< Previoussemakin menurun karena usia lanjut. Akan tetapi, Simeon tetap berpengharapan. Ia tetap teguh meyakini bahwa ia akan melihat Sang Mesias yang ditunggu-tunggu itu (Lukas 2: 26).Pengharapan Simeon tidak sia-sia. Suatu hari, Roh Kudus menggerakkan hatinya untuk datang ke Bait Suci. Di sana, ia bertemu dengan Maria dan Yusuf yang sedang membawa bayi Yesus. Sebagaimana aturan dalam hukum Taurat, beberapa hari setelah dilahirkan, setiap bayi laki-laki harus dibawa ke Bait Suci untuk diserahkan kepada Allah.Begitu melihat bayi Yesus, Simeon segera menggendong-Nya. Sambil memuji Allah ia pun berseru, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Lukas 2:29-32). Pujian ini adalah ungkapan sukacita Simeon bahwa ia boleh mengalami bagaimana janji Allah digenapi, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi seluruh umat Israel. C. Pentingnya Memiliki HarapanDari Simeon kita belajar bahwa penting sekali untuk hidup berpengharapan, tidak berputus asa, bahkan sebaliknya, berpegang teguh pada keyakinan akan janji Allah. Pengharapan akan membuat kita mampu bertahan dalam situasi yang sangat sulit sekalipun. Seseorang yang memiliki pengharapan akan selalu tabah dan sabar. Sebab pengharapan akan memberi kita alasan untuk terus bergerak maju, dan bukan diam terpaku sambil meratapi keadaan. Pengharapan seumpama motor yang menggerakkan roda hidup kita melewati jalanan terjal dan berliku. Itulah sebabnya, penulis Kitab Ibrani menggambarkan pengharapan sebagai sauh (jangkar) yang kuat dan aman bagi jiwa. “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir” (Ibrani 6:19). Sebuah kapal tanpa sauh akan mudah lepas terbawa ombak. Begitu juga bila kita hidup tanpa pengharapan, akan sangat rapuh dan mudah terbawa arus dunia yang menyeret.Kisah Simeon adalah contoh, betapa pengharapan yang dipegang teguh tidak akan sia-sia. Begitu juga kisah Monika, ibu dari Agustinus. Pengharapan mereka menjadi kenyataan. Bayangkan kalau mereka berputus asa, menyerah, dan tidak mau bertekun lagi. Simeon mungkin tidak akan pernah bertemu bayi Yesus seumur hidupnya. Monika juga mungkin tidak akan pernah melihat Agustinus bertobat, apalagi menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah gereja.Bila sekarang ini hidupmu sedang mengalami bermacam masalah dan kesulitan, entah itu di rumah atau di sekolah, janganlah berputus asa. Tetaplah berpegang 12 Kelas VIII SMPteguh pada pengharapan bahwa semua masalah dan kesulitan itu pada saatnya akan berlalu. Kehidupan yang lebih baik di masa depan akan kamu alami. Dengan demikian, kamu akan terus didorong untuk tetap berusaha dan berdoa. Seperti yang dialami Paulus. “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa” (2 Korintus 4:8).Dalam segala keadaan sulit yang kita hadapi, jangan pernah berputus asa. Berpeganglah teguh pada pengharapan bahwa akan ada saatnya segala kesulitan itu berlalu. Kuncinya adalah bertekun dalam berdoa dan jangan berhenti berusaha. Lakukan yang terbaik dari apa yang dapat kita lakukan. Selebihnya kita serahkan kepada Tuhan. Itu akan membuahkan hasil yang baik. Tidak saja bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekeliling kita. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita, dan Dia tidak akan pernah mengecewakan.D. Mengamati Lebih JeliAgar kamu lebih mengerti tentang makna pengharapan, isilah tabel di bawah ini dengan mengisi dua kolom yang sudah tersedia: kolom pertama diisi dengan lima ciri hidup orang yang memiliki harapan, dan kolom satunya diisi dengan lima ciri hidup orang yang tidak memiliki harapan. Ciri hidup berpengharapan Ciri hidup tidak berpengharapan E. RefleksiKegiatan berikutnya mengajak kamu untuk merefleksikan hidupmu dalam 3 tahun terakhir, apakah kamu lebih banyak bersikap sebagai orang yang berpengharapan, atau sebaliknya. Berikan bukti yang mendukung refleksimu itu dengan mengisi tabel di bawah ini. Dalam 3 tahun terakhir, saya bersikap sebagai orang yang berpengharapan/tidak berpengharapan (coret yang tidak tepat pada tabel di atas) dengan bukti seperti tertulis di tabel berikut:NoBukti untuk mendukung refleksi saya di atas:12Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 13F. Menyatakan Pengharapanmu Melalui TulisanBuatlah sebuah karangan 1 halaman kuarto/A4. Syaratnya, dalam karangan tersebut harus memuat kata-kata sebagai berikut: Indonesia, putus asa, menyerah, Tuhan, pengharapan, dan orang tua.Rangkuman:Pengharapan adalah keyakinan bahwa pada saatnya hal-hal yang baik akan terjadi, cepat atau lambat. Pengharapan itulah yang memungkinkan kita untuk selalu tabah berusaha dan bertekun dalam doa. Hidup tanpa pengharapan sangat rapuh, kita akan mudah berputus asa dan meratapi diri. Akibatnya, kita tidak akan pernah keluar dari keadaan sulit yang kita alami. Ketekunan dalam berpengharapan akan selalu membuahkan hasil yang baik. Tidak saja bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang-orang lain di sekeliling kita. Sumber pengharapan kita adalah Tuhan. Tuhan tahu yang terbaik buat diri kita, dan Dia tidak akan mengecewakan.G. EvaluasiKerjakanlah tugas di bawah ini:Menurutmu, mengapa Simeon tetap hidup berpengharapan? 1. Bacalah Ibrani 6:19. Menurutmu, gambaran atau bayangan apa saja yang muncul ketika mendengar kata “ sauh yang kuat”? Apakah orang yang sedang bingung memerlukan “sauh yang kuat”? 2. Berikanlah contoh hidup yang berpengharapan dan hidup yang tidak berpengharapan. Berikan alasan kuat mengapa selaku anak-anak Tuhan kita harus hidup berpengharapan. 3. Carilah ayat-ayat di Mazmur 119 yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah sumber pengharapan manusia. Tuliskanlah kembali ayat-ayat itu dengan kata-katamu sendiri dan lantunkan sebagai nyanyian penyerahan diri kepada Tuhan. Kamu bebas memilih melodi dari lagu lain untuk ayat-ayat tersebut. Doa Penutup 14 Kelas VIII SMPBacaan Alkitab Matius 6: 25 – 33: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Roma 5: 3-4: Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.Berdoa/ MenyanyiA. PengantarSetelah kita pelajari bagaimana orang Kristen menjalani hidup beriman dan berpengharapan, pada pelajaran ini kita akan menerapkan apa yang kita pelajari dalam hidup kita sehari-hari terutama, saat kita mengalami kesulitan hidup atau saat kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Apakah kamu pernah merasakan keadaan yang begitu sulit sehingga memilih untuk melupakan Memilih untuk Tidak Berputus AsaBab IIIPendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 15semua dengan tidak memikirkan hal itu, atau menyibukkan diri dengan hal lain sehingga memiliki alasan untuk tidak mencari penyelesaian dari keadaan sulit itu? Ini yang disebut dengan melarikan diri. Para ahli menemukan bahwa ada dua cara yang dilakukan orang saat menghadapi kesulitan, fight atau flight. Fight artinya mengerahkan tenaga dan daya semaksimal mungkin, agar kesulitan itu dapat diatasi. Sebaliknya, flight artinya, lari meninggalkan kondisi atau hal yang sulit itu, karena memang tidak mendapatkan atau tidak mau mencari cara untuk mengatasinya. Seharusnya, orang Kristen harus selalu siap menghadapi hidup, betapa pun sulitnya. Mengapa begitu, dan bagaimana caranya? Mari kita simak lebih lanjut. B. Mengapa Harus Kuatir dan Putus Asa? Sebelum membahas hal ini, mari kita menyanyikan Kidung Jemaat ”Tak Ku Tau Kan Hari Esok.”Tak ‘ku tahu ‘kan