< Previous2 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKDalam Implementasi Kurikulum 2013 telah disiapkan buku Teks Pelajaran bagi peserta didik untuk mendukung proses pembelajaran dan penilaian. Selanjutnya Guru dipermudah dengan adanya buku guru dalam pembelajaran. Di dalamnya terdapat materi yang akan dipelajari, metode dan proses pembelajaran yang disarankan, serta sistem penilaian yang dianjurkan. Bahkan dalam buku untuk peserta didik terdapat materi pelajaran, lembar evaluasi tertulis, dan sejenisnya. Kita menyadari bahwa peran Guru sangat penting sebagai pelaksana kurikulum, yaitu berhasil tidaknya pelaksanaan kurikulum salah satunya ditentukan oleh peran guru. Hendaknya guru: (1) memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan kepribadian yang baik; dan (2) dapat berperan sebagai fasilitator atau pendamping belajar anak didik yang baik, mampu memotivasi anak didik dan mampu menjadi panutan yang dapat diteladani oleh peserta didik. B. TujuanBuku panduan ini digunakan Guru sebagai acuan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran dan penilaian Pendidikan Agama Kristen (PAK) di kelas, secara khusus untuk:1. membantu guru mengembangkan kegiatan pembelajaran dan penilaian Pendidikan Agama Kristen di tingkat SMA/SMK kelas XI;2. memberikan gagasan dalam rangka mengembangkan pemahaman, keterampilan, dan sikap serta perilaku dalam berbagai kegiatan belajar – mengajar PAK dalam lingkup nilai-nilai Kristiani dan Allah Tritunggal;3. memberikan gagasan contoh pembelajaran PAK yang mengaktifkan peserta didik melalui berbagai ragam metode dan pendekatan pembelajaran dan penilaian; dan4. mengembangkan metode yang dapat memotivasi peserta didik untuk selalu menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. C. Ruang LingkupBuku panduan ini diharapkan dapat digunakan oleh Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada buku peserta didik SMA/SMK kelas XI. Selain itu buku panduan ini dapat memberi wawasan bagi guru tentang prinsip pengembangan kurikulum, Kurikulum 2013, fungsi dan tujuan Pendidikan Agama Kristen, cara pembelajaran dan penilaian PAK serta penjelasan kegiatan Guru pada setiap bab yang ada pada buku Teks Pelajaran. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 3A. Prinsip Pengembangan KurikulumKurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi peserta didik di sekolah. Dalam kurikulum ini terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pelaksana pendidikan, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan peserta didik mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh peserta didik, keluarga, dan masyarakat. Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Di dalamnya semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Pewujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Guru adalah perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan peserta didik secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat. Prinsip-prinsip umumAda beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam, yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yakni antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum. Pengembangan Kurikulum 2013BabII4 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKPrinsip kedua adalah fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.Prinsip ketiga adalah kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan bersama-sama, dan selalu diperlukan komunikasi dan kerja sama antara para pengembang kurikulum SD dengan SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi.Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum, kalau penggunaannya menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis. Prinsip kelima adalah efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus sederhana dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum yang dimaksud baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Kurikulum pada dasarnya berintikan empat aspek utama, yaitu: tujuan-tujuan pendidikan, isi pendidikan, pengalaman belajar, dan penilaian. Interelasi antara keempat aspek tersebut serta antara aspek-aspek tersebut dengan kebijaksanaan pendidikan perlu selalu mendapat perhatian dalam pengembangan kurikulum. B. Kompetensi IntiKompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi standar kompetensi lulusan (SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 5jenjang pendidikan tertentu. Gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotorik) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kom-petensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap spiritual (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan keterampilan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan bagi Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi inti kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Pusat Kurikulum dan Perbukuan, sejak tahun 2011 telah mengadakan penataan ulang kurikulum seluruh mata pelajaran berdasarkan masukan dari masyarakat, pakar pendidikan dan kurikulum, serta guru-guru. Ketika penataan sedang berlangsung, arah penataan berubah menjadi “pembaruan” total terhadap seluruh kurikulum mata pelajaran. Pemerintah menginginkan supaya ada keterpaduan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, dengan demikian membentuk wawasan dan sikap keilmuan dalam diri peserta didik. Melalui proses tersebut, diharapkan peserta didik tidak memahami ilmu secara fragmentaris dan terpilah-pilah namun dalam satu kesatuan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam struktur kurikulum baru tidak