bagi pembentukan karakter bila dilakukan sungguh-sungguh. Sebaliknya, bila melakukannya dengan asal-asalan akan berakibat fatal, dan dalam kurun waktu panjang akan membentuk karakter buruk.f. Jangan Mengambil Barang Orang LainWalaupun kita sangat menyukai suatu benda, jika benda tersebut bukan milik kita, jangan sampai kita mengambilnya. Meskipun benda itu kelihatannya kurang berharga, kalau belum menjadi milik kita, jangan diambil dengan cara apapun juga. Kalau ini dilakukan, maka orangtua kita pasti akan merasa malu dan kecewa. Nama baik kita pun akan tercela karenanya.Alkisah, ada seorang Jenderal yang terkenal “bersih” di zaman Dinasti Jin bernama Taokan. Dia menjadi terkenal karena didikan ibundanya yang disiplin dan keras. Suatu kali, sewaktu Taokan masih pegawai rendahan di pabrik pengolahan ikan, dia mengirimi sang ibunda dengan sekaleng ikan asin yang sebenarnya milik negara. Ibundanya marah dan mengembalikan kaleng itu kepada anaknya disertai sepotong kata bijak yang mendidik. “Sebagai pejabat kecil saja, kau sudah mengambil barang milik negara, ini perbuatan yang tidak terpuji”.g. Melakukan yang Baik Meninggalkan yang BurukSemua orangtua pastilah menginginkan hal terbaik bagi anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orangtua juga menghendaki anak-anaknya untuk selalu berbuat baik. Seorang anak berbakti senantiasa memenuhi harapan dan cita-cita mulia kedua orangtuanya. Oleh karenanya, seorang anak berbakti sangat 42Kelas XI SMA/SMKmemperhatikan hal tersebut.Di manapun kita berada dan di manapun orangtua kita, perihal kita sebagai anaknya tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika kita melakukan hal-hal yang buruk, maka orangtua kita tetaplah terkena dampak buruknya. Maka melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk merupakan perwujudan perilaku bakti kita kepada orangtua.“Meskipun ayah bunda telah meninggal dunia, bila akan melakukan sesuatu yang baik, wajib selalu mengingat bahwa dengan hasil pekerjaannya itu dapat memuliakan nama baik ayah bundanya. Bila akan melakukan sesuatu yang tidak baik, wajib selalu mengingat bahwa hasilnya dapat memalukan ayah bundanya”. (Liji. X: I.I.17)h. Menjaga Kesehatan Jasmani dan RohaniOrangtua akan sangat cemas dan khawatir bila kita sakit, terluka atau badan “kumuh”, dan tidak terawat. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesehatan jasmani, jangan sampai sakit, terkilir, dan terluka. Secara jasmani kita mendapatkan hidup dari kedua orangtua. Rambut dan kulit diterima dari ayah-bunda. Ini adalah warisan yang paling berharga dari mereka, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan merawatnya sehingga tidak luka dan rusak. Jangan sampai kelalaian kita membuat badan kita terluka, karena hal itu akan membuat orangtua kita cemas. Orangtua juga akan malu apabila tingkah laku kita tidak baik. Perilaku yang baik ini menunjukkan moralitas yang sehat. Perilaku baik yang dimaksud harus dilakukan sampai akhir hayati. Konsistensi Laku BaktiPada dasarnya, orangtua menyayangi anaknya dengan sepenuh hati. Maka selayaknyalah seorang anak berbakti kepada orangtua. Namun karena satu dan lain hal bisa saja orangtua membenci anak. Dalam kondisi seperti ini, anak tetap wajib berbakti kepada orangtuanya. 43Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi PekertiCerita tentang orangtua yang membenci anaknya dialami oleh nabi Shun. Diceritakan orangtuanya pernah menyuruh Shun memperbaiki lumbung, (ketika Shun masih di atas atap rumah) tangganya diambil, lalu Gou-sou (ayahnya) membakar lumbung itu. Juga pernah disuruh memperdalam perigi, ketika Shun sudah keluar, (orangtuanya yang menyangka Shun masih ada di dalam) perigi itu lalu ditimbuni, Xiang (adik tiri Shun) lalu berkata, “Akal menimbuni pangeran baru ini di dalam perigi adalah jasaku. Lembu dan kambingnya biarlah untuk ayah dan ibu. Gudang dan lumbungnya biarlah untuk ayah dan ibu pula. Aku mengambil perisai, tombak, celempung dan busurnya. Kedua ipar itu akan kusuruh mengatur tempat tidurku”. Meskipun demikian buruk perlakuan orangtua dan saudara tirinya, namun Shun tetap berbakti kepada mereka. Seiring berjalannya waktu akhirnya Shun yang sangat bebakti itu menjadi Raja menggantikan Baginda Tangyao, namu Shun tetap berbakti kepada kedua orangtuanya dan tetap mencintai saudara-saudaranya.Demikianlah Shun tetap berbakti kepada orangtua walaupun kedua orangtuanya sangat membenci bahkan hendak membunuhnya.j. Menghadapi Orangtua yang KhilafBagaimanapun hebatnya, orangtua kita adalah manusia biasa, yang tidak luput dari berbuat khilaf, keliru dan terlanjur. Bila sekali waktu mereka terlanjur berbuat salah, kita harus tetap hormat kepadanya, memahami dan setahap demi setahap mengingatkan mereka.Mengingatkan ini harus dilakukan dengan santun, hati-hati, tulus, dan perlahan-lahan dengan tutur kata yang lembut, penuh kasih sayang dan sikap manis yang menyenangkan. Nabi Kongzi menasihati bahwa dalam melayani ayah bunda, boleh memperingatkan (tetapi hendaklah lemah lembut). Bila tidak diturut, bersikaplah lebih hormat dan janganlah melanggar. Meskipun harus lelah, janganlah menggerutu”.Bila pada tahap awal mereka belum bisa menerima koreksi dan pendapat kita, maka kita tetap harus sabar, dan penuh kesantunan mencoba lagi. Carilah hari lain diwaktu hati mereka lebih santai dan terbuka, coba dan coba lagi. Walau mungkin orangtua akan menjadi Next >