< Previous142Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1Jatuhnya Masjid Raya Baiturrahman dan istana sultan, Belanda menyatakan bahwa Aceh Besar telah menjadi daerah kekuasaan Belanda. Para ulebalang, ulama dan rakyat tidak ambil pusing dengan pernyataan Belanda. Mereka kemudian mengangkat putra mahkota Muhammad Daud Syah sebagai Sultan Aceh. Tetapi karena masih di bawah umur, maka diangkatlah Tuanku Hasyim Banta Muda sebagai wali atau pemangku sultan sampai tahun 1884. Pusat pemerintahan di Indrapuri (sekitar 25 km arah tenggara dari pusat kota). Semangat untuk melanjutkan perang terus menggelora di berbagai tempat. Pertempuran dengan Belanda semakin meluas ke daerah hulu. Sementara itu, tugas van Swieten di Aceh dipandang cukup. Ia digantikan oleh Jenderal Pel. Sebelum Swieten meninggalkan Aceh, ia mengatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda akan segera membangun kembali masjid raya yang telah dibakarnya. Tentu hal ini dalam rangka menarik simpati rakyat Aceh. Para pejuang Aceh tidak mengendorkan semangatnya. Di bawah pimpinan ulebalang, ulama, dan ketua adat, rakyat Aceh terus mengobarkan perang melawan Belanda. Semangat juang semakin meningkat seiring pulangnya Habib Abdurrahman dari Turki pada tahun 1877. Tokoh ini kemudian menggalang kekuatan bersama Tengku Cik Di Tiro. Pasukannya terus melakukan serangan-serangan ke pos-pos Belanda. Kemudian Belanda menambah kekuatannya sehingga dapat mengalahkan serangan – serangan yang dilakukan pasukan Habib Abdurrahman dan Cik Di Tiro. Di bawah pimpinan Van der Heijden, Belanda berhasil mendesak pasukan Habib Abdurrahman, bahkan Habib Abdurrahman akhirnya menyerah kepada Belanda. Sementara Cik Di Tiro mundur ke arah Sigli untuk melanjutkan perlawanan. Belanda berhasil menguasai beberapa daerah seperti Seunaloh, Ansen Batee.c) Perang SabilTahun 1884 merupakan tahun yang sangat penting, karena Muhammad Daud Syah telah dewasa maka secara resmi dinobatkan sebagai sultan dengan gelar Sultan Ala’uddin Muhammad Daud Syah bertempat di Masjid Indrapuri. Pada waktu upacara penobatan ini para pemimpin Perang Aceh seperti Tuanku Hasyim, Panglima Polim, Tengku Cik Di Tiro memproklamirkan “Ikrar Prang Sabi” (Perang Sabil). Perang Sabil merupakan perang melawan kaphee Beulanda (kafir Belanda), perang suci untuk membela agama, perang 143Sejarah Indonesiauntuk mempertahankan tanah air, perang jihad untuk melawan kezaliman di muka bumi. Setelah penobatan itu, mengingat keamanan, istana di Indrapuri dipindahkan ke Keumala di daerah Pidie (sekitar 25 km sebelah selatan kota Pidie). Dari Istana Keumala inilah semangat Perang Sabil digelorakan. Dengan digelorakan Perang Sabil, perlawanan rakyat Aceh semakin meluas. Apalagi dengan seruan Sultan Muhammad Daud Syah yang menyerukan gerakan amal untuk membiayai perang, telah menambah semangat para pejuang Aceh. Cik Di Tiro mengobarkan perlawanan di Sigli dan Pidie. Di Aceh bagian barat tampil Teuku Umar beserta isterinya Cut Nyak Dien. Pertempuran sengit terjadi di Meulaboh. Beberapa pos pertahanan Belanda berhasil direbut oleh pasukan Teuku Umar. Pasukan Aceh dengan semangat jihadnya telah menambah kekuatan untuk melawan Belanda. Belanda mulai kewalahan di berbagai medan pertempuran. Belanda mulai menerapkan strategi baru yang dikenal dengan Konsentrasi Stelsel atau Stelsel Konsentrasi. » Kamu tahu apa yang dimaksud dengan Konsentrasi Stelsel dan bagaimana penerapannya di Aceh?Strategi Konsentrasi Stelsel itu ternyata juga belum efektif untuk dapat segera