< Previous58 Gambar 17. Lpd pohon dengan Bbc lebih kurang setinggi 1,10 m Sumber : Asy’ari dkk. (2012) (f) Batang bercagak atau menggarpu Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon yang memiliki bentuk bercagak atau menggarpu adalah didasarkan ketinggian lekukan cagak atau garpu. Ketinggian lekukan cagak atau garpu lebih dari 1,30 m Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon yang ketinggian lekukan cagak atau garpu lebih dari 1,30 m adalah setinggi 1,30 m di atas permukaan tanah. Pengukuran diameter atau keliling batang pohon ini seperti yang terlihat dalam Gambar 18. 59 Gambar 18. Lpd pohon lekukan cagak lebih dari 1,30 m Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Ketinggian lekukan cagak atau garpu kurang dari 1,30 m Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon yang ketinggian lekukan cagak atau garpu kurang dari 1,30 m adalah setinggi 1,30 m di atas permukaan tanah dari kedua cagak atau garpu pohon tersebut. Pengukuran diameter atau keliling batang pohon ini seperti yang terlihat dalam Gambar 19. Dengan demikian, hasil pengukuran diameter atau keliling batang pohon adalah . 60 Gambar 19. Lpd pohon lekukan cagak kurang dari 1,30 m Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Ketinggian lekukan cagak atau garpu tepat setinggi 1,10 m dan 1,30 m Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon yang ketinggian lekukan cagak atau garpu tepat setinggi 1,10 m (C1) dan 1,30 m (C2) adalah setinggi 1,10 m + 0,20 m (C1) dan 1,30 m + 0,20 m (C2) di atas permukaan tanah dari kedua cagak atau garpu pohon tersebut. Jadi, Lpd masing-masing cagak adalah 1,30 m dan 1,50 m Pengukuran diameter atau keliling batang pohon ini seperti yang terlihat dalam Gambar 20. Dengan demikian, hasil pengukuran diameter atau keliling batang pohon adalah . 61 Gambar 20. Lpd pohon lekukan cagak tepat setinggi 1,10 m dan 1,30 m Sumber : Asy’ari dkk. (2012) (g) Pohon lahan basah (rawa/payau) Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon yang tumbuh di lahan basah (rawa/payau) adalah didasarkan jenis pohonnya. Beberapa contoh dapat dilihat di bawah ini. Jenis Bruguiera spp. Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon jenis Bruguiera spp. adalah setinggi 1,30 m di atas akar. Pengukuran diameter atau keliling batang pohon ini seperti yang terlihat dalam Gambar 21. 62 Gambar 21. Lpd pohon jenis Bruguiera spp. Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Jenis Ceriops spp. Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon jenis Ceriops spp. adalah setinggi 1,30 m di atas bagian akar yang berbatasan dengan air. Namun demikian, hal yang harus diperhatikan adalah jenis Ceriops spp. memiliki perakaran banir sehingga perlu ditinjau terlebih dahulu berapa ketinggian banir tersebut. Apabila ketinggian banir tersebut kurang dari 1,30 m, maka Lpd dilakukan setinggi 1,30 m dari batas bagian akar yang kena air. Pengukuran diameter atau keliling batang pohon ini seperti yang terlihat dalam Gambar 22. 63 Gambar 22. Lpd pohon jenis Ceriops spp. Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Jenis Rhizopora spp. Letak pengukuran diameter atau keliling (Lpd) batang pada pohon jenis Rhizopora spp. adalah setinggi 0,20 m dari ujung bagian akar teratas. Pengukuran diameter atau keliling batang pohon ini seperti yang terlihat dalam Gambar 23. 