< Previous 99 Gambar 32. Ilustrasi faktor bentuk setinggi dada Sumber : Asy’ari dkk. (2012) 3. Kusen Bentuk (1) Pengertian kusen bentuk Kusen bentuk merupakan perbandingan antara dua diameter batang yang diukur pada ketinggian yang berbeda dari bidang datar. Dari batasan ini secara umum rumusan kusen bentuk dinotasikan sebagai : Dsdsb Letak diameter yang diukur pada ketinggian tertentu yang biasa digunakan adalah pada pertengahan tinggi batang atau 0,5.T. Sehingga rumusan di atas dapat pula dinotasikan sebagai : Dsdsb 100 Contoh! Pohon yang akan diukur setinggi 18 meter dan pengukuran diameter dilakukan setinggi dada adalah 1,30 meter. Maka nilai 0,5T nya adalah = 9 meter. Dsdsb Hasil pengukuran diameter setinggi 9 meter diperoleh 28 cm dan dan setinggi 1,30 meter diperoleh 37 cm, maka nilai kusennya adalah ……………. Dsdsb Dsdsb Dsdsb (2) Perkembangan kusen bentuk Dalam perkembangannya beberapa kusen bentuk yang dikenal yaitu kusen bentuk absolut, kusen bentuk asli, kusen bentuk GIRARD dan kelas bentuk. a. Kusen bentuk absolut Pengertian kusen bentuk ini dengan batasan bahwa diameter tinggi tertentu dibandingkan dengan diameter setinggi dada. Batasan ini dapat dirumuskan sebagai : Dsdsb 101 untuk TT (tinggi tertentu diperoleh dari) Dsdsb ( ) ( ) Contoh. Pohon yang akan diukur setinggi 20 meter dan pengukuran diameter dilakukan setinggi dada adalah 1,30 meter. Maka nilai TTnya adalah ( ) sehingga, Selanjutnya, hasil pengukuran setinggi 10,65 meter diperoleh diameter 25 cm dan setinggi 1,30 meter diperoleh diameter 38 cm, maka nilai kusennya adalah ……………. Dsdsb Dsdsb Dsdsb b. Kusen bentuk asli Kusen bentuk asli ini digunakan pada penyusunan tabel tegakan hutan Jati di Indonesia. Caranya dengan membagi batang menjadi 5 bagian sama panjang sehingga diperoleh ketinggian 0,1; 0,3; 0,5; 0,7; 0,9 terhadap tinggi total. Selanjutnya, bagaimana cara menghitung diameternya? Perhitungan diameter dilakukan dengan mengukur diameter termasuk kulit. 102 c. Kusen bentuk GIRARD Umumnya digunakan di Amerika Serikat. Namun, di Swedia juga digunakan pada hutan pinus dengan diameter setinggi 2,30 m dibandingkan dengan Dsd (1,30 m). Sedangkan di Thailand digunakan pada hutan alam Jati dengan diameter setinggi 5,50 m dibandingkan dengan Dsd. Rumusannya adalah : Dsdsb ( ) ( ) Catatan. 17 ft 3 inc = ± 5,258 m d. Kelas bentuk Kelas bentuk ini dikenal juga sebagai Kusen Diameter. Rumusannya adalah : Dsdsb dengan, T ’ = Tt – Tsd (tinggi total – ketinggian setinggi dada) % = ketinggian letak diameter dari Tsd 103 Gambar 33. Ilustrasi kusen diameter Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Untuk pemantapan materi kelas bentuk yang telah dipelajari, mari simak contoh soal di bawah ini! Hasil pengukuran setinggi T diperoleh 23,30 m, berarti : T’ = (23,30 – 1,30) = 22 meter. Untuk 10%T’nya adalah (10% x 22 meter) = 2,2 meter. Pengukuran awal diameter dilakukan mulai setinggi dada (1,30 meter) maka pengukuran diameter berikutnya setiap kenaikan 2,2 meter yaitu : a) Ketinggian 1,3 m. b) Ketinggian 3,5 m. c) Ketinggian 5,7 m. d) dan seterusnya hingga ketinggian 23,30 m. 104 g. Identifikasi Cacad Kayu Di dalam pengukuran pohon rebah haruslah memperhatikan kondisi kayu. Mengapa? Kayu yang akan dipanen dari pohon tidaklah berada dalam kondisi 100% baik, ada saja kondisi kayu yang cacad. Oleh sebab itu, Anda perlu mengetahui tentang kecacadan kayu. Wibowo (2007) mengungkapkan bahwa cacad kayu adalah suatu kelainan yang terjadi atau terdapat pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu kayu tersebut. 1. Cacad Alami Cacad alami yang terjadi atau terdapat pada kayu yang disebabkan oleh faktor-faktor alam. Adapun yang termasuk ke dalam cacad alami antara lain gubal busuk, busuk hati, gerowong, hati rapuh, hati bolong, cacad kelurusan, kesilindrisan, lubang gerek, dan mata kayu. 1) Gubal Busuk Gubal busuk adalah kayu gubal yang sudah mengalami perubahan warna dari warna asalnya, sebagai suatu permulaan dari proses pembusukan yang disebabkan oleh jamur. Perhitungan untuk kayu yang mempunyai cacad gubal busuk didasarkan pada isi kayu bulat (tanpa gubal busuk) dimana