< Previous138 biasanya cenderung lebih tinggi dari ujung batang/tajuk yang sebenarnya (T). Ini berarti kesalahan ukur yang terjadi adalah bersifat positif, yaitu sebesar T1P – TP (Gambar 66). Gambar 66. Ilustrasi kesalahan positif akibat pohon bertajuk lebar Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Perhitungannya adalah : Et = T1P – TP Et = T1B – TB Et = + T1T Et = d x (tg δ - tg α) Karena dari manapun memandang/membidik akan menyebabkan kesalahan positif, maka dapat dinyatakan bahwa kesalahan pengukuran tinggi pada pohon bertajuk lebar selalu bersifat positif. Upaya mengatasi kesalahan pembidikan bagian atas batang diilustrasikan seperti sajian Gambar 67. 139 Gambar 67. Ilustrasi upaya memperkecil kesalahan ukur tinggi bertajuk lebar Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Dari ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa semakin jauh jarak bidik (di) antara si pengukur (Mi) dari pohon, maka sudut yang dibentuk (δi) semakin kecil. Ini berarti besar kesalahan semakin kecil yaitu E3 < E2 < E1 = TT3 < TT2 < TT1. 3) Daerah bersemak atau berbatu Terkadang bagian pangkal batang yang dibidik tidak selalu tampak dengan jelas atau tidak kelihatan. Ini biasanya akibat terhalang oleh semak, batu atau lainnya (Gambar 68). 140 Gambar 68. Ilustrasi kesalahan ukur tinggi pada daerah bersemak atau berbatu Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Perhitungannya adalah : Et = P1B – PB Et = - P1P Et = d x (tg δ - tg β) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesalahan ukur tinggi pada daerah bersemak atau berbatu, adalah : pembidikan beralih ke sisi lain hingga bagian pangkal dapat terlihat. jika kondisinya tidak memungkinkan, perkirakan dulu tinggi semak, batu atau penghalang lainnya (misal setinggi y meter) yang dijadikan dasar bagian pangkal batang. Setelah ukuran tinggi diperoleh tambahkan dengan y meter untuk memperoleh tinggi pohon sebenarnya. 141 j. Lekukan batang Alat pengukur lekukan batang berupa mistar yang mempunyai rusuk-rusuk yang letaknya tegak lurus mistar. Alat ini dinamakan Gleuvenmeter (Gambar 69). Mistar M dengan jarak antara rusuk 2 cm. Tiap rusuk mempunyai skala dengan selang antara garis pembagian sebesar cm. Gambar 69. Gleuvenmeter Sumber : Asy’ari dkk. (2012) 142 Luas trapesium = i Luas lekukan = jumlah luas trapesium = (p1 + p2 + p3 + p4 + ..... + pn ) x 2 cm2. Misal panjang dari bagian-bagian tiap rusuk dari kiri ke kanan adalah p1, p2, p3, ……, pn kali satuan pembagian skala (= cm), sehingga luas penampang lintang lekukan adalah : = (p1 + p2 + p3 + p4 + ……… + pn ) x x 2 cm2. = (p1 + p2 + p3 + p4 + ……… + pn ) cm2. Berarti luas trapesium merupakan jumlah skala yang ditunjukkan oleh rusuk-rusuk tersebut. Pengamatan lekukan batang lebih cenderung pada penelitian dasar. k. Ketebalan kulit batang Pengukuran diameter atau keliling pada materi yang telah dibahas sebelumnya, dilakukan dengan mengikutsertakan ketebalan kulit. Hal tersebut terjadi karena pengukuran diameter atau keliling pohon berdiri dilakukan dengan tidak menguliti batang pohon terlebih dahulu. Sehingga, bagaimanakah cara agar pengukuran diameter atau keliling batang pohon berdiri menghasilkan data yang akurat (diameter atau keliling tanpa kulit batang)? Mari simak penjelasan berikut! Sebelum menentukan tebal kulit suatu batang pohon berdiri, lebih dahulu ditentukan pada titik mana dilakukan pengukuran tebal kulit. Letak 143 pengukuran tebal kulit dari permukaan tanah belum ada ketentuan khusus. Demikian pula untuk jumlah titik tempat pengukuran tebal kulit. Ketentuan yang ada selama ini dengan pemikiran bila lingkar batang tidak merupakan lingkaran sempurna misal agak lonjong (elips) maka pengukurannya dilakukan di empat titik. Dua titik pada diameter terpendek dan dua titik pada tegak-lurus terpendek atau pada diameter terpanjang. Sebagai ilustrasi seperti disajikan pada gambar 70. Gambar 70. Ilustrasi titik pengukuran tebal kulit Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Keterangan : 1) Titik 1, 2 , 3 dan 4 adalah titik pengukuran tebal kulit. 