< Previous 137 Closed breeding. Closed breeding berarti perkawinan yang tertutup, yang mempunyai arti lain yaitu melakukan perkawinan yang dekat sekali kaitan kekeluargaannya misalnya anak dan tetua atau antar saudara sekandung. Perkawinan antara saudara sekandung atau antara individu-individu yang sefamili akan mengakibatkan pembagian alel-alel melalui satu atau lebih dari leluhur yang sama. Bila perkawinan individu ini terjadi maka alel-alel yang mereka dapatkan dari leluhur yang sama akan diperoleh kembali. Maka hal ini akan mengakibatkan keturunan yang dihasilkan adalah individu-individu yang homozigot dari satu atau lebih lokus. Dengan melakukan silang dalam, ferkuensi gen tidak berubah tetapi homosigositas meningkat. Line breeding. Line breeding berarti perkawinan satu jalur yaitu perkawinan keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu baik yang berasal dari nenek moyang bersama yang jantan maupun betina terhadap kostitusi genetik pada progeninya. Bentuk line breeding yang sering dilakukan adalah backcross kepada orangtuanya yang sama untuk beberapa generasi. Menurut Tave (1986) prosedur linebreeding dapat dilakukan dengan dua tipe yaitu Mild Linebreeding dan Intense Linebreeding. 6) Ginogenesis Ginogenesis merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan dalam rekayasa kromosom dan hanya dapat diterapkan pada ikan budidaya yang mempunyai tingkat domestikasi yang tinggi. Selain itu dengan melakukan rekayasa kromosom akan diperoleh ikan yang mempunyai kromosom sesuai dengan keinginan manusia. Salah satu jenis ikan 138 budidaya yang sudah mempunyai tingkat domestikasi yang tinggi adalah ikan mas. Pada awalnya budidaya ikan mas ini dilakukan secara tradisional sampai akhirnya dapat dilakukan pemijahan ikan mas secara buatan. Dengan kemampuan manusia melakukan pemijahan ikan mas secara buatan maka ikan mas dapat digunakan sebagai komoditas ikan untuk manipulasi kromosom. a) Tujuan dan Manfaat Ginogenesis Adapun tujuan dari kegiatan Ginogenesis ini antara lain adalah : Untuk mempercepat memperoleh induk yang hasilnya berupa strain murni dengan homosigositas yang tinggi Untuk memproduksi populasi tunggal kelamin, karena keturunan yang dihasilkan semuanya betina Membuat populasi klon dalam dua generasi Mempercepat proses seleksi Mengidentifikasi genotipe jenis kelamin b) Langkah Langkah Gynogenesis Radiasi Radiasi adalah proses untuk menonaktifkan material sperma yang akan digunakan untuk membuahi telur. Proses menonaktifkan sperma dapat dilakukan dengan menggunakan sinar gamma, sinar x dan sinar ultraviolet. Ketiga jenis sinar tersebut dipergunakan karena lebih murah, mudah didapatkan, efisien dan lebih aman dibanding jenis sinar lainnya. Sinar ultraviolet (UV) lebih sering dipergunakan untuk meradiasi sperma dengan tujuan melemahkan material jantan agar tidak mempengaruhi keturunannya karena di Indonesia relative lebih mudah untuk mendapatkan peralatannya dibandingkan dengan jenis sinar lainnya. Selain itu pemilihan jenis 139 sinar ini sangat bergantung pada faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan proses menonaktifkan sperma adalah kekuatan sinar radiasi, ketebalan sperma, jarak sinar dengan sperma, serta lama penyinaran. Perlakuan meradiasi sperma tersebut tidak mengakibatkan berkurangnya pembuahan telur. Sperma tersebut masih mampu berfungsi sebagai trigger (pemacu) perkembangan embrio. Dengan perlakuan radiasi maka aktivitas sperma dalam mempengaruhi ekspresi gen yang berasal dari sel kromososm sex jantan sudah melemah. Oleh karena itu dengan melakukan radiasi dalam proses pembuahan tersebut akan menghasilkan individu betina. b. Pemeliharaan Induk Pemeliharaan induk yang baik harus meliputi penyediaan kolam dengan kualitas air yang memadai,pemberian pakan dalam jumlah dan kualitas yang cukup serta berupaya memelihara keragaman genetiknya.Induk dipelihara dalam kolam atau bak berukudaran (3m x 4m) dengan kepadatan 5 