ada rumusan Standar kelulusan kelas dan Standar Kompetensi tetapi diganti dengan Kompetensi Inti, yaitu rumusan kompetensi yang menjadi rujukan dan acuan bagi seluruh mata pelajaran pada tiap jenjang dan tiap kelas. Jadi, penyusunan Kompetensi Dasar mengacu pada rumusan Kompetensi Inti yang ada pada tiap jenjang dan kelas. Kompetensi inti merupakan pengikat seluruh 6 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKmata pelajaran sebagai satu kesatuan ilmu termasuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Namun, mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tidak termasuk dalam model integratif tematis karena dipandang memiliki kekhususan tersendiri. Oleh karena itu, mata pelajaran Pendidikan Agama termasuk Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tetap berdiri sendiri sebagai mata pelajaran seperti sebelumnya.C. Kompetensi DasarKompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresif ataupun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaidah filosofi esensialisme dan perenialisme.Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Ciri Khas Kurikulum 2013Kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri khas, antara lain:1. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) yang terkait satu dengan yang lain serta memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas. 2. Konsep dasar pembelajaran mengedepankan pengalaman individu melalui observasi (meliputi menyimak, melihat, membaca, mendengarkan), bertanya, asosiasi, menyimpulkan, mengomunikasikan, menalar, dan berani bereksperimen yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kreativitas anak didik. Pendekatan ini lebih dikenal dengan sebutan pembelajaran berbasis pengamatan (observation-based learning). Selain itu proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 7juga diarahkan untuk membiasakan anak didik beraktivitas secara kolaboratif dan berjejaring untuk mencapai suatu kemampuan yang harus dikuasai oleh anak didik pada aspek pengetahuan (kognitif) yang meliputi daya kritis dan kreatif, kemampuan analisis, dan evaluasi. Sikap (afektif), yaitu religiusitas, mempertimbangkan nilai-nilai moralitas dalam melihat sebuah masalah, mengerti, dan toleran terhadap perbedaan pendapat. Keterampilan (psikomotorik) meliputi terampil berkomunikasi, ahli dan terampil dalam bidang kerja. 3. Pendekatan pembelajaran adalah Student centered yakni proses pembelajaran berpusat pada peserta didik, guru berperan sebagai fasilitator atau pendamping dan pembimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Active and cooperative learning: dalam proses pembelajaran peserta didik harus aktif untuk bertanya, mendalami, dan mencari pengetahuan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan eksperimen pribadi dan kelompok, metode observasi, diskusi, presentasi, melakukan proyek sosial dan sejenisnya. Contextual: pembelajaran harus mengaitkan dengan konteks sosial di mana peserta didik hidup, yaitu lingkungan kelas, sekolah, keluarga, dan masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menunjang capaian kompetensi anak didik secara optimal. 4. Penilaian untuk mengukur kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan hidup peserta didik yang diarahkan untuk menunjang dan memperkuat pencapaian kompetensi yang dibutuhkan oleh anak didik di abad ke-21. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran adalah penunjang pembelajaran itu sendiri. Dengan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, maka sudah seharusnya penilaian juga dapat dikreasi sedemikian rupa hingga menarik, menyenangkan, tidak menegangkan, dapat membangun rasa percaya diri dan keberanian peserta didik dalam berpendapat, serta membangun daya kritis dan kreativitas.5. Di Sekolah Dasar Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain (sikap dan keterampilan berbahasa) dan pendekatan tematik diberlakukan dari kelas satu sampai kelas enam kecuali pada mata pelajaran pendidikan agama.8 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKCiri Khas Kurikulum PAK 2013 Dibandingkan dengan Kurikulum LamaPerubahan Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama KristenNo.Implementasi Kurikulum LamaKurikulum Baru1.Asesmen atau penilaian terpisah dari pembelajaran karena dilakukan setelah selesai proses pembelajaran Penilaian berlangsung sepanjang proses , penilaian tidak hanya berorientasi pada hasil belajar namun mencakup proses belajar. Tiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotorik memperoleh porsi yang seimbang disesuaikan dengan ciri khas PAK. Penerapan penilaian otentik. 2.Pemahaman teologi lebih banyak terfokus pada teksPemahaman teologi digali secara lebih berimbang antara teks dan konteks. Tindak lanjut dari pembahasan teks dan konteks adalah, dalam buku Guru dicantumkan teks yang dilengkapi dengan penjelasan bahan Alkitab yang juga memuat tafsiran dan konteks.3.Ruang lingkup materi cenderung bersifat issue oriented (berpusat pada tema-tema kehidupan)Ruang lingkup materi berpusat pada Alkitab dan tema-tema kehidupan. Penalaran teologis memperoleh porsi dominan dalam pengayaan materi PAK.