menghentikan perang di Aceh. Bahkan, dengan strategi itu telah menyebarkan perlawanan rakyat Aceh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Perang gerilya juga mulai dilancarkan oleh para pejuang Aceh. Gerakan pasukan Teuku Umar juga terus mengalami kemajuan. Pertengahan tahun 1886 Teuku Umar berhasil menyerang dan menyita kapal Belanda Hok Canton yang sedang berlabuh di Pantai Rigaih. Kapten Hansen (seorang berkebangsaan Denmark) nakhoda kapal yang diberi tugas Belanda untuk menangkap Teuku Umar justru tewas dibunuh oleh Teuku Umar. Di tengah-tengah perjuangan itu pada tahun 1891 Tengku Sumber: Jejak-Jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung hingga Hamengku Buwono IX, 1992.Gambar 2.31 Cut Nyak Dien.Sumber: Jejak-Jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung hingga Hamengku Buwono IX, 1992.Gambar 2.32 Teuku Umar.144Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1Cik Di Tiro meninggal. Perjuangannya melawan Belanda dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Tengku Ma Amin Di Tiro. Kemudian ada berita bahwa pada tahun 1893 Teuku Umar menyerah kepada Belanda. Teuku Umar kemudian dijadikan panglima tentara Belanda dan diberi gelar Teuku Johan Pahlawan. Ia diizinkan untuk membentuk kesatuan tentara beranggotakan 250 orang. Peristiwa ini tentu sangat berpengaruh pada semangat juang rakyat Aceh. Nampaknya Teuku Umar juga tidak serius untuk melawan bangsanya sendiri. Setelah pasukannya sudah mendapatkan banyak senjata dan dipercaya membawa dana 800.000 gulden, pada 29 Maret 1896 Teuku Umar dengan pasukannya berbalik dan kembali melawan Belanda. Peristiwa inilah yang dikenal dengan Het verraad van Teukoe Oemar (Pengkhianatan Teuku Umar). Teuku Umar berhasil menyerang pos-pos Belanda yang ditemui. Peristiwa itu membuat Belanda semakin marah dan geram. Sementara untuk menghadapi semangat Perang Sabil Belanda juga semakin kesulitan. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain untuk melaksanakan usulan Snouck Horgronye untuk melawan Aceh dengan kekerasan. Perlu diketahui bahwa sebelum itu Belanda telah meminta Snouck Hurgronje agar melakukan kajian tentang seluk beluk kehidupan dan semangat juang orang-orang Aceh, sehingga dapat ditemukan strategi untuk segera mengalahkan para pejuang Aceh. Snouck Hurgronje mulai menyamar memasuki kehidupan di tengah-tengah kehidupan masyarakat Aceh. Ia memakai nama samaran Abdul Gafar. Ia telah mempelajari agama Islam dan adat budaya Aceh. Snouck Horgronye menyimpulkan bahwa para pejuang Aceh itu sulit dikalahkan karena disemangati oleh semangat jihad dengan tali ukhuwah Islamiyahnya. Oleh karena itu, Snouck Hurgronje mengusulkan beberapa cara untuk melawan perjuangan rakyat Aceh. Beberapa usulan itu adalah sebagai berikut: 1) perlu memecah belah persatuan dan kekuatan masyarakat Aceh, sebab di lingkungan masyarakat Aceh terdapat rasa persatuan antara kaum bangsawan, ulama, dan rakyat;2) menghadapi kaum ulama yang fanatik dalam memimpin perlawanan harus dengan kekerasan, yaitu dengan kekuatan senjata; dan3) bersikap lunak terhadap kaum bangsawan dan keluarganya dan diberi kesempatan untuk masuk ke dalam korps pamong praja dalam pemerintahan kolonial Belanda.Belanda segera melaksanakan usulan-usulan Snouck Hurgronje tersebut. Belanda harus menggempur Aceh dengan kekerasan dan senjata. Untuk memasuki fase ini dan memimpin perang melawan rakyat Aceh, diangkatlah 145Sejarah Indonesiagubernur militer yang baru yakni van Heutsz (1898-1904) menggantikan van Vliet. Genderang