kg/m2. Setiap hari induk diberikan pakan tambahan berupa pellet dengan dosis 4% dari berat induk (Prihartono et al., 2000). Induk ikan yang akan digunakan dalam kegiatan produksi harus berasal dari induk yang bukan satu keturunan dan memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan pada marfologi, fekunditas, daya tetas telur, pertumbuhan dan sintasannya. Krakteristik tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan produksi induk dengan proses seleksi induk yang ketat. Persyaratan produksi induk betina 1 th – 3 th, berat rata-rata 1,5 kg – 4 kg panjang standar 25 cm – 35 cm. Sedangkan induk jantan umur 1th – 2,5 th,berat 1kg – 2kg, panjang standar 30 – 35 cm 140 Jumlah induk jantan dan induk betina yang akan dipijahkan disesuaikan dengan rencana produksi dan system pemijahan yang digunakan. Pada system pemijahan buatan diperlukan banyak jantan sedangkan pada system pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan betina dapat berimbangan. Induk sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam tanah atau kolam tembok dengan padat tebar 5 ekor/m2 dengan air mengalir ataupun tergenang. Pakan yang diberikan berupa pakan pellet dengan kandungan protein diatas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2% – 3% dari biomasa dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari (Sunarma,2004) Selama proses reproduksi, sebagian besar hasil metabolism tertuju pada perkembangan gonad. Hal ini menyebabkan pembuahan gonad. Hal ini menyebabkan terdapat perubahan dalam gonad itu sendiri. Umumnya pertambahan bobot gonad pada ikan betina 10-25%.dari berat tubuh dan pada ikan jantan 5-10%. Dalam Biologi Perikanan, perubahan atau tahap-tahap,kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dengan yang tidak. Juga dari pengatahuan tahap kematangan gonad ini akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah atau sudah memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak ,ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor keliling yang mempengaruhinya. Tiap-tiap spescies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara: 1. Cara histology dilakukannya di laboratorium. 2. Cara pengamatan morphologi yang dilakukannya dapat di laboratorium dan dapat lakuakan di lapangan. Dari penelitian histology akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetil. Sedangkan hasil pengamatan secara morphologi tidak akan sedetil cara histology, namun cara morpologi banyak dilakukan oleh para peneliti. 141 Tingkat kematangan gonad ikan menurut Kesteven (Bagenal and Braum, 1968). 1) Dara. Organ sexual sanget kecil dekat dibawah tulang punggung. Testis dan ovary transparan, tidak berwarna sampai berwarna abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa. 2) Dara berkembang. Testis dan ovary jernih, abu-abu kemerah-merahan. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat dilihat dengan kaca pembesar. 3) Perkembangan I. Testis dan ovary bentuknya bulat telur, berwarna kemerah merahan dengan pembulu kapiler. Gonad mengisi kira-kira setegah ruang kebagian bawah. 4) Perkembangan II. Testis berwarna kemerah merahan. Tidak ada sperma keluar kalaun bagian perut ditekan. Ovari berwarna oranye kemerah merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovari mengisi kira kira dua pertiga ruang bawah. 5) Bunting. Organ sexual mengisi ruang bawah. Testisnya berwarna putih. Keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya bulat, beberapa dari padanya jernih dan masak. 6) Mijah. Telur dan sperma keluar dengan member sedikit tekanan ke perut. Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovary. 7) Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat telur. 8) Salin. Testis dan ovary kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang dalam keadaan dihisap. 