64 Gambar 23. Lpd pohon jenis Rhizopora spp. Sumber : Asy’ari dkk. (2012) (4) Kecermatan pengukuran Saat pengukuran diameter atau keliling tidak jarang terjadi kesalahan. Kesalahan yang sering terjadi adalah pada letak pengukurannya, antara lain : (a) Meletakkan alat atau saat membidik (alat optik). (b) Pembacaan skala (satuan ukuran). Penggunaan alat dengan cara yang benar dengan keterampilan yang memadai secara otomatis merupakan suatu koreksi. Demikian pula saat pembacaan skala hendaknya dilakukan dengan seksama. Saat terjadi kesalahan meletakkan alat, mungkin saja dapat diperbaiki, tetapi kekeliruan saat membaca skala tidak dapat diperbaiki (dikoreksi). Oleh sebab itu, kecermatan saat mengukur diameter atau keliling sangat diutamakan. 65 Ketelitian mengukur diameter atau keliling (pohon berdiri atau rebah) tergantung dari beberapa faktor, antara lain : (a) Alat ukur. (b) Cara mengukur meletakkan alat ukur, keterampilan, ketelitian yang diinginkan. (c) Waktu. (d) Biaya. Namun, permasalahan yang sering terjadi saat pengukuran dimensi pohon (diameter atau keliling, tinggi atau panjang) adalah pada kekurangcermatan saat melakukan pengukuran. Ketidakcermatan tersebut sangat berpengaruh terhadap luas bidang dasar (Lbds) dan juga volume pohon. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan tingkat ketelitian pengukuran diameter, maka : (a) Pengukurannya dilakukan minimal dua kali (kecuali pita ukur) mengingat lingkaran batang pohon tidak merupakan lingkaran penuh. (b) Pembacaan skala saat pengukuran harus dengan cermat. Pengukuran batang pohon (berdiri atau rebah) yang berdiameter kecil memerlukan kecermatan yang lebih tinggi dibanding diameter yang lebih besar. Contoh! Pada pembacaan skala diameter pohon berdiri diperoleh perbedaan 1 cm, yaitu untuk diameter kecil sebesar 24 cm dan 25 cm, serta untuk diameter besar sebesar 54 cm dan 55 cm. 66 Perhatikan dengan seksama perhitungan berikut ini! Untuk pohon dengan diameter kecil Dari perhitungan kedua Lbds tersebut, dapat diperoleh selisih pengukuran sebesar 1 cm dari Lbds1 dan Lbds2 adalah sebesar 0,004 m2 = 40 cm2. Dalam notasi persen, dapat dituliskan ( ) . Untuk pohon dengan diameter besar Dari perhitungan kedua Lbds tersebut, dapat diperoleh selisih pengukuran sebesar 1 cm dari Lbds1 dan Lbds2 adalah sebesar 0,009 m2 = 90 cm2. Dalam notasi persen, dapat dituliskan ( ) . Berdasarkan hasil kedua perhitungan di atas (pohon dengan diameter kecil dan pohon dengan diameter besar), maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada pengukuran batang pohon yang memiliki selisih 1 cm akan memberikan dampak persentase perbedaan Lbds 67 untuk batang pohon yang berdiameter kecil lebih besar dibandingkan dengan batang pohon yang berdiameter besar (lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 7). Oleh sebab itu pengukuran pada batang berdiameter kecil memerlukan kecermatan yang lebih tinggi atau dengan kata lain pengukuran batang berdiameter kecil hendaknya dilakukan dengan hati-hati. Tabel 7. Hasil perhitungan dan persentase selisih pengukuran 1 cm No. Pohon dengan Diameter Selisih Pengukuran (cm) Persentase (%) 1. Kecil 40 8,5 2. Besar 90 3,7 (c) Pembulatan hasil ukur diameter batang pohon (desimal) harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai contoh, diameter 29,3 cm dibulatkan menjadi 29 cm dan 27,6 cm dibulatkan menjadi 28 cm. Dari contoh tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai desimal < 0,5 dibulatkan ke bawah dan nilai desimal > 0,5 dibulatkan ke atas. Tetapi, akan menjadi sebuah perdebatan apabila hasil pengukuran diameter batang pohon sebesar 45,5 cm. Akan dibulatkan menjadi 45 cm atau dibulatkan menjadi 46 cm? Pada kasus seperti ini, pembulatan hasil ukuran perlu memperhatikan nilai angka desimal berikutnya seperti 45,53 cm dapat dibulatkan menjadi 45 cm atau 45,57 dapat dibulatkan menjadi 46 cm. Namun, untuk mendapatkan hasil yang lebih cermat dapat dilakukan ukur ulang. Keputusan yang diambil sangat tergantung dari kesepakatan yang biasanya berkaitan dengan suatu kebijakan. Next >