perang dengan kekerasan di mulai tahun 1899. Perang ini berlangsung 10 tahun. Oleh karena itu, pada periode tahun 1899 – 1909 di Aceh disebut dengan masa sepuluh tahun berdarah (tien bloedige jaren) . Semua pasukan disiagakan dengan dibekali seluruh persenjataan. Van Heutsz segera melakukan serangan terhadap pos pertahanan para pemimpin perlawanan di berbagai daerah. Dalam hal ini Belanda juga mengerahkan pasukan anti gerilya yang disebut Korps Marchausse (Marsose) yakni pasukan yang terdiri dari orang-orang Indonesia yang berada di bawah pimpinan opsir-opsir Belanda. Mereka pandai berbahasa Aceh. Dengan demikian, mereka dapat bergerak sebagai informan. Dengan kekuatan penuh dan sasaran yang tepat karena adanya informan-informan bayaran, serangan Belanda berhasil mencerai-beraikan para pemimpin perlawanan. Teuku Umar bergerak menyingkir ke Aceh bagian barat dan Panglima Polem dapat digiring dan bergerak di Aceh bagian timur. Di Aceh bagian barat Teuku Umar mempersiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan secara besar-besaran ke arah Meulaboh. Tetapi tampaknya persiapan Teuku Umar ini tercium oleh Belanda. Maka Belanda segera menyerang benteng pertahanan Teuku Umar. Terjadilah pertempuran sengit pada Februari 1899. Dalam pertempuran ini Teuku Umar gugur sebagai syuhada. Perlawanan dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien dengan pasukannya memasuki hutan dan mengembangkan perang gerilya. Perlawanan rakyat Aceh belum berakhir. Para pejuang Aceh di bawah komando Sultan Daud Syah dan Panglima Polem terus berkobar. Setelah istana kerajaan di Keumala diduduki Belanda, sultan melakukan perlawanan dengan berpindah-pindah bahkan juga melakukan perang gerilya. Sultan menuju Kuta Sawang kemudian pindah ke Kuta Batee Iliek. Tetapi kuta-kuta ini berhasil diserbu Belanda. Sultan kemudian menyingkir ke Tanah Gayo. Pada tahun berikutnya Belanda menangkap istri sultan, Pocut Murong. Karena tekanan Belanda yang terus menerus, pada Januari 1903 Sultan Muhammad Daud Syah terpaksa menyerah. Demikian siasat licik dari Belanda. Cara licik ini kemudian digunakan untuk mematahkan perlawanan Panglima Polem dan Tuanku Raha Keumala. Istri, ibu dan anak-anak Panglima Polem ditangkap Sumber: Dari Buku ke Buku sambung Menyambung Menjadi Satu, 2002.Gambar 2.33 Snouck Hurgronje.146Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1oleh Belanda. Dengan tekanan yang bertubi-tubi akhirnya Panglima Polem juga menyerah pada 6 September 1903. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kerajaan Aceh yang sudah berdiri sejak 1514 harus berakhir. Kerajaan boleh berakhir, tetapi semangat juang rakyat Aceh untuk melawan dominasi asing sulit untuk dipadamkan. Sementara Cut Nyak Dien terus mengobarkan perang jihad dengan bergerilya. Tetapi setelah pos pertahanan pasukannya dikepung tentara Belanda pada tahun 1906 Cut Nyak Dien berhasil ditangkap. Ia dibuang ke Sumedang, Jawa Barat sampai meninggal pada tanggal 8 November 1908.Namun perjuangan rakyat Aceh juga belum berakhir. Di daerah Pidie sejumlah ulama masih terus melancarkan serangan ke pos-pos Belanda. Tokoh-tokoh ulama itu misalnya Teungku Mahyidin Tiro bersama istrinya Teungku Di Bukiet Tiro, Teungku Ma’at Tiro, Teungku Cot Plieng. Semua ulama ini gugur dalam Perang Sabil melawan kezaliman Belanda. Ulama yang terakhir mengadakan perlawaan di Pidie ini adalah Teungku Ma’at Tiro yang waktu Sumber: Tempat Pengasingan dan Makam Pejuang Bangsa, 2003Gambar 2.34. Keadaan Cut Nyak Dien saat setelah ditangkap