< Previous38 Pohon 9. Lbds = = = = 0,047 m2 Pohon 10. Lbds = = = = 0,056 m2 (ii) Rumus terapan Lbds berdasarkan keliling (K)! Lbds = Pohon 1. Lbds = Pohon 2. Lbds = Pohon 3. Lbds = Pohon 4. Lbds = Pohon 5. Lbds = Pohon 6. Lbds = 39 Pohon 7. Lbds = Pohon 8. Lbds = Pohon 9. Lbds = Pohon 10. Lbds = (iii) Rumus dasar luas lingkaran berdasarkan diameter (D). Karena yang diketahui dalam soal adalah keliling (K), maka : Diameter (D) harus dicari terlebih dahulu menggunakan rumus : D = Pohon 1. D = D = = 6,68 cm Pohon 2. D = D = = 8,91 cm Pohon 3. D = D = = 11,14 cm 40 Pohon 4. D = D = = 13,36 cm Pohon 5. D = D = = 15,59 cm Pohon 6. D = D = = 17,82 cm Pohon 7. D = D = = 20,05 cm Pohon 8. D = D = = 22,27 cm Pohon 9. D = D = = 24,50 cm Pohon 10. D = D = = 26,73 cm Selanjutnya, mencari Lbds menggunakan rumus diameter (D) : Lbds = 41 Pohon 1. Lbds = Pohon 2. Lbds = Pohon 3. Lbds = Pohon 4. Lbds = Pohon 5. Lbds = Pohon 6. Lbds = Pohon 7. Lbds = Pohon 8. Lbds = Pohon 9. Lbds = Pohon 10. Lbds = (iv) Rumus terapan Lbds berdasarkan diameter (D). Karena yang diketahui dalam soal adalah keliling (K), maka : Diameter (D) harus dicari terlebih dahulu menggunakan rumus : D = 42 Pohon 1. D = D = = 6,68 cm Pohon 2. D = D = = 8,91 cm Pohon 3. D = D = = 11,14 cm Pohon 4. D = D = = 13,36 cm Pohon 5. D = D = = 15,59 cm Pohon 6. D = D = = 17,82 cm Pohon 7. D = D = = 20,05 cm 43 Pohon 8. D = D = = 22,27 cm Pohon 9. D = D = = 24,50 cm Pohon 10. D = D = = 26,73 cm Selanjutnya, mencari Lbds menggunakan rumus diameter (D) : Lbds = Pohon 1. Lbds = Pohon 2. Lbds = Pohon 3. Lbds = Pohon 4. Lbds = Pohon 5. Lbds = Pohon 6. Lbds = Pohon 7. Lbds = 44 Pohon 8. Lbds = Pohon 9. Lbds = Pohon 10. Lbds = Berdasarkan keempat rumus Lbds, baik rumus dasar luas lingkaran dan terapan Lbds berdasarkan diameter (D) maupun keliling (K) diperoleh hasil Lbds yang sama dari 10 pohon Acacia mangium seperti yang tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Lbds 10 pohon Acacia mangium hasil berdasarkan rumus dasar dan terapan No. Pohon K (cm) D (cm) Lbds dasar (m2) Lbds terapan (m2) No. Pohon K (cm) D (cm) Lbds dasar (m2) Lbds terapan (m2) 1 21 6,68 0,004 0,004 6 56 17,82 0,025 0,025 2 28 8,91 0,006 0,006 7 63 20,25 0,032 0,032 3 35 11,14 0,010 0,010 8 70 22,27 0,039 0,039 4 42 13,36 0,014 0,014 9 77 24,50 0,047 0,047 5 49 15,59 0,019 0,019 10 84 26,73 0,056 0,056 (3) Cara Pengukuran Pengukuran diameter pohon di Indonesia menggunakan sistem metrik dimana pengukurannya dilakukan pada batang pohon dengan ketinggian 1,30 m di atas permukaan tanah (dat). Batasan ketinggian 1,30 m dat untuk pengukuran diameter ini dapat diterima di Indonesia 45 mengingat angka 1,30 m dat bagi sebagian besar orang Indonesia memberikan kenyamanan dalam melakukan pengukuran diameter, yaitu pengukuran dapat dilakukan dengan tidak membungkuk ataupun berjingkat. Tetapi, kondisi pohon dan tanah hutan akan sangat mempengaruhi pengukuran diameter pohon berdiri di dalam hutan. Mengapa? Kondisi tegakan hutan yang tidak seragam memberikan dampak terhadap cara pengukuran pohon hutan. Perbedaan cara pengukuran tersebut bergantung dari karakteristik pohon maupun kondisi tanah hutannya. Di bawah ini terdapat beberapa karakteristik pohon dan kondisi tanah hutan yang memberikan dampak perbedaan dalam melakukan pengukuran pohon hutan, yaitu : (a) Batang pohon tumbuh tidak lurus melainkan miring (Gambar 3). (b) Adanya akar banir pada pohon (Gambar 4). (c) Batang pohon pada ketinggian 1,3 m dat cacad (Gambar 5). (d) Batang pohon membentuk cagak atau garpu (Gambar 6). (e) Pohon yang tumbuh di hutan rawa atau payau (Gambar 7). (f) Tanah tempat tumbuh pohon miring (Gambar 8). Gambar 3. Pohon miring ke kanan (a), dan pohon miring ke kiri (b) (a) (b) 46 Gambar 4. Pohon memiliki akar banir Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Gambar 5. Batang pohon cacad Sumber : Asy’ari dkk. (2012) 47 Gambar 6. Batang pohon menggarpu Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Gambar 7. Pohon di hutan rawa/payau Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Next >