< PreviousKelas XI SMA/MA/SMK/MAK1744. a. Bagaimana keberadaan unsur-unsur intrinsik dari cerpen ”Robohnya Surau Kami”? Paparkanlah dengan berdiskusi kelompok!Unsur-Unsur CeritaPaparana. Temab. Amanatc. Penokohand. Latare. Alurf. Latar belakang budaya, ekonomi, religi, politik b. Presentasikanlah pendapat kelompokmu di depan kelompok lainnya. Mintalah penilaian mereka atas presentasi tersebut berdasarkan kelengkapan dan ketepatan penjelasan kelompokmu itu! AspekBobotSkora. Kelengkapan isi presentasi40b. Ketepatan penjelasan40c. Kelancaran dalam penyampaian20Jumlah100Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat. Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar.1. Pada jawaban ini, peserta didik menentukan unsur-unsur dari cuplikan-cuplikan cerita. a. Unsur-unsur yang terdapat dalam cuplikan cerpen ini ialah penokohan, amanat, latar, dan gaya bahasa. b. Unsur-unsur yang terdapat dalam cuplikan ialah penokohan dan latar. 175Buku Guru Bahasa Indonesia2. Pada jawaban ini, peserta didik menentukan watak dari tokoh yang terdapat dalam cuplikan-cuplikan cerpen yang telah disajikan. Pengerjaannya berdasarkan format yang telah disajikan. Setelah itu, presentasikan hasilnya dengan penilaian kelompok lain.3. Pada jawaban ini, peserta didik menentukan latar pada cuplikan-cuplikan yang telah disajikan. Pengerjaannya berdasarkan format yang telah disajikan. Setelah itu, mempresentasikan hasilnya dengan penilaian oleh kelompok lain. 4. Pada jawaban ini, peserta didik menentukan unsur-unsur intrinsik dari cerpen Robohnya Surau Kami. Pengerjannya berdasarkan format yang telah disajikan. Setelah itu, mempresentasikan hasilnya dengan penilaian dari kelompok lain. PROSES PEMBELAJARAN CKEGIATAN 2Menelaah Teks Cerita Pendek Berdasarkan Struktur dan KaidahPetunjuk untuk GuruPada pembahasan ini, peserta didik dibimbing untuk menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kaidahnya. Stuktur cerpen merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerpen itu sendiri. Dengan demikian, struktur cerpen tidak lain berupa unsur yang berupa alur, yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun secara kronologis. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.1. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientation)Dalam bagian ini pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh.2. Pengungkapan peristiwa (complication) Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.3. Menuju pada adanya konflik (rising action)Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagi situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.4. Puncak konflik (turning point)Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK1765. Penyelesaian (ending atau coda)Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun, ada pula cerpen yang penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada imaji pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu dibiarkan menggantung tanpa ada penyelesaian.Struktur teks cerpen dapat digambarkan sebagai berikut.Bagan 4.1 Struktur Teks CerpenPuncak KonflikPenyelesaianMenuju pada KonflikPengungkapan PeristiwaPengenalan CeritaCerpen tergolong ke dalam jenis teks fiksi naratif. Dengan demikian, terdapat pihak yang berperan sebagai tukang cerita (pengarang). Terdapat beberapa kemungkinan posisi pengarang di dalam menyampaikan ceritanya, yakni sebagai berikut.1. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini pengarang menggunakan kata orang pertama dalam menyampaikan ceritanya, misalnya aku, saya, kami.2. Berperan sebagai orang ketiga, berperan sebagai pengamat. Ia tidak terlibat di dalam cerita. Pengarang menggunakan kata dia untuk tokoh-tokohnya. Cerpen juga memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti berikut.1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsi-fungsi keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika itu, beberapa tahun yang lalu, telah terjadi.2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar. 177Buku Guru Bahasa Indonesia4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami.6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.Contoh: a. Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”b. “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani pada temannya.c. “Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.Contoh:Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang: Bahkan, kamarnya sekarang sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang, teratur rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak terbaik yang pernah dilihatnya, ahli dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat ‘yang sangat sedap’. Ayahnya telah menjadi pencandu beratnya.Tugas 1. Jawablah dengan berdiskusi!a. Apa yang dikenalkan pada bagian awal cerpen?b. Pengungkapan peristiwa di dalam cerpen biasanya berupa apa?c. Puncak konflik dalam suatu cerpen ditandai oleh apa?d. Apakah setiap cerpen selalu mengandung koda?e. Dalam cerpen, koda itu fungsinya sebagai apa?2. Kerjakan latihan berikut sesuai dengan instruksinya!a. Perhatikan kembali cerpen berjudul “Robohnya Surau Kami”.b. Dengan 4–6 orang teman, diskusikanlah struktur cerpen tersebut!c. Gunakanah format seperti berikut!Struktur CerpenKutipanPenjelasan1) Pengenalan cerita2) Pengungkapan peristiwa3) Menuju konflikKelas XI SMA/MA/SMK/MAK178Struktur CerpenKutipanPenjelasan4) Puncak konflik5) PenyelesaianSimpuland. Presentasikanlah laporan hasil diskusi kelompokmu itu dan mintalah teman-teman dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan-tanggapan.3. Bersama 2–4 orang teman, cermatilah cerpen di bawah ini. Diskusikanlah kaidah kaidah kebahasaan yang menandai cerpen tersebut terkait dengan ciri-cirinya yang telah dibahas! a. Apakah semua kaidah itu tampak pada cerpen tersebut?b. Adakah ciri kebahasaan lainnya yang dominan di dalamnya?Format AnalisisKaidah KebahasaanKaidah KebahasaanKutipan dalam Ceritaa. Kata ganti orang pertama/ketigab. Kalimat bermakna lampauc. Konjungsi kronologisd. Kata kerja yang menggambarkan peristiwae. Kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsungf. Menggunakan kata kerja yang menyatakan pikiran/perasaang. Menggunakan dialogh. Ciri kebahasaan lainnyaSimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………c. Lakukan silang baca dengan kelompok lain untuk saling memberi komentar berdasarkan kelengkapan bagian-bagian jawaban dan ketepatan isinya.AspekBobotSkorKoterangan1) Kelengkapan bagian-bagian jawaban502) Ketepatan isi jawaban50Jumlah100179Buku Guru Bahasa IndonesiaCerpenMatahari Tak Terbit Pagi IniKarya: Fakhrunnas MA Jabbar Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-harimu, tiba-tiba lenyap begitu saja. Hari-harimu pasti berubah jadi pucat pasi tanpa gairah. Saat kau hendak mengembalikan sesuatu yang hilang itu dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Kau pasti jadi kecewa seraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalimat doa yang tak putus-putusnya.Bukankah kau jadi kehilangan kehangatan karena tak ada helai-helai sinar ultraviolet yang membuat senyumnya begitu ranum selama ini. Matahari bagimu tentu tak sekadar benda langit yang memburaikan kemilau cahaya tetapi sudah menjadi sebuah peristiwa yang menyatu dengan ragamu. Bayangkanlah bila matahari tak terbit lagi. Tidak hanya kau tapi jutaan orang kebingungan dan menebar tanya