2) t2 & t4 adalah ketebalan kulit pada diameter terpendek. 3) t1 & t3 adalah ketebalan kulit pada diameter terpanjang. 4) d1 & d2 adalah diameter tanpa kulit. 5) D1 & D2 adalah diameter dengan kulit. 144 Berdasarkan tebal kulit (t1 , t2 , t3 , t4) diperoleh diameter batang tanpa kulit (d), yaitu : D1 = d1 + t1 + t2 sehingga, d1 = D1 – (t1 + t2) ……… (1) D2 = d2 + t3 + t4 sehingga, d2 = D2 – (t3 + t4) ……… (2) maka, d1 + d2 = {D1 – (t1 + t2)} + {D2 – (t3 + t4)} d = {(D1 + D2) – (t1 + t2 + t3 + t4)} atau, D = (D1 + D2) karena, D = maka, d = x {2( ) – (t1 + t2 + t3 + t4)} Ketebalan kulit dapat dilakukan secara langsung dan tak langsung. Peralatan yang dapat digunakan secara langsung adalah alat berbentuk paruh dan alat ukur berbentuk pahat (Gambar 71). 145 Gambar 71. Peralatan ukur tebal kulit Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Untuk pemantapan pemahaman pengukuran diameter batang pohon tanpa kulit, mari simak contoh soal di bawah ini! Latihan 1. Pengukuran diameter atau keliling batang pohon dan tebal kulit, menghasilkan data di bawah ini. a) Hasil pengukuran diameter batang pohon D1 = 33,7 cm dengan tebal kulit t2 = 5 mm dan t4 = 7 mm; dan D2 = 35,4 cm dengan tebal kulit t1 = 6 mm dan t3 = 5 mm. Tentukan diameter batang pohon tanpa kulit! 146 Jawab! d= {(D1 + D2) – (t1 + t2 + t3 + t4)} d= x {(33,7 + 35,4) - (0,6 + 0,5 + 0,5 + 0,7)} d= 33,4 cm b) Hasil pengukuran keliling batang pohon K = 108,6 cm dengan ketebalan kulit di keempat titik pengukuran t1 = 6 mm, t2 = 5 mm, t3 = 5 mm dan t4 = 7 mm. Tentukan diameter batang pohon tanpa kulit! Jawab! d= x {2( ) – (t1 + t2 + t3 + t4)} d= x { 2( ) – (0,6 + 0,5 + 0,5 + 0,7)} d = x { 2( ) – (0,6 + 0,5 + 0,5 + 0,7)} d= x { 2( ) – (0,6 + 0,5 + 0,5 + 0,7)} d= 33,4 cm. Catatan! Volume kulit pada kayu bulat, apalagi pada pohon berdiri dapat dikatakan hampir tidak pernah dilakukan. Dalam skala kecil dilakukan pada kulit kayu manis. Itupun dalam satuan ukuran berat. Jika ingin menentukan volume kulit, maka perhitungannya didasarkan pada volume selimut. Rumus dasarnya adalah volume batang (dengan kulit) dikurangi volume kayu. Disini diperlukan data ukuran panjang (p). 147 Sebagai contoh, batang sepanjang P meter dengan masing--masing ukuran bontos : (1) Batang dengan kulit (D1, D2, D3 dan D4 diukur dalam satuan cm) (a) bontos pangkal D1 = d1 + t11 + t12 dan D2 = d2 + t21 + t22. (b) bontos ujung D3 = d3 + t31 + t32 dan D4 = d4 + t41 + t42. (c) volume dengan kulit (VK) = ( ) x (D1 + D2 + D3 + D4)2 x P m3. (2) Batang dengan tanpa kulit (d1, d2, d3 dan d4 diukur dalam satuan cm) (a) bontos pangkal d1 = D1 – (t11 + t12) dan d2 = D2 – (t21 + t22). (b) bontos ujung d3 = D3 – (t31 + t32) dan d4 = D4 – (t41 + t42). (c) volume dengan tanpa kulit (VTK) = ( ) x (d1 + d2 + d3 + d4)2 x P m3. (3) Volume kulit = VK - VTK = ( ) x P {(D1 + D2 + D3 + D4)2 - (d1 + d2 + d3 + d4)2} m3. Latihan 2. Batang pohon memiliki panjang 4 meter. Pengukuran diameter batang dengan kulit pada kedua bontos diperoleh : D1 = 35,8 cm, D2 = 37,0 cm, D3 = 35,2 cm, D4 = 36,5 cm. Next >