< PreviousKelas XI SMA/MA/SMK/MAK154d. Setujukah kamu dengan isi cerita itu dan adakah hal-hal yang bertentangan dengan kayakinanmu sendiri?e. Bagaimana hubungan kamu sendiri selama ini dengan Tuhan? Ceritakanlah!3. Kerjakanlah hal berikut sesuai dengan instruksinya!a. Buatlah lima pertanyaan lainnya secara berkelompok untuk menguji pemahaman literal, interpretatif, integratif, kritis, dan kreatif!b. Mintalah teman-teman kamu dari kelompok lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu!Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat. Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar.1. Menyajikan contoh cerpen.Judul CerpenPengarangSumberInti CeritaBulan BiruGus Tf SakaiBuku Kumpuan CerpenDalam cerpen ini mengisahkan tentang beberapa binatang yang bisa berbicara seperti manusia. Mereka saling bergotong-royong dalam mendirikan bangunan.Serpihan di Teras RumahZaidinoorBuku Kumpuan CerpenCerpen ini mengisahkan tentang seorang perempuan tua bernama Ni Siti yang hidup seorang diri setelah ditinggalkan suaminya. Ni Siti bekerja sebagai pengambil getah karet.Rumah TuhanAK. BasukiBuku Kumpuan CerpenCerpen ini mengisahkan tentang ketulusan dan kesabaran seorang Ibu dalam menolong orang lain. Tidak pernah mengeluh terhadap penderitaan yang dialaminya.155Buku Guru Bahasa IndonesiaJudul CerpenPengarangSumberInti CeritaPiutang-piutang Menjelang AjalJujur PranotoBuku Kumpuan CerpenCerpen ini tentang seorang keponakan yang mempunyai piutang kepada pamannya. Utang tersebut harus dibayar sebelum pamannya meninggal.AlesiaSungging RagaBuku Kumpuan CerpenCerpen ini tentang perasaan seorang anak yang mengorbankan diri demi kesembuhan ibunya.2. Menjawab pertanyaan dengan berdiskusia. Peristiwa dalam cerpen ini berada di Kota, di Surau Kakek, rumah Ajo Sidi, dan lain-lain. Terjadi pada siang dan malam hari. b. Maksud dari Robohnya Surau Kami ialah Masjid yang berukuran kecil yang terdapat di kota kelahiran tokoh utama. Tokoh utama ini diceritakan sebagai seseorang yang hidupnya hanya beribadah sepanjang hari. c. Pesan-pesan dalam cerpen ini ialah jangan cepat bangga dengan perbuatan baik yang dilakukan karena hal tersebut bisa saja baik di hadapan manusia tetapi kurang baik di hadapan Tuhan; jangan mementingkan diri sendiri; jangan cepat marah terhadap orang yang memberi nasihat. d. Setuju. Tidak ada hal yang bertentangan.e. Hubungan dengan Tuhan begitu dekat. Kedekatan tersebut dilakukan dengan beribadah tepat waktu dan mengamalkannya dengan berbuat baik kepada sesama. 3. Pada jawaban ini, peserta didik membuat pertanyaan secara berkelompok dan meminta teman-teman lain menjawab pertanyaan tersebut. a. Pertanyaan Literal: Kapankah peristiwa dalam cerpen tersebut terjadi?b. Pertanyaan Interpretatif: Dalam cerpen tersebut terdapat percakapan antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis. Apakah maksud yang tersembunyi di balik percakapan tokoh antagonis kepada tokoh protagonis?c. Pertanyaan Integratif: Bercerita tentang apakah teks cerita pendek yang dibaca?d. Pertanyaan Kritis: Dalam cerpen tersebut terdapat nilai-nilai budaya dan sosial. Jika dihubungkan dengan kenyataannya, apakah nilai-nilai tersebut sudah sesuai di masyarakat?e. Pertanyaan Kreatif: Bagaimana menurutmu jika tokoh utama terus-menerus mengalami penderitaan? Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK156PROSES PEMBELAJARAN AKEGIATAN 2Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita PendekPetunjuk untuk GuruPada pembahasan ini, guru membimbing peserta didik untuk menemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek. Dengan mengajukan beragam pertanyaan tentang isi suatu teks, misalnya cerpen, kita akan sampai pada penemuan nilai dari teks itu. Adapun yang dimaksud dengan nilai dalam hal ini adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan kritis tentang kelebihan dan kelemahan cerpen itu, misalnya, akan sampailah pada jawaban tentang bermanfaat atau tidaknya bagi pembaca.Perhatikan penggalan cerpen berikut.Pak, pohon pepaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak semena-mena, tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan? Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan ialah kerukunan kampung. Soal kecil yang dibesar-besarkan bisa mengakibatkan kericuhan dalam kampung. Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras, seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara.(Cerpen “Gerhana”, Muhammad Ali)Penggalan cerpen tersebut mengungkapkan perlunya menjaga diri, yakni untuk tidak melebih-lebihkan persoalan sepele karena hal tersebut bisa berakibat fatal. Dalam unsur-unsur intrinsik karya sastra, pernyataan tersebut dinamakan dengan amanat. Pernyataan seperti itulah yang dianggap bernilai atau sesuatu yang berguna, sebagai “obor” atau petunjuk jalan bagi seseorang dalam berperilaku. Oleh karena itu, berkaitan dengan baik-buruknya perilaku dalam bermasyarakat, hal itulah yang dinamakan dengan nilai moral.Nilai dari sebuah cerpen tidak hanya berkaitan dengan keindahan bahasa dan kompleksitas jalinan cerita. Nilai atau sesuatu yang berharga dalam cerpen juga berupa pesan atau amanat. Wujudnya seperti yang dikemukakan di atas: ada yang berkenaan dengan masalah budaya, moral, agama, atau politik. Realitas pesan-pesan itu mungkin berupa pentingnya menghargai tetangga, perlunya kesetiaan pada kekasih, ketawakalan kepada Tuhan, dan sebagainya. Hanya kadang-kadang kita tidak mudah untuk merasakan kehadiran pesan-pesan itu. Karya-karya semacam itu perlu kita hayati benar-benar.157Buku Guru Bahasa IndonesiaUntuk menemukan keberadaan suatu nilai dalam cerpen, kamu dapat mengajukan sejumlah pertanyaan, misalnya, sebagai berikut.1. Mengapa tokoh A mengatakan hal itu berkali-kali?2. Mengapa latar cerita itu di sekolah dan pada sore hari?3. Mengapa pengarang membuat jalan cerita seperti itu?4. Mengapa seorang tokoh dimatikan sementara yang lain tidak?Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan membawamu pada simpulan tentang nilai tertentu yang disajikan pengarang.Tugas 1. Lakukan hal-hal berikut ini sesuai dengan instruksinya!a. Bacalah kembali cerpen “Robohnya Surau Kami”!b. Secara berkelompok, tunjukkanlah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen itu!c. Mungkinkah nilai-nilai tersebut kamu aktualisasikan pula dalam kehidupan sehari-hari?d. Laporkanlah hasil diskusi kelompokmu itu dalam format berikut!Laporan DiskusiJudul cerpen : ....Pengarang : ....Sinopsis : ........Nilai-nilai....Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari....2. Amatilah nilai-nilai yang berlaku di dalam kehidupan masyarakatmu!a. Nilai-nilai apa saja yang berkembang di dalamnya? Sajikanlah sebuah cerita yang menjelaskan aplikasi salah satu dari nilai-nilai itu!b. Adakah nilai yang kamu anggap bertentangan dengan nurani? Jelaskanlah!Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK158Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat. Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar.1. Laporan DiskusiJudul Cerpen : Robohnya Surau KamiPengarang : AA. NavisSinopsis :Dalam cerpen ini menceritakan tentang seorang kakek bernama Garin, penjaga surau (Takmir). Menjadi seorang penjaga surau dia tidak mendapatkan honor atau gaji apa pun. Dia hidup mengandalkan dari sedekah, yang hanya sekali pada hari Jumat. Pekerjaan sambilannya yaitu menjadi pengasah pisau dan gunting. Apabila yang meminta tolong perempuan biasanya dia diberi sambal. Berbeda lagi, apabila yang meminta tolong itu laki-laki, ia diberikan rokok kadang juga uang sebagai imbalannya. Tidak sedikit juga yang hanya memberikan ucapan terima kasih dan senyuman.Suatu ketika, kakek terlihat murung, sedih, kesal dan bermuram durja. Ia duduk termenung di serambil surau dengan ditemani beberapa peralatan asahan dan pisau cukur tua berada disekitar kaki kakek. Ternyata ia baru saja bertemu dan berbicara dengan Ajo Sidi, si pembual atau ahli pembuat cerita. Cerita-ceritanya aneh, unik, yang membuat cerita dengan menganalogikan lawan bicara dengan sesuatu. Hari itu kakek yang dijadikan bualan ceritanya, yang pada intinya menjadi pemeo atau semacam cerita yang menyindir pendengar.Ajo Sidi, si pembohong itu menceritakan seseorang bernama Haji Shaleh, yang dulunya di dunia selalu beribadah kepadaNya, taat menjalankan perintahNya dan selalu takwa kepada-Nya. Namun, di akhirat Haji Shaleh, malah dimasukkan ke dalam neraka, bahkan ditempatkan pada keraknya neraka. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya, dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri. Segala kehidupannya lahir batin diserahkan kepadaNya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain. Bahkan dia tak pernah membunuh seekor lalat pun. Padahal dia hidup berkaum, bersaudara namun sedikitpun tak memperdulikannya. Dia selalu bersujud, memuji dan berdoa kepadaNya. Setelah mendengar cerita dari Ajo Sidi, kakek hanya merenung dan memikirkannya Seolah ia merasakan apa yang dirasakan Haji Shaleh. Keesokan harinya, kakek mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur. Berita kematian kakek sudah tersebar ke seluruh kampung, semua warga kampung mengurus jenazah kakek. Semua warga mengantar kepergian jenazah kakek ke makam. Namun Ajo Sidi yang bisa dikatakan menjadi penyebab kematian kakek, malah tetap pergi bekerja. Dan sebelum pergi bekerja, Ajo Sidi berpesan kepada istrinya agar membelikan kain kafan untuk mengafani jenazah kakek. 159Buku Guru Bahasa IndonesiaNilai-nilai:a. Nilai sosial Sesama manusia harus saling membantu jika orang lain berada dalam kesusahan sebab kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.b. Nilai Moral Saling menghormati antarsesama dan jangan saling mengejek atau menghina.c. Nilai Agama Melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi yang dilarang oleh-Nya, seperti mencemooh, berbohong dan lain-lain.d. Nilai Pendidikan Tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha. e. Nilai Budaya Memegang teguh adat istiadat atau kebiasaan di suatu masyarakat. Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari: Nilai-nilai yang dapat diterapkan adalah nilai sosial, nilai moral, nilai pendidikan, nilai agama, dan nilai budaya. Masyarakat sebagai sumber utama yang dapat mengembangkan ragam nilai-nilai kehidupan jika setiap anggota masyarakat mampu untuk mengubah kebiasaan lama dengan kebiasaan yang baru.2. Mengamati Nilai-Nilai Kehidupan di Masyarakata. Nilai-nilai yang berkembang adalah nilai moral, sosial, agama, budaya, dan pendidikan. Mirna adalah seorang anak sopan, pintar, dan baik hati. Ia sangat dikagumi oleh banyak orang di desa ia tinggal yaitu desa Jatipamor, Majalengka. Setiap hari ia harus membantu ibunya berjualan di pasar dari sore sampai malam karena pasar tersebut mulai buka dari sore sampai larut malam. Beberapa bulan lalu, ayahnya telah meninggal karena penyakit yang dideritanya. Pagi hari, Mirna beraktivitas seperti biasa yaitu sekolah. Dengan aktivitas rutin yang harus dilakukannya, Mirna tidak sedikitpun mengeluh, apalagi meratapi takdir yang sudah terjadi. Semangat untuk terus berjuang dan bersabar merupakan kunci Mirna dalam menjalani kehidupan ini. Tujuannya ialah untuk menjadi anak yang berbakti dan membahagiakan ibunya. b. Tidak ada. Semua nilai-nilai kehidupan baik itu agama, moral, budaya, sosial, ataupun pendidikan tujuannya ialah untuk menanamkan kebiasaan yang baik dan benar. Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK160B. Mendemonstrasikan Salah Satu Nilai Kehidupan yang Dipelajari dalam Teks Cerita PendekInd 1Mentukan nilai-nilai kehidupan dalam teks cerita pendek.Ind 2Mempresentasikan teks cerita pendek dengan nilai kehidupan.PROSES PEMBELAJARAN BKEGIATAN 1Menentukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Teks Cerita PendekPetunjuk untuk GuruPada pembahasan ini, peserta didik diarahkan untuk menentukan nilai kehidupan dalam teks cerita pendek. Guru terlebih dahulu menjelaskan manfaat cerita pendek. Entah sudah berapa puluh ribu, judul cerpen yang telah dikarang dan telah jutaan pula manusia yang membacanya, dari sejak zaman dulu hingga sekarang. Karya manusia yang satu ini terus-menerus dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi kehidupan. Manfaat yang langsung dapat kita rasakan adalah bahwa cerpen memberikan hiburan atau rasa senang. Kita memperoleh kenikmatan batin dengan membaca cerpen. Dengan membacanya, solah-olah kita menjalani kehidupan bersama tokoh-tokoh dalam cerpen itu. Ketika tokoh utamanya mengalami kesenangan, kita pun turut senang; ketika mengalami kegetiran hidup, kita pun turut sedih ataupun kecewa.Selain itu, dengan membaca suatu cerpen, kita bisa belajar tentang kehidupan kita bisa lebih bijak dalam menghadapi beragam peristiwa yang mungkin pula kita hadapi. Misalnya, dengan adanya tokoh yang bersikap angkuh, kita menjadi tahu bahwa sikap itu sering menimbulkan ketersinggungan bagi pihak-pihak tertentu. Pelakunya sendiri menjadi orang yang dijauhi orang lain. Sikap rendah hati ternyata mudah mengundang simpati. Peduli pada orang lain, dalam sekecil apa pun bantuan yang diberikan, ternyata menjadi sesuatu yang benar-benar berharga bagi orang yang membutuhkan.Perhatikanlah kembali cuplikan berikut.Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-harimu, tiba-tiba lenyap begitu saja. Hari-harimu pasti berubah jadi pucat pasi tanpa gairah. Saat kau hendak mengembalikan sesuatu yang hilang itu dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Kau pasti jadi kecewa seraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalimat doa yang tak putus-putusnya.161Buku Guru Bahasa IndonesiaBukankah kau jadi kehilangan kehangatan karena tak ada helai-helai sinar ultraviolet yang membuat senyumnya begitu ranum selama ini. Matahari bagimu tentu tak sekadar benda langit yang memburaikan kemilau cahaya tetapi sudah menjadi sebuah peristiwa yang menyatu dengan ragamu. Bayangkanlah bila matahari tak terbit lagi. Tidak hanya kau tapi jutaan orang kebingungan dan menebar tanya sambil merangkak hati-hati mencari liang langit, tempat matahari menyembul secara perkasa dan penuh cahaya.(Cerpen “Matahari Tak Terbit Pagi Ini”, Fakhrunnas M.A. Jabar)Cuplikan cerpen di atas menggambarkan begitu berartinya kehadiran seseorang ketika ia tidak ada lagi di sisi kita. Kita rasakan begitu sulit untuk menghadirkannya kembali, bahkan sesuatu yang sangat tidak mungkin. Semua orang pasti akan atau pernah mengalami keadaan seperti yang digambarkan dalam cerita itu. Hanya sosok dan peristiwanya akan berbeda-beda.Dari gambaran seperti itu ada pelajaran yang sangat penting bahwa kehadiran seseorang di tengah-tengah kita adalah sebuah berkah yang harus selalu disyukuri. Kalaulah dia sudah tidak hadir lagi, maka gantinya adalah kesedihan, penyesalan, bahkan ratapan yang menyayat.Berikut cuplikan lainnya.