hari esok,namun langkahku tegap.Bukan surya kuharapkan,kar’na surya ‘kan lenyap.O tiada ‘ku gelisah,akan masa menjelang,‘ku berjalan serta Yesus.Maka hatiku tenang.Ref: Banyak hal tak ‘ku fahami dalam masa menjelang. Tapi t’rang bagiku ini; Tangan Tuhan yang pegang.Coba nyanyikan lagu ini, dan hayati kata-katanya. Apa pesan utama yang disampaikan oleh lagu ini? Apakah pesan ini cocok untukmu? Mengapa demikian?Dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia, putus asa dianggap sama artinya dengan putus harapan, yaitu keadaan dimana seseorang tidak memiliki harapan. Sejak beberapa tahun terakhir ini kita semakin sering membaca atau mendengar berita tentang orang yang bunuh diri karena merasa tidak mampu melanjutkan hidup. Perhatikan bahwa kata merasa dicetak miring, dan tambahan kata merasa ini membuat makna kalimat yang berbeda dibandingkan dengan tanpa tambahan 16 Kelas VIII SMPmerasa. Artinya, belum tentu orang tersebut betul-betul tidak mampu, mungkin ia hanya merasa bahwa ia tidak mampu, padahal kemampuan untuk bertahan hidup masih ada padanya. Wujud ketidakmampuan bisa beragam, misalnya, karena tidak mampu membayar hutang, tidak mampu membeli makanan untuk anak, tidak mampu membeli obat untuk menyembuhkan penyakit. Kisah pilu pada tahun 2003 terjadi pada Henriyanto yang memilih bunuh diri karena ibunya tidak sanggup memberikan Rp. 2.500 untuk membayar kegiatan ekstra kurikuler. Pada saat itu, ia baru berumur 12 tahun, masih sangat muda untuk mengerti bahwa tidak bisa membayar kegiatan ekstrakurikuler tidaklah berarti harus mengakhiri hidup. Untung niat ini tidak tercapai, walaupun ia sempat dalam perawatan intensif di rumah sakit dan, mengalami cacat mental karena ketiadaan sementara aliran zat asam ke otaknya akibat jerat kuat tali di lehernya. Bunuh diri bisa dilakukan seseorang yang tidak melihat bahwa hidupnya berarti, sehingga ia tidak lagi melihat ada gunanya untuk melanjutkan hidup. Apakah dapat dibenarkan, bila kita putus asa untuk melanjutkan kehidupan dan memilih bunuh diri? Apakah memang kita berhak untuk mengakhiri hidup ini? Padahal bukan kita yang memberikan kehidupan, dan karena itu mengakhiri kehidupan juga bukanlah hak kita. Suatu pesan yang indah tentang bagaimana menghadapi hidup disampaikan oleh Tuhan Yesus seperti yang diceritakan di dalam Injil Matius 6: 25-34. Mari kita baca pesan Tuhan Yesus ini. “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 17kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Paling sedikit ada tiga pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus disini. Pertama, bahwa kita tidak perlu kuatir untuk makan, minum, dan pakaian sebagai hal yang penting dalam hidup ini. Pemeliharaan Tuhan untuk kita jauh melebihi pemeliharaan Tuhan untuk burung yang tetap hidup karena makanan yang disediakan-Nya. Lihatlah juga pemeliharaan Allah terhadap bunga bakung yang indah. Ini semua menunjukkan bahwa Allah sungguh sangat memperhatikan kehidupan ciptaan-Nya. Salomo, adalah raja Israel yang paling kaya dibandingkan dengan raja-raja lainnya, tentunya memiliki kemampuan untuk memakai baju yang maha indah. Namun, keindahan baju Salomo tidaklah sebanding dengan keindahan bunga bakung. Padahal, apalah artinya bunga bakung yang hanya disamakan dengan rumput, karena begitu hari berganti, keindahannya pun tidak ada lagi. Kekuatiran akan kecukupan makanan, minuman, dan pakaian dimiliki oleh mereka yang tidak mengenal Allah. Tetapi, mereka yang menjadi anak-anak-Nya tidak perlu memiliki kekuatiran akan hal-hal ini. Mengapa demikian? Rahasia keberhasilan menjalani hidup ini ada pada pesan Tuhan Yesus yang kedua. Apa pesan-Nya? Yaitu, bahwa yang utama dalam menjalani kehidupan ini adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Artinya, ketika kita mengutamakan untuk mengenal Allah, karya-karya-Nya, janji-janji-Nya, maka kita akan terpesona akan Allah yang sungguh sangat mengasihi kita anak-anak-Nya. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Kekuatiran yang kita miliki tidaklah sebanding dengan apa yang Allah sanggup berikan kepada kita. Kekuatiran kita tidaklah sanggup Sumber: http://lansingwbu.blogspot.comGambar 3.1 Burung sedang mengerumuni makananSumber: Dokumen KemdikbudGambar 3.2 Gambaran kekhawatiran seorang remaja putra 18 Kelas VIII SMPmembuat kita menjalani hidup dengan nyaman, apabila dengan penuh rasa was-was dan ketakutan karena tidak adanya jaminan akan sesuatu yang baik yang akan kita peroleh. Oleh sebab itu, pesan Tuhan Yesus yang ketiga adalah, “janganlah kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.” Nah, apakah kita bisa menerima pesan Tuhan Yesus yang ketiga ini? Bila kita melihat di sekitar kita, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia hidup dengan penuh kekuatiran. Ada orang yang memilih untuk bekerja dengan sangat keras karena ingin mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya demi masa depannya dan keluarganya. Bekerja keras artinya tanpa mengindahkan kesehatan dan makan teratur serta istirahat yang cukup. Gaya hidup seperti ini ternyata malah merusak kesehatan sehingga sebagai akibatnya, pada saat mencapai usia sekitar 40 tahun, bisa menderita penyakit jantung, atau diabetes, dan sebagainya. Padahal, menjaga keseimbangan antara bekerja dan beristirahat, memakan makanan secara teratur dan yang memenuhi gizi adalah penting untuk kelangsungan hidup yang baik. Bila Tuhan Yesus tidak ingin kita kuatir, Ia juga tentunya tidak ingin kita putus asa. Apalagi sampai bunuh diri karena putus asa. Harusnya, setiap orang percaya memiliki prinsip seperti tertera dalam Mazmur 146: 5, “Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya.” Kita bisa menjadi putus asa karena mengandalkan pada kekuatan sendiri, atau mengandalkan orang lain, padahal kekuatan diri sendiri atau pun kekuatan orang lain ada batasnya. Bila kita mengandalkan pertolongan pada Allah Bapa, apa yang kita butuhkan akan dipenuhi-Nya dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Hal yang kita butuhkan memang merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk membuat kita semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia dan semakin berkarya demi kebaikan sesama. 2. Allah pasti memberikan apa yang memang kita butuhkan untuk kebaikan kita dan orang-orang lain yang ada dalam lingkungan kita. Jadi, saat kita bingung apa yang kita butuhkan tidak kita dapatkan, ingatlah bahwa Allah sangat mengasihi kita dan karena itu Allah sangat memperhatikan kita. Mungkin saja jawaban Allah datang tidak secepat yang kita harapkan, tapi tetap datang pada waktu yang tepat menurut Allah, bukan menurut kita. Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Matius 7: 9 -11). Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 193. Kita harus gigih meminta apa yang kita butuhkan sampai mendapatkannya. Kegigihan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan memang disarankan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam Matius 7: 7-8. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Sungguh kata-kata Tuhan Yesus ini sangat menguatkan kita, bukan? C. Mengamati LingkunganTanyakan kepada lima orang temanmu, apakah mereka pernah berputus asa? Apa penyebabnya, apa saja yang mereka lakukan ketika putus asa, dan apakah tindakan itu berhasil mengatasi keputusasaan mereka. Tulis hasil pengamatanmu itu dengan melengkapi tabel di bawah ini. Penyebab putus asaHal yang dilakukan saat putus asaBerhasil mengatasi putus asa atau tidak berhasilD. Keterbatasan Manusia Letaknya keterbatasan manusia, lelah ketika manusia menganggap bahwa apa yang dibutuhkan harus datang pada saat ia meminta kepada Allah. Padahal Allah berpikir ke masa depan, jadi bila kita hanya memikirkan kebutuhan kita sesaat saja, belum tentu apa yang kita inginkan adalah hal yang baik bagi kita. Contohnya: Sari, seorang siswa kelas VIII, merengek-rengek minta dibelikan telepon seluler oleh orang tuanya, padahal ayahnya hanya bekerja sebagai tenaga keamanan di suatu kantor. Adik Sari ada dua orang dan bersekolah di jenjang SD. Ibu Sari membuat kue di rumah dan menjualnya di warung tetangga. Permohonan Sari sulit dipenuhi orang tuanya karena pengeluaran perbulan sudah cukup banyak: untuk biaya transportasi pergi dan pulang sekolah Sari dan kedua adiknya, untuk membeli buku pelajaran, baju seragam, dan sebagainya. Namun, karena cinta 20 Kelas VIII SMPkasih mereka terhadap Sari, mereka meminjam uang dari kantor ayah Sari untuk membelikan telepon yang diinginkan Sari. Sari sangat bangga dengan telepon itu, dan segera membawanya ke sekolah untuk diperlihatkan kepada teman-temannya saat istirahat. Tanpa diduga, telepon itu berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lain, dan tepat ketika ada pada tangan Badu, pak Guru masuk ke kelas. “Diam, anak-anak!” hardik pak Guru. Karena terkejut, Badu mencoba memasukkan telepon itu ke kantong celananya, tetapi Badu lupa bahwa kantong celananya sudah berlubang, sehingga telepon itu meluncur bebas ke lantai. Akibatnya, telepon itu mengalami keretakan di bagian atas. Pak Guru menegur Badu yang nampak tergesa-gesa mengambil telepon dan mengembalikannya ke Sari. Dan ketika pak Guru tahu bahwa telepon itu milik Sari, beliau pun menegur Sari agar tidak memamerkan hal-hal yang membuat teman-temannya jadi penasaran. Tentu saja Sari sangat sedih karena teleponnya yang baru ternyata kini rusak. Bagaimana ia menjelaskan hal ini kepada orang tuanya? Sari juga merasa malu karena ditegur oleh pak Guru di hadapan teman-temannya, padahal selama ini ia sering dipuji oleh para guru sebagai siswa yang rajin dan suka membaca. Sari kini berpikir ulang, mungkin belum saatnya ia memiliki telepon seperti itu, apalagi bila tujuannya hanya untuk dipamerkan kepada teman-temannya. Cerita Sari ini menunjukkan bahwa apa yang diinginkan manusia belum tentu merupakan hal yang dibutuhkannya. Hal ini bisa terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam memikirkan konsekuensi atau akibat dari keputusannya terhadap dirinya sendiri dan diri orang lain di sekitarnya. Namun, bila kita menyerahkan kepada Tuhan untuk memenuhi apa yang kita butuhkan, tentu Tuhan melakukannya dengan tepat. Judul pelajaran ini adalah “memilih untuk tidak berputus asa.” Mengertikah kalian bahwa putus asa adalah hal yang harus dihindari? Hidup di dalam kasih Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah adalah hidup yang membawa kita kepada kelimpahan, dan hendaknya ini yang kita pilih, yaitu dengan taat kepada-Nya dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh. Bila ini yang kita pilih, tidak ada waktu lagi untuk berputus asa. E. Menemukan Janji Allah di Mazmur 21 – 30 Lengkapi tabel di bawah ini dengan membuat dua jenis catatan. Pertama, catatlah ayat-ayat mana saja yang mencerminkan keputusasaan si penulis Mazmur di dalam kotak yang bertanda . Kedua, catat juga ayat-ayat mana yang mencerminkan harapan yang dimiliki penulis Mazmur kepada Tuhan di dalam kotak yang bertanda. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 21Next >