setelah beberapa waktu memimpin perang gerilya.147Sejarah Indonesiaitu baru berusia 16 tahun. Tetapi setelah dikepung di Pegunungan Tangse Teungku Ma’at Tiro berhasil ditembak mati oleh Belanda pada tahun 1911. Ia mati syahid gugur sebagai kusuma bangsa. Sementara itu, di pesisir utara dan timur Aceh juga masih banyak para ulama dan pemimpin adat yang terus melakukan perlawanan. Tokoh perlawanan tersebut diantaranya Teuku Ben Pirak (ayah Cut Nyak Mutia), Teuku Cik Tinong (suami Cut Nyak Mutia). Setelah ayah dan suaminya gugur, Cut Nyak Mutia melanjutkan perang melawan kekejaman Belanda. Cut Nyak Mutia sesuai dengan pesan suaminya Teuku Cik Tunong sebelum ditembak mati oleh Belanda disarankan untuk menikah dengan Pang Nanggru. Oleh karena itu, Cut Nyak Mutia dapat bersama-sama melawan Belanda dengan Pang Nanggru. Pada tanggal 26 September 1910 terjadi pertempuran sengit di Paya Cicem. Pang Nanggru tewas dan Cut Nyak Mutia berhasil meloloskan diri. Bersama puteranya Raja Sabil (baru usia 11 tahun), Cut Nyak Mutia terus memimpin perlawanan. Tetapi Cut Nyak Mutia akhirnya dapat didesak dan gugur setelah beberapa peluru menembus kaki dan tubuhnya. Ulama yang lain seperti Teungku Di Barat bersama istrinya Cut Po Fatimah masih melanjutkan perlawanan, tetapi suami-istri itu akhirnya juga gugur tertembak oleh keganasan peluru Belanda pada tahun 1912. Demikian Perang Sabil yang digelorakan rakyat Aceh secara massal baru berakhir pada tahun 1912. Tetapi sebenarnya masih ada gerakan-gerakan perlawanan lokal yang berskala kecil yang sering terjadi. Bahkan, dikatakan perang-perang kecil itu berlangsung sampai tahun 1942.» Kamu sudah belajar tentang sejarah Perang Sabil di Aceh. Bagaimana penilaian kamu tetang semangat dan perjuangan rakyat dan para tokoh di Aceh. Mengapa Perang Sabil di Aceh berlangsung begitu lama? Pelajaran apa yang dapat kamu peroleh, apa yang dapat kamu teladani dalam peristiwa sejarah Perang Sabil di Aceh?Sumber: Jejak-jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung Hingga Hamengkubuwono IX, 1992.Gambar 2.35 Cut Nyak Mutia.148Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 18. Perang Batak Kita semua juga sudah sangat familier mendengar kata Batak. Batak merupakan nama kawasan sekaligus nama suku, Suku Batak. Ada beberapa kelompok Batak misalnya ada Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, dan Batak Pakpak. Sekarang masyarakat Batak tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Mereka banyak yang bergerak dan berperan di bidang hukum. Secara historis-sosiologis masyarakat Batak menarik untuk dikaji. Secara sosiologis kita mengenal bagaimana struktur masyarakat Batak itu. Basis masyarakat Batak sebenarnya berada di daerah-daerah kompleks perkampungan yang disebut dengan huta. Huta adalah bentuk kesatuan ikatan-ikatan kampung yang dalam berbagai aspek kehidupan berdiri sendiri-sendiri. Setiap kesatuan huta didiami oleh satu ikatan kekerabatan yang disebut marga. Dalam strukturnya, di atas huta atau gabungan dari beberapa huta terbentuk horja dan gabungan dari beberapa horja terbentuk bius. Kesatuan dari beberapa bius itu terbentuklah satu wilayah kerajaan. Kerajaan masyarakat Batak yang dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja, pusat pemerintahannya ada di Bakkara. Sejak tahun 1870 yang menjadi raja adalah Patuan Bosar Ompu Pulo Batu yang bergelar Sisingamangaraja XII. Pada tahun 1878 Raja Sisingamangaraja XII angkat senjata memimpin rakyat Batak untuk melawan Belanda. a. Mengapa terjadi Perang