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 9Pendidikan Agama Kristen merupakan wahana pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk mengenal Allah melalui karya-Nya serta mewujudkan pengenalannya akan Allah Tritunggal melalui sikap hidup yang mengacu pada nilai-nilai kristiani. Dengan demikian, melalui PAK peserta didik mengalami perjumpaan dengan Tuhan Allah yang dikenal, dipercaya, dan diimaninya. Perjumpaan itu diharapkan mampu mempengaruhi peserta didik untuk bertumbuh menjadi garam dan terang kehidupan.Secara khusus buku PAK aras SMA/SMK atau Kelas X, XI dan XII mengajak peserta didik untuk memahami hidup sebagai pengikut Kristus. Untuk itu, topik tentang hidup beriman dan berpengharapan menjadi wadah untuk membahas secara lebih rinci bagaimana seharusnya menjalani hidup sebagai pengikut Kristus. Peserta didik juga diajak untuk mewujudkan nilai-nilai iman dalam berbagai bentuk tanggung jawab sosial pada lingkup keluarga, gereja, dan masyarakat.Pendidikan Agama Kristen merupakan mata pelajaran yang bersumber dari Alkitab yang dapat mengembangkan berbagai kemampuan dan kecerdasan peserta didik. Antara lain dalam memperteguh iman kepada Tuhan Allah, memiliki budi pekerti luhur, menghormati serta menghargai semua manusia dengan segala persamaan dan perbedaannya (termasuk agree in disagreement/setuju untuk tidak setuju). A. Hakikat Pendidikan Agama KristenHakikat Pendidikan Agama Kristen seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia tahun 1999 adalah: Usaha yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK)BabIII10 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKB. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, disebutkan bahwa: pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama (Pasal 2 ayat 1). Selanjutnya disebutkan bahwa pendidikan agama bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Pasal 2 ayat 2).Mata pelajaran PAK berfungsi untuk:a. memperkenalkan Allah dan karya-karya-Nya agar peserta didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah dalam hidupnya; danb. menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik, sehingga mampu memahami, menghayati, dan mengamalkannya.Tujuan PAK:a. menghasilkan manusia yang dapat memahami kasih Allah didalam Yesus Kristus dan mengasihi Allah dan sesama; danb. menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggung jawab serta berakhlak mulia dalam masyarakat majemuk.Pendidikan Agama Kristen di sekolah disajikan dalam dua aspek, yaitu aspek Allah Tritunggal dan karya-Nya, dan aspek nilai-nilai kristiani. Secara holistik, pengembangan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PAK pada Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada dogma tentang Allah dan karya-Nya. Pemahaman terhadap Allah dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik. Inilah dua aspek yang ada dalam seluruh materi pembelajaran PAK dari SD sampai SMA/SMK.C. Landasan TeologisPendidikan Agama Kristen telah ada sejak pembentukan umat Allah yang dimulai dengan panggilan terhadap Abraham. Hal ini berlanjut dalam lingkungan dua belas suku Israel sampai dengan zaman Perjanjian Baru. Sinagoge atau rumah ibadah orang Yahudi bukan hanya menjadi tempat ibadah melainkan menjadi pusat kegiatan pendidikan bagi anak-anak dan keluarga orang Yahudi. Beberapa nats di bawah ini dipilih untuk mendukungnya.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 111. Kitab Ulangan 6: 4-9. Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengajarkan tentang kasih Allah kepada anak-anak dan kaum muda. Perintah ini kemudian menjadi kewajiban normatif bagi umat Kristen dan lembaga gereja untuk mengajarkan kasih Allah. Dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama Kristen bagian Alkitab ini telah menjadi dasar dalam menyusun dan mengembangkan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.2. Amsal 22: 6Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Betapa pentingnya penanaman nilai-nilai iman yang bersumber dari Alkitab bagi generasi muda, seperti tumbuhan yang sejak awal pertumbuhannya harus diberikan pupuk dan air, demikian pula kehidupan iman orang percaya harus dimulai sejak dini. Bahkan ada pakar PAK yang mengatakan pendidikan agama harus diberikan sejak dalam kandungan Ibu sampai akhir hidup seseorang.3. Matius 28:19-20Tuhan Yesus Kristus memberikan amanat kepada tiap orang percaya untuk pergi ke seluruh penjuru dunia dan mengajarkan tentang kasih Allah. Perintah ini telah menjadi dasar bagi tiap orang percaya untuk turut bertanggung jawab terhadap Pendidikan Agama Kristen.Sejarah perjalanan agama Kristen turut dipengaruhi oleh peran Pendidikan Agama Kristen sebagai pembentuk sikap, karakter, dan iman orang Kristen dalam keluarga, gereja, dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, Lembaga gereja, lembaga keluarga dan sekolah secara bersama-sama bertanggung jawab dalam tugas mengajar dan mendidik anak-anak, remaja, dan kaum muda untuk mengenal Allah Pencipta, Penyelamat, Pembaru, dan mewujudkan ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.Sejarah perkembangan Pendidikan Agama Kristen juga diwarnai oleh dua pemetaan pemikiran yang mana masing-masing pemikiran memiliki pembenarannya dalam sejarah. Yaitu pemikiran bahwa ruang lingkup pembahasan PAK seharusnya mengacu pada kronologi Alkitab sedangkan pemikiran lainnya adalah pembahasan PAK seharusnya mengacu pada tema-tema tertentu menyangkut problematika kehidupan. Dua pemikiran ini dikenal dengan “bible oriented” dan “issue oriented”. Jika ditelusuri sejak zaman PL, PB, sampai dengan sebelum reformasi, pengajaran iman Kristen umumnya mengacu pada kronologi Alkitab namun sejak reformasi berbagai tema kehidupan telah menjadi lingkup pembahasan PAK. Artinya terjadi pergeseran dari Bible Oriented ke issue oriented. Hal ini berkaitan dengan pemahaman bahwa Iman harus mewujud didalam tindakan atau praksis kehidupan. Menurut Groome praksis bukan sekedar tindakan atau aksi melainkan praktek kehidupan yang melibatkan ranah kognitif, Next >