“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.”Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.(Cerpen “Robohnya Surau Kami”, A.A. Navis)Cuplikan cerpen itu merupakan sindiran yang bisa jadi mengena pada setiap kalangan, dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang yang hanya mengutamakan ibadah ritual dan mengabaikan persoalan-persoalan sosial (kemanusiaan) menjadi objek sindiran dalam cuplikan cerpen tersebut. Sindiran seperti itu boleh jadi lebih mengena daripada dengan menggurui langsung tentang kesadaran-kesadaran keberagamaan yang benar.Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK162Tugas 1. Nilai-nilai kehidupan apakah yang dikisahkan di dalam cuplikan-cuplikan berikut.2. Diskusikanlah secara berkelompok dan tuangkanlah hasilnya pada buku kerjamu seperi dalam format berikut.Cuplikan CeritaBidang KehidupanKeterangan/Alasan12341. “O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke sorga sebagimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.”2. Kalau begitu mengapa Syarifudin meninggal pada hari kedua, setelah dia disunat? Darah tak banyak keluar dari lukanya. Syarifudin kan juga penurut. Pendiam. Setengah bulan, hampir, dia mengurung diri karena kau mengatakan kelakuan abangnya sehari sebelum disunat itu. Aku tidak percaya jika hanya oleh melompat-lompat dan berkejaran setengah malam penuh. Aku tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang yang tamak. Orang yang kikir. Penghisap. Lintah darat. Inilah ganjarannya! Aku mulai percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilu luka sunatan anak-anak kita. Aku mulai yakin, mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu.163Buku Guru Bahasa IndonesiaCuplikan CeritaBidang KehidupanKeterangan/Alasan12343. Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang mereka sakitkan hati? Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku sumbang. Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang dari mereka yang tidak kuundang dalam pesta tadi malam. Kaulihatkan, tiga teratak itu penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah menerimaku, memaafkanku.4. Di ruang kosong yang semula dipenuhi pernik cahaya matahari, kita bertatap muka penuh gairah. Di penjuru ruang kosong itu bergantungan bola-bola rindu penuh warna dan aroma. Bola-bola itu bergesekan satu dengan lain mengalirkan irama-irama lembut Beethoven atau Papavarotti. Irama itu menyayat-nyayat hati kita hingga mengukir potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang angsa putih yang menari-nari di bawah gemerlapan cahaya langit, sejarah itu terus ditulisi berkepanjangan. Lewat ratusan kitab, laksa aksara. Namun, setiap perjalanan pasti ada ujungnya. Setiap pelayaran ada pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang niscaya ditingkahi temaram bahkan kegelapan.5. Merah di langit barat telah lenyap ketika kita sampai di resto yang kaupilih sebagai tempat pertemuan. Cuma kita berdua dan karena itu kita pilih meja-kursi terpojok. Jauh dari panggung musik yang terlampau berisik. Jauh dari orang-orang yang makan sambil tertawa-tawa riang. Di mataku, terus terang, mereka adalah sekelompok manusia tanpa persoalan tanpa beban. Tidak seperti aku. Tidak seperti kamu. Tidak seperti kita. Paling tidak, pada malam itu. Kaupesan mi sea food yang entah bernama apa. Keterangan: 1 = agama 2 = sosial 3 = budaya4 = ekonomiNext >