Batak?Perlu diketahui bahwa setelah Perang Padri berakhir, Belanda terus meluaskan daerah pengaruhnya. Belanda mulai memasuki tanah Batak seperti Mandailing, Angkola, Padang Lawas, Sipirok bahkan sampai Tapanuli. Hal ini jelas merupakan ancaman serius bagi kekuasaan Raja Batak, Sisingamangaraja XII. Masuknya dominasi Belanda ke tanah Batak ini juga disertai dengan penyebaran agama Kristen. Penyebaran agama Kristen ini ditentang oleh Sisingamangaraja XII karena dikhawatirkan perkembangan agama Kristen itu akan menghilangkan tatanan tradisional dan bentuk kesatuan negeri yang telah ada secara turun temurun. Untuk menghalangi proses Kristenisasi ini, Sumber: Jejak-Jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung hingga Hamengku Buwono IX, 1992.Gambar 2.36 Sisingamangaraja XII.149Sejarah Indonesiapada tahun 1877 Raja Sisingamangaraja XII berkampanye keliling ke daerah-daerah untuk menghimbau agar masyarakat mengusir para zending yang memaksakan agama Kristen kepada penduduk. Masuknya pengaruh Belanda ini juga akan mengancam kelestarian tradisi dan adat asli orang-orang Batak. Akibat kampanye Raja Singamangaraja XII telah menimbulkan ekses pengusiran para zending. Bahkan ada penyerbuan dan pembakaran terhadap pos-pos zending di Silindung. Kejadian ini telah memicu kemarahan Belanda dan dengan alasan melindungi para zending, Pada tanggal 8 Januari 1878 Belanda mengirim pasukan untuk menduduki Silindung. Pecahlah Perang Batak» Dari uraian yang telah dipaparkan, coba rumuskan apa sebab terjadinya Perang Batak?b. Bagaimana Jalannya Perang Batak?Alasan untuk melindungi para Zending tentu alasan yang dibuat-buat Belanda. Karena yang jelas Belanda menduduki Silindung sebagai langkah awal untuk memasuki tanah Batak yang merupakan wilayah kekuasaan Raja Sisingamangaraja XII. Belanda ingin menguasai seluruh tanah Batak. Kali pertama pasukan Belanda yang dipimpin oleh Kapten Schelten menuju Bahal Batu. Rakyat Batak di bawah pimpinan langsung Raja Sisingamangaraja XII melakukan perlawanan terhadap gerakan pasukan Belanda di Bahal Batu. Dalam menghadapi perang melawan Belanda ini rakyat Batak sudah menyiapkan benteng pertahanan seperti benteng alam yang terdapat di dataran tinggi Toba dan Silindung. Di samping itu, dikembangkan benteng buatan yang ada di perkampungan. Setiap kelompok kampung dibentuk empat persegi dengan pagar keliling terbuat dari tanah dan batu. Di luar tembok ditanami bambu berduri dan di sebelah luarnya lagi dibuat parit keliling yang cukup dalam. Pintu masuk dibuat hanya beberapa buah dengan ukuran sempit. Pertempuran pertama terjadi di Bahal Batu. Sisingamangaraja XII dengan pasukannya berusaha memberikan perlawanan sekuat tenaga. Tetapi nampaknya kekuatan pasukan Batak tidak seimbang dengan kekuatan tentara Belanda, sehingga pasukan Sisingamangaraja XII ini harus ditarik mundur. Akibatnya justru pertempuran merembet ke daerah lain, misalnya sampai di Butar. Karena dengan gerakan mundur tadi, pasukan Sisingamangaraja XII juga melakukan penyerangan pada pos-pos Belanda yang lain. 150Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1Perang Batak ini semakin meluas ke daerah-daerah lain. Setelah berhasil menggagalkan berbagai serangan dari pasukan Sisingamangaraja XII, Belanda mulai bergerak ke Bakkara. Bakkara merupakan benteng dan istana Kerajaan Sisingamangaraja. Dengan jumlah pasukan yang cukup besar Belanda mulai mengepung Bakkara. Letnan Kitchner menyerang dari arah selatan, Chelter mendesak dari sebelah timur, sementara Van den Bergh