sambil merangkak hati-hati mencari liang langit, tempat matahari menyembul secara perkasa dan penuh cahaya. Kaulah matahari itu, bidadariku. Berhari-hari kau merekat kasih hingga tak terkoyak oleh waktu, tiba-tiba kita harus berpencar di bawah langit menuju sudut-sudut yang kosong. Kekosongan itu kita bawa melewati jejalan kesedihan. Kita harus terpisah jauh menjalani kodrat diri yang termaktub di singgasana luhl mahfudz. Semula kita begitu dekat. Lantas terpisah jauh oleh lempengan waktu.Kita mengisi halaman-halaman kosong kehidupan kita dengan denyut nadi. Sesudahnya, kita bertemu bagai angin mengecup pucuk-pucuk daun dan berlalu begitu mudah. Dan kita pun bertemu lagi dengan perasaan yang asing hingga kita begitu sulit memahami siapa diri kita sebenarnya.Di ruang kosong yang semula dipenuhi pernik cahaya matahari, kita bertatap muka penuh gairah. Di penjuru ruang kosong itu bergantungan bola-bola rindu penuh warna dan aroma. Bola-bola itu bergesekan satu dengan lain mengalirkan irama-irama lembut Beethoven atau Papavarotti. Irama itu menyayat-nyayat hati Sumber: www.fiksikulo.files.wordpress.comGambar 4.3 Suasana menjelang matahari terbit.Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK180kita hingga mengukir potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang angsa putih yang menari-nari di bawah gemerlapan cahaya langit, sejarah itu terus ditulisi berkepanjangan. Lewat ratusan kitab, laksa aksara. Namun, setiap perjalanan pasti ada ujungnya. Setiap pelayaran ada pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang niscaya ditingkahi temaram bahkan kegelapan.Andai sejarah boleh terus diperpanjang membawa mitos dan legendanya, maka dirimu boleh jadi termaktub pada pohon ranji sejarah itu. Boleh jadi, kau akan tampil sebagai permaisuri ataupun Tuanku Putri yang molek. Mungkin, berada di bawah bayang-bayang Engku Putri Hamidah, Puan Bulang Cahaya atau pun siapa saja yang pernah mengusung regalia kerajaan yang membesarkan marwah perempuan.Aku tiba-tiba jadi kehilangan sesuatu yang begitu akrab di antara kutub-kutub kosong itu. Kusebut saja, kutub rindu. Aku tak mungkin menuangkan tumpukan warna di kanvas yang penuh garis dan kata ibarat sebab lukisan agung ini tak kunjung selesai. Masih diperlukan banyak sentuhan kuas dan cairan cat warna-warni hingga lukisan ini mendekati sempurna. Kita telah menggoreskan kain kanvas kosong itu sejak mula hingga waktu jeda yang tanpa batas.Masih ingatkah kau bagaimana langit-langit kamar itu penuh getar dan kabar. Tiap pintu dan tingkap dipenuhi ikrar kita. Dan bola lampu temaram memburaikan janji-janji. Sebuah percintaan agung sedang dipentaskan di bawah arahan sutradara semesta. Kau membilang percik air yang berjatuhan di danau kecil di sudut pekarangan jiwa dalam kecup dan harum mawar.Bahkan, tubuh kita terguyuri embun yang terbang menembus kisi-kisi tingkap hingga tubuh kita jadi dingin. Malam-malam penuh mimpi dan keceriaan bagaikan sepasang angsa yang mengibas-ngibaskan bulu-bulu beningnya. Kau redupkan cahaya lampu di tiap penjuru hingga sejarah dapat dituliskan secara khidmat dan penuh makna. Kau menatap langit-langit kamar sambil membisikkan untaian puisi yang kau tulis dengan desah napasmu. Kita merecup semua getar irama percintaan itu tiada batas.Malam itu siapa pun tak butuh matahari. Sebab, ada bulan yang bersaksi. Kita hanya butuh setitik cahaya guna penentu arah belaka. Selebihnya sunyi menyebat kita dan tiupan angin yang melompat lewat kisi-kisi jendela yang agak terdedah. Dengan apakah kulukiskan pertemuan kita, Kekasih? Chairil sempat bertanya seketika.Ah, tak cukup kata memberi makna, katamu. Dan isyarat sepasang angsa yang saling