9) Pulih salin. Testis dan ovary berwarna jernih, abu abu sampai merah. Untuk menjaga kontinuitas produksi benih perlu dilakukan regenerasi induk ikan. Regenerasi induk ikan dilakukan dengan memelihara sambil menyeleksi calon induk. Calon induk ikan dipelihara mulai dari ukuran 50 – 142 100 gr / ekor. Calon induk yang baik adalah memiliki pertumbuhan yang paling cepat diantara populasi, sehat dan tidak cacat serta agresif baik makan maupun berenang. Calon induk yang dipelihara dilakukan seleksi setiap 1 – 2 bulan. Calon induk yang diseleksi adalah induk yang baik seperti ciri-ciri induk diatas sampai calon induk dewasa. Untuk menghindari terjadinya inbreeding pada saat pemijahan, sebaiknya pemeliharaan calon induk jantan dan betina berasal dari induk yang berbeda. Pemeliharaan induk yang telah dewasa dan terpilih, dipelihara pada kolam induk. Calon induk tersebut siap akan menggantikan induk yang telah tua (afkir). Induk yang telah tua/afkir adalah induk yang telah dipijahkan sebanyak 6-8 kali. Induk yang telah dipijahkan lebih dari 8 kali, walaupun masih menghasilkan telur yang cukup banyak tetapi memiliki pertumbuhan keturunan yang lambat. Perkembangan gonad ikan selain dipengaruhi pakan, juga dipengaruhi oleh kualitas air kolam. Untuk meningkatkan kualitas air, air secara terus menerus dimasukkan ke dalam kolam. Debit air yang baik untuk pemeliharaan induk ikan adalah 5-10 liter / menit. Pemasukan air ke dalam kolam bertujuan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut kedalam kolam. Oksigen terlarut yang baik untuk pemeliharaan ikan di kolam adalah 6 – 8 ppm. Pada beberapa jenis ikan seperti ikan lele kandungan oksigen terlarut dapat lebih rendah yaitu 3 – 6 ppm. Tinggi air kolam yang digunakan untuk memelihara induk adalah 75 – 100 cm. Oksigen terlarut dalam kolam induk adalah 6-8 ppm. Sumber oksigen terlarut dalam kolam adalah berasal dari air masuk, fotosintesa dan difusi udara melalui permukaan air. Air masuk merupakan sumber oksigen yang paling besar di dalam air kolam. Debit air yang masuk ke kolam sebanyak 5 – 10 liter/ menit. 143 Pengendalian hama dan penyakit ikan pada induk ikan lebih ditujukan pada ular, biawak, manusia dan sebagainya. Umumnya induk ikan memiliki daya tahan tubuh lebih baik sehingga kecil kemungkinan terserang virus, bakteri atau patogen lainnya. Induk ikan yang terserang penyakit bakteri, virus, dan penyakit lainnya umumnya disebabkan luka pada tubuh ikan. Luka tersebut dapat diakibatkan gigitan hewan air, ikan atau benda lainnya. Penyakit tersebut masuk kedalam tubuh ikan melalui luka. Pengobatan induk ikan yang terserang hama dan penyakit dapat dilakukan dengan mengisolasi pada tempat yang khusus dan dilakukan tindakan preventif dengan menggunakan kalium permanganat, methalyn blue, alkohol dan sebagainya. c. Memilih induk ikan Seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan produksi. Dengan melakukan seleksi induk yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga produktivitas usaha budidaya ikan optimal. Seleksi induk ikan budidaya dapat dilakukan secara mudah dengan memperhatikan karakter fenotipenya atau dengan melakukan program breeding untuk meningkatkan nilai pemuliabiakan ikan budidaya Induk ikan yang baik sebaiknya dipelihara dari masa benih, hal tersebut dapat dilihat dari gerakan yang incah, tumbuh bongsor, sehat dan mempunyai nafsu makan yang baik. Pemeliharaan benih calon induk sebaiknya dilakukan sejak pemanenan, benih umur 1 bulan. Dalam pemeliharaan calon induk ini harus diberi pakan yang cukup dan bergizi. Calon-calon induk yang dipelihara tersebut selanjutnya di seleksi kembali pada saat berukuran 100-200 gram. Calon induk jantan dan betina dipilih berdasarkan ciri-ciri morfologisnya yang baik, diantaranya adalah: 144 1) Calon induk harus mempunyai karakter morfologis dengan kriteria sebagai berikut: bentuk tubuh kekar, pangkal ekor kuat dan lebar, sisik besar dan teratur, warna cerah, kepala lancip dan lebih kecil dari lebar tubuh (1 : 1,5), daerah perut melebar dan datar, badan tebal dan berpunggung tinggi. 