< Previous 90 Parameter biologi masih jarang digunakan sebagai parameter penentu pencemaran. Padahal, pengukuran menggunakan parameter fisika dan kimia hanya memberikan kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan hasil dengan interpretasi dalam kisaran lebar. Dewasa ini beberapa negara maju seperti Perancis, Inggris dan Belgia melirik indikator biologis untuk memantau pencemaran air. Bahkan sudah dikembangkan hukum mutu air biotik. Di Indonesia belum mempunyai baku mutu air indeks biotik, yang ada hanya baku mutu air untuk parameter fisika dan kimia. Indikator Biologis digunakan untuk menilai secara makro perubahan keseimbangan ekologi, khususnya ekosistem, akibat pengaruh limbah. Spesies yang tahan hidup pada suatu lingkungan terpopulasi, akan menderita stress fisiologis yang dapat digunakan sebagai indikator biologis. Dibandingkan dengan menggunakan parameter fisika dan kimia, indikator biologis dapat memantau secara kontinyu. Hal ini karena komunitas biota perairan (flora/fauna) menghabiskan seluruh hidupnya di lingkungan tersebut, sehingga bila terjadi pencemaran akan bersifat akumulasi atau penimbunan. Di samping itu, indikator biologis merupakan petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya pencemaran. Adanya pencemaran lingkungan, maka keanekaragaman spesies akan menurun dan mata rantai makanannya menjadi lebih sederhana, kecuali bila terjadi penyuburan. Flora dan fauna yang dapat dijadikan indikator biologis pencemaran sungai dapat diamati dari keanekaragaman spesies, laju pertumbuhan struktur dan seks ratio. Keanekaragaman flora dan fauna ekosistem sungai tinggi menandakan kualitas air sungai tersebut baik/belum tercemar. Tetapi sebaliknya bila keanekaragamannya kecil, sungai tersebut tercemar. 91 Indikator biologis pencemaran sungai harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Mudah diidentifikasi 2) Mudah dijadikan sampel, artinya tidak perlu bantuan operator khusus, maupun peralatan yang mahal dan dapat dilakukan secara kuantitatif. 3) Mempunyai distribusi yang kosmopolit. 4) Kelimpahan suatu spesies dapat digunakan untuk menganalisa indeks keanekaragaman. 5) Mempunyai arti ekonomi sebagai sumber penghasilan (seperti ikan), atau hama/organisme penggangu (contoh : algae) 6) Mudah menghimpun/menimbun bahan pencemar. 7) Mudah dibudidayakan di laboratorium. 8) Mempunyai keragaman jenis yang sedikit. Yang perlu diperhatikan dalam memilih indikator biologi adalah tiap spesies mempunyai respon terhadap pencemaran yang spesifik.Ikan sulit digunakan sebagai indikator populasi. Lebih mudah menggunakan spesies air lain yang tidak lincah geraknya. Parameter biologis yang biasa diukur dalam pengamatan kualitas air untuk budidaya perairan adalah plankton, nekton, neuston, perifiton dan bentos karena masing-masing memiliki karakteristik yang khas. 1) Plankton Plankton berasal dari bahasa Yunani ‘planktos’ yang berarti mengembara atau berkeliaran. Kemudian plankton didefinisikan sebagai kumpulan organisme (umumnya berukuran mikro), yang diwakili oleh hampir semua kelompok dunia tumbuhan maupun hewan, baik sebagai produser primer, herbivore, karnivor, maupun sebagai transformer (seperti jamur dan bakteri). Cara hidup organisme ini 92 dapat sebagai saprophyte ataupun parasit. Kelompok ini hidup dalam air terapung secara pasif, sehingga dapat hanyut. Walaupun ada yang dapat bergerak dengan organ dan mekanisme tertentu, pergerakannya relative lemah. Margalef (1955) dan Dussart (1965) dalam Subandiyo (1992) membuat penggolongan atau klasifikasi plankton berdasarkan atas perbedaan ukurannya, seperti pada Tabel 10. Tabel 11. Plankton berdasarkan perbedaan ukuran Klasifikasi Margalef (plankton air tawar) Dussart (plankton air tawar dan laut) Ultraplankton < 5 µ - Ultranannoplankton - < 2 µ Nannoplankton 5 – 50 µ 2 – 20 µ Microplankton 50 – 500 µ 20 – 200 µ Mesoplankton 500 – 1000 µ 200 – 2000 µ Makroplankton > 1000 µ - Megaplankton - > 2000 µ Secara umum keberadaan plankton di perairan akan dipengaruhi oleh tipe perairannya (mengalir dan tergenang), kualitas kimia dan fisika perairan (misalnya: suhu, kecerahan, arus, pH, kandungan CO2 bebas, kandungan unsur-unsur hara), dan adanya kompetitor-kompetitor dan atau pemangsa-pemangsa plankton. Pada perairan tergenang (misalnya; kolam, rawa, situ, danau), keberadaan plankton akan berbeda dari waktu ke waktu (temporal differences) dan berbeda pula dalam menempati ruang atau kolom air (spatial differences). Sedangkan pada perairan mengalir unsur waktu dan ruang relative tidak berbeda nyata, kecuali jika ada kasus pencemaran sungai oleh aktifitas manusia. Berdasarkan jenisnya plankton dibedakan menjadi : (1) Phytoplankton (tumbuhan) mendapat makanan dari difusi air dan beberapa mampu berfotosintesis, berperan sebagai produser primer 93 dalam perairan. Cyanophyta, Chlorophyta dan Euglena adalah jenis fitoplankton yang melimpah di perairan tawar, sedangkan dinoflagellata dan pyrrophyta banyak terdapat di perairan laut. Peran phytoplankton dalam perairan berperan sebagai : (a) digunakan sebagai pakan alami hewan budidaya perairan (b) dipakai untuk mengetahui iklim pada periode geologi yang berbeda dalam penentuan palaentologi (fosil) seperti cocolithopora dan diatom yang memiliki kulit (skeleton) yang mampu berperan mengidentifikasi daerah alami laut. (c) Ciri spesifik spesies yang melimpah pada suatu daerah terentu digunakan sebagai indikator kesuburan perairan daerah tropis dan subtropics. (d) Berperan sebagai indikator pencemaran sekunder, sebagai deteksi keberadaan zooplankton yang mengkonsumsinya. (e) Pada perairan laut 100% fitoplankton dimakan oleh zooplankton, sedangkan di perairan laut hanya 10 % fitoplankton yang dimakan oleh zooplankton (2) Zooplankton (binatang) mampu bergerak secara horizontal dan vertical namun lemah, didominasi oleh crustacean dan cladosera. Zooplankton dapat juga digunakan sebagai indicator pencemaran. Zooplankton dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan fase hidupnya yaitu : (a) Holoplankton, organisme yang seluruh fase hidupnya memiliki sifat planktonik (contoh: Diatom, Dinoflagellata, Copepode) (b) Meroplankton, organisme yang sebagian dari fase hidupnya bersifat planktonik sebelum berkembang menjadi nekton atau benthos (contoh: larva teripang, larva bintang laut, larva cacing laut) 94 Plankton dalam perairan berperan sebagai : (a) Penyedia makanan pemula bagi seluruh konsumen: zooplankton & anak ikan (b) Sumber oksigen terlarut (fotosintesis) (c) Fondasi dari siklus makanan di perairan (d) Indikasi pencemaran suatu perairan (a) (b) Gambar 18. Plankton (a) Fitoplankton (b) Zooplankton 2) Benthos Benthos adalah organisme yang menempel atau istirahat pada dasar atau yang hidup pada sedimen dasar perairan. Bentos dapat dibedakan menjadi zoobentos (hewan) dan fitobentos(tumbuhan) Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu, karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah 95 jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar. Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Odum 1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993). Benthos memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan.Suwondo dkk, (2004) juga mengemukakan bahwa Benthos merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat dijadikan indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai. Selain itu, organisme bentos juga dapat digunakan sebagai indikator biologis dalam mempelajari ekosistem sungai. Hal ini disebabkan adanya respon yang berbeda terhadap suatu bahan pencemar yang masuk dalam perairan sungai dan bersifat immobile. Benthos sendiri mempunyai berbagai ciri-ciri yang diantaranya menurut Sudarjanti dan Wijarni (2006) adalah : 96 a) Mempunyai toleransi yang berbeda terhadap berbagai tipe pencemaran dan mempunyai reaksi yang cepat. b) Ditemukan