mengepung dari arah barat. Beberapa komandan tempur Belanda berusaha memasuki benteng Bakkara, tetapi selalu dapat dihalau dengan lemparan batu oleh para pejuang Batak. Akhirnya benteng dan Istana Bakkara dihujani tembakan-tembakan yang begitu gencar, sehingga benteng itu dapat diduduki Belanda. Sisingamangaraja dan sisa pasukannya berhasil meloloskan diri dan menyingkir ke daerah Paranginan di bagian selatan Danau Toba. Belanda terus memburu Sisingamangaraja. Sisingamangaraja kemudian menyingkir ke Lintung. Belanda terus mengejar Sisingamangaraja terus bergerak ke Tambunan, Lagu Boti, dan terus ke Baligie. Dengan kekuatan pasukannya, Belanda dapat menguasai tempat-tempat itu semua, sehingga semua daerah di sekitar Danau Toba sudah dikuasai Belanda. Sisingamangaraja XII dengan sisa pasukannya bergerak menuju Huta Puong. Pada Juli tahun 1889 Sisingamangaraja XII kembali angkat senjata melawan ekspedisi Belanda. Di Huta Puong ini pasukan Sisingamangaraja XII bertahan cukup lama. Tetapi pada tanggal 4 September 1899 Huta Puong juga jatuh ke tangan Belanda. Sisingamangaraja XII kemudian membuat pertahanan di Pakpak dan Dairi. Pasukan Belanda di bawah komando van Daden mengadakan gerakan sapu bersih terhadap kantong-kantong pertahanan dari Aceh sampai tanah Gayo, termasuk yang ada di tanah Batak . Tahun 1907 pasukan Belanda di bawah komando Hans Christoffel memfokuskan untuk menangkap Sisingamangaraja XII. Sisingamangaraja XII berhasil dikepung rapat di daerah segitiga Barus, Sidikalang, dan Singkel. Dalam pengepungan ini Belanda menggunakan cara licik yakni menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII dan dua anaknya. Dengan beban psikologis yang berat Sisingamangaraja XII tetap bertahan, tidak mau menyerah. Akhirnya pada tanggal 17 Juni 1907 siang pasukan Belanda dikerahkan untuk menangkap Sisingamangaraja XII di pos pertahanannya di Aik Sibulbulon di daerah Dairi. Dalam keadaan terdesak, Sisingamangaraja XII dengan putera-puteranya tetap bertahan dan melakukan perlawanan sekuat tenaga. Tetapi dalam pertempuran itu Sisingamangaraja XII tertembak mati. Begitu juga putrinya Lopian dan dua orang puteranya Sutan Nagari dan Patuan. Dengan demikian berakhirlah Perang Batak.151Sejarah Indonesia» Kamu sudah mempelajari sejarah perjuangan Sisingamangaraja XII dalam melawan Belanda. Kamu juga sudah belajar tentang sejarah Perang Padri dan Perang Sabil di Aceh. Coba tunjukkan keterkaitan antara ketiga perang tersebut!KESIMPULAN1. Perang yang terjadi pada abad ke-18, 19, dan awal 20 merupakan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda.2. Pemerintah kolonial Belanda tetap menjalankan taktik perang yang licik dan kejam. Tipu daya pura-pura mengajak damai, mengadu domba dan menangkap anggota keluarga pimpinan perang Indonesia terus dilakukan.3. Perang melawan penjajahan pemerintahan kolonial Hindia Belanda memang belum berhasil, tetapi semangat juang rakyat dan para pemimpin perang kita tidak pernah padam. Kedaulatan dan kemerdekaan rakyat Indonesia harus terus diperjuangkan agar bebas dari penjajahan. Penjajahan pada hakikatnya selalu kejam, menangnya sendiri, serakah, tidak memperhatikan penderitaan orang lain. Penjajahan senantiasa bertentangan dengan harkat dan hak asasi manusia.4. Banyak nilai keteladanan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya semangat cinta tanah air, rela berkorban, kebersamaan, kerja keras pantang menyerah dengan berbagai tantangan, sehingga dapat memotivasi kita untuk kerja keras dan giat belajar.Next >