menggosokkan paruh-paruhnya. Bagaikan peladang kita pun sudah pula bertanam dan menebar benih. Kelak, katamu, akan ada buah yang bakal dipetik sebagai kebulatan hati yang begitu mudah terjadi tanpa paksa dan janji.Dan kita pun terus saja bertanam agar daun-daun yang bertumbuh kelak dapat menangkap fotosintesa matahari. Di tiap helai daun itu bermunculan nama kita sebagai sebuah keabadian. Andai matahari tak terbit lagi saat pagi merona, kita masih menyimpan sedikit cahaya di helai-helai daun yang berguncang dihembus angin sepanjang hari.181Buku Guru Bahasa IndonesiaSungguh, matahari tak terbit pagi ini. Bagai aku kehilangan dirimu yang berhari-hari menangkap cahaya hingga memekarkan kelopak bunga di jiwa. Percintaan ini penuh wangi dan warna. Penuh hijau daun dan kupu-kupu yang menyemai spora di mahkota bunga.Begitulah saat kau berada jauh kembali ke garis hidupmu, aku begitu ternganga sebab cahaya tak ada. Memang, tak pernah matahari tak terbit memeluk bumi. Tapi, bagi kita, kala berada jauh, keadaan begitu gelap dan sunyi tiba-tiba. Kita merasa begitu kehilangan. Kita merasa ada yang terenggut tanpa sengaja. Serasa ada yang tercerabut dari akar yang semula menghunjam jauh di tanah.Kita bagaikan orang tak punya pilihan saat berada di persimpangan tak bertanda. Syukurlah, kita tak pernah kehilangan arah tempat bertuju di perjalanan berikutnya. Hidup ini penuh gurindam dan bidal Melayu yang memagari ruang dan langkah kita menuju titik terjauh yang harus dilompati. Kata-kata yang berdesakan di bait puisi dan lirik lagu menebar wangi hari-hari.takkan kutemui wanita seperti dirimu takkan kudapatkan rasa cinta ini kubayangkan bila engkau datang kupeluk bahagia kan daku kuserahkan seluruh hidupku menjadi penjaga hatikuSuara Ari Lasso lewat “Penjaga Hati” itu mengalir pelan-pelan dari tembok-tembok kegelapan yang mengepungku. Benar kata emak dulu, kita akan tahu akan makna sesuatu ketika ia telah berlalu. Apalagi berada jauh yang tak tersentuh.Matahari tak terbit pagi ini. Begitulah kita merasakan saat diri kita berada di kutub yang berjauhan. Diperlukan garis waktu untuk mempertemukan kedua tebing kutub itu. Atau, kita harus kuat merenangi laut salju yang kental atau menyelam di bawah bongkahan es yang dingin menyengat tubuh. Begitu diperlukan segala daya untuk menemukan sesuatu yang lenyap begitu cepat saat diri memerlukan setitik cahaya.Apa perasaanmu kini? Kau telan kesendirian itu di kejauhan sambil berharap matahari akan bercahaya segera menerangi kisi-kisi hati yang tersaput luka rindu kita. Andai kita bisa menolak gumpal awan dan menyeruakkan matahari kembali, begitulah takdir yang hendak kita bentangkan di kitab sejarah sepanjang masa. Tapi, kita akan cepat lelah. Menyeruakkan awan untuk menyembulkan garang matahari bukanlah hal yang mudah. Kita butuh sejuta tangan dan cakar untuk menaklukkan segenap awan dan matahari itu.Kau ingat kan, kisah Qays dan Laila atau Romeo dan Juliet yang memburaikan banyak kenangan bagi jutaan orang. Kau pun ada dalam bagian kisah yang tak pernah lekang di panas dan lapuk di hujan itu. Selalu ada manik-manik kasih mengalir di samudra kehidupan yang mahaluas ini. Meski kadangkala suaramu Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK182tersekat melempar tanya kala anugerah kasih ini terbit di ujung usia. Tak bolehkah kita mereguk kebahagiaan di sisa waktu yang masih tersedia meski semua jalan yang terbuka di depan bagai tak berujung jua. ”Aku takut bila aku berubah. Tapi tak akan pernah, pangeranku,” ucapmu pelan.Garis panjang waktu itu mendedahkan kemungkinan-kemungkinan yang sulit diraba. Banyak ancaman yang siap mengepung kita hingga merobek tabir setia. Ya, kesetiaan tak kasat-mata. Hanya ada di bilik hati. Ingin aku menjenguk bilik hatimu setiap saat, tapi tak bisa. Pintu hati itu tak setiap waktu bisa terbuka.Andai kau bangun esok pagi, nankan selalu matahari akan terbit seperti janji yang diucapkannya pada semesta. Di helai cahaya matahari itu selalu ada kehangatan yang meresap di keping-keping jiwamu. (Sumber: Republika)Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat. Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar.1. Menjawab pertanyaan-pertanyaan melalui diskusi berdasarkan teks cerpen yang dibaca.a. Menentukan bagian awal dari cerpen.b. Menentukan peristiwa yang terjadi dalam cerpen.c. Mencermati konflik yang terjadi dalam cerpen.d. Menentukan apakah dalam stuktur cerpen ada koda.e. Menjelaskan fungsi koda.2. Pada jawaban ini, peserta didik mencermati kembali cerpen berjudul Robohnya Surau Kami. Setelah itu, diskusikan bersama temanmu 4–6 orang dengan menentukan struktur cerpen tersebut. Pengerjaannya berdasarkan tabel yang telaah disajikan. Struktur cerpen meliputi: pengenalan cerita, pengungkapan peristiwa, menuju konflik, puncak konflik, dan penyelesaian. Masing-masing struktur cerpen tersebut sertakan kutipan dan penjelasannya. 3. Berdiskusi bersama temanmu 2–4 orang dengan mencermati teks cerpen berjudul Matahari Tak Terbit Pagi Ini Karya Fakhrunnas MA Jabbar. Tentukan kaidah-kaidah kebahasaannya. Pengerjaannya berdasarkan format tabel yang telah disajikan. Kaidah kebahasaan meliputi (a) kata ganti orang pertama/ketiga; (b) kalimat bermakna lampau; (c) konjungsi kronologis; (d) kata kerja yang menggambarkan peristiwa; (e) kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung; (f) menggunakan kata kerja yang menyatakan pikiran/perasaan; (g) menggunakan dialog; (h) ciri kebahasaan lainnya. Serta cantumkan kutipan dalam cerita dan Simpulannya. Setelah itu melakukan silang baca dengan kelompok lain dan memberi komentar berdasarkan kelengkapan bagian-bagian dengan disertai penilaian.183Buku Guru Bahasa IndonesiaD. Mengonstruksi Sebuah Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur PembangunInd 1Menentukan topik tentang kehidupan dalam cerita pendek.Ind 2Menyunting cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun.PROSES PEMBELAJARAN DKEGIATAN 1Menentukan Topik tentang Kehidupan dalam Cerita PendekPetunjuk untuk GuruTopik cerpen dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur emosi memang penting dalam menulis cerpen. Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan suasana ”emosi”, sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, kata-kata tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan yang kita pilih adalah kata-kata yang mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan mengalir apa adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya yang segar, menarik, dan alamiah.Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif. Pemilihan kata-kata yang biasa-biasa saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak akan begitu menarik bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan kota Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramaian kotanya, berarti dalam karangan itu tidak ada yang baru. Akan tetapi, ketika seorang penulis melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu menarik. Perhatikan contoh berikut!”Lampu-lampu yang berkilau terasa menusuk-nusuk matanya, sedangkan kebisingan kota menyayat-nyayat hatinya. Samar-samar dia sadari bahwa dia telah kehilangan adiknya: Paijo tercinta!Pak Pong yang malang menatap kota dengan dendam di dalam hati. Jakarta, kesibukannya, Bina Graha, gedung-gedung itu....” (Sumber: “Jakarta”, Totilawati Tj.)Next >