melimpah di perairan, terutama di ekosistem sungai, dipengaruhi oleh berbagai tipe polutan yang ada. c) Mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan mempunyai respon terhadap lingkungan yang stress. d) Hidup melekat didasar perairan. e) Mempunyai siklus hidup yang panjang. Berdasarkan ukurannya, organisme hewan benthos digolongkan atas: a) Makrobentos (0, 425 – 15 mm) b) Meiobentos (0,05 – 1 mm) c) Mikrobentos (< 50 µ, misalnya Protozoa, Rotifer, dan Nematode) Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Taksa-taksa tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam komunitas perairan karena sebagian dari padanya menempati tingkatan trofik kedua ataupun ketiga. Sedangkan sebagian yang lain mempunyai peranan yang penting di dalam proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik, baik yang berasal dari perairan maupun dari daratan. Mahmudi, dkk, (1999), juga mempertegas bahwa makrozoobentos mempunyai peranan penting di ekosistem sungai, yaitu : (1) dapat memberikan informasi mengenai pemindahan dan penggunaan energi dalam ekosistem sungai, (2) mempunayi peranan dalam proses self purification sungai, dan (3) dapat digunakan untuk kepentingan restorasi perairan sungai dengan cara menciptakan habitat yang mendorong kolonisasi makrozoobentos. Komunitas makrozoobentos bahkan menjadi sumber energi untuk perikanan di ekosistem sungai. 97 Cara menentukan kualitas perairan berdasarkan Benthos yang ada di perairan tersebut salah satunya yaitu dengan pendekatan kualitatif dimana kita melihat jenis-jenis daripada Benthos yang hidup di perairan itu sendiri. Jenis-jenis bentos berdasarkan tingkat kerusakan perairan dikemukakan oleh Mulyanto (1995) sebagai berikut : a) Perairan bersih adalah Planaria, Perla, Isoperia, Leuctra, Nemoura, Eodyonurus dan Ephemera. b) Perairan tercemar organik ringan adalah Caenis, Ephemerella, Baetis, Limnophillus dan Hydropsyche. c) Perairan tercemar organik sedang adalah Simulium, Lymnaea dan Physa. d) Perairan tercemar organik berat adalah Chironomous dan Tubifex. (a) (b) (c) (d) 98 (e) (f) Gambar 19. Bentos sebagai indikator perairan (a)Planaria, (b) Leuctra, (c) Ephemerella, (d) Hydropsyche, (e) Lymnaea dan (f) Tubifex Penggunaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan dinyatakan dalam bentuk indeks biologi. Cara ini telah dikenal sejak abad ke 19 dengan pemikiran bahwa terdapat kelompok organisme tertentu yang hidup di perairan tercemar. Jenis-jenis organisme ini berbeda dengan jenis-jenis organisme yang hidup di perairan tidak tercemar. Kemudian oleh para ahli biologi perairan, pengetahuan ini dikembangkan, sehingga perubahan struktur dan komposisi organisme perairan karena berubahnya kondisi habitat dapat dijadikan indikator kualitas perairan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, organisme bentos melakukan migrasi vertical di dalam substrat. Penyebab migrasi diduga karena beberapa kemungkinan, yaitu: a) menghindar dari predator, b) menghindar dari intensitas cahaya yang sampai ke dasar, c) menghindar dari adanya bahan-bahan pencemar di permukaan substrat. 99 Organisme benthos juga dapat dibagi menjadi 2 kelompok, berdasarkan habitat hidupnya antara lain : Infauna, kelompok zoobenthos dan bakteri dari berbagai ukuran yang hidup di dalam dasar sedimen, yang termasuk ke dalam golongan ini adalah cacing dan kerang. Meskipun hidup di dalam dasar sedimen kelompok ini memiliki bentuk tubuh yang dapat menghubungkan dengan air yaitu dengan menggunakan organ yang menyerupai pipa atau membuat terowongan dalam sedimen. Epifauna, kelompok zoobentos yang hidup berhimpitan dengan permukaan yang kasar atau keras (seperti batu karang, kerang-kerangan dan tumpukan pasir) atau di atas permukaan teluk. Yang termasuk kelompok ini adalah tiram, kerang, remis, siput, bintang laut, teripang (a) (b) (c) Gambar 20. Makrobenthos (a) kepiting laut, (b) teripang, (c) bintang laut Next >