2) Calon induk harus berasal dari keturunan yang berbeda, baik jantan maupun ikan betina. 3) Calon induk harus mempunyai sifat cepat tumbuh, sehat, tahan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan serta responsive terhadap pakan. Calon-calon induk yang telah di seleksi dipelihara di kolam pemeliharaan induk sampai siap untuk dipijahkan. Agar diperoleh induk yang berkualitas dan dapat menghasilkan telur dalam jumlah yang maksimal, yang harus diperhatikan adalah: 1) Pemberian pakan yang teratur, pakan yang diberikan harus mempunyai kadar protein 30-35%, jumlah pakan yang diberikan per hari berkisar antara 2-3% dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2-3 kali. 2) Kondisi kolam pemeliharaan harus optimal, yaitu kandungan oksigen terlarut minimal 5 ppm, suhu air berkisar 25-300C dan air tidak tercemar. 3) Padat penebaran calon induk berkisar antara 0,1 kg/m2 – 0,25 kg/m2. Calon-calon induk tersebut dipelihara sampai mencapai ukuran tertentu untuk dipijahkan. Induk ikan jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan ikan betina. Umur ikan jantan 10-12 bulan dengan bobot 0,6-0,75 kg sudah sampai matang kelamin, sedangkan induk betina yang ideal mencapai matang gonad pada umur 1,5-2 tahun dengan berat 2-3 kg. Induk ikan yang akan dipijahkan harus benar-benar dapat dibedakan antara jantan dan betina. Adapun ciri-ciri induk jantan dan betina ikan dapat dilihat pada Tabel 1. 145 Tabel 1. Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Ikan No Jantan Betina 1. Sirip dada relatif panjang, jari-jari luar tebal Sirip dada relatif pendek, lunak, lemah, jari-jari luar tipis 2. Lapisan sirip dada kasar Lapisan dalam sirip dada licin 3. Kepala tidak melebar Kepala relatif kecil, bentuk agak meruncing 4. Tubuh lebih tipis/langsing, ramping dibandingkan betina pada umur yang sama Tubuh lebih tebal/gemuk dibandingkan jantan pada umur yang sama 5. Gerakannya gesit Gerakannya lamban dan jinak 6. Sehat dan tidak cacat Sehat dan tidak cacat 7. Sisik teratur dan warna cerah Sisik teratur dan warna cerah Induk ikan Mas jantan dan betina harus dipelihara dalam kolam yang terpisah agar ikan cepat matang kelamin dan tidak terjadi perkawinan liar. Induk yang dipelihara dengan baik akan dapat mencapai matang gonad. Gambar 35. Induk jantan dan betina Ikan Gurame dan ikan Nila 146 d. Pemeliharaan Induk Ikan Kualitas benih yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas induk yang dipelihara. Oleh sebab itu induk yang dipelihara berasal dari induk yang memiliki keunggulan. Saat ini induk ikan yang ada dimasyarakat sudah kurang baik karena hasil inbreeding. Induk hasil inbreeding akan menghasilkan benih yang kurang baik seperti pertumbuhan yang lambat, rentan terhadap penyakit, dan sebagainya. Induk yang dipelihara harus diketahui asal usulnya dan berasal dari induk yang berbeda agar tidak terjadi inbreeding. Jika harus dilakukan penyediaan induk ikan, sebaiknya induk jantan dan induk betina berasal dari daerah yang berbeda. Sehingga induk induk tersebut memiliki peluang berasal dari induk yang sama sangat kecil. Pada beberapa jenis ikan, pemeliharaan induk jantan dan betina dapat dilakukan pada kolam yang sama seperti ikan patin, lele, bawal dan sebagainya. Sedangkan beberapa jenis ikan, pemeliharaan ikan induk jantan dan betina dilakukan pada kolam yang berbeda untuk menghindari memijah “maling”. Pemeliharaan induk ikan dilakukan dengan padat penebaran 4 kg/m2. Induk ikan yang dipelihara diberi pakan pelet sebanyak 3-5% bobot tubuh per hari. Pemberian pakan induk dilakukan 2- 3 kali sehari. Beberapa jenis ikan, pemeliharaan induk jantan dan betina dilakukan terpisah. Pemeliharaan induk ikan mas dilakukan terpisah agar tidak terjadi pemijahan maling. Sedangkan induk lele, patin dan bawal pemeliharaan induk dapat dilakukan satu kolam. Pemeliharaan induk secara terpisah dimaksudkan untuk mempercepat pematangan gonad dan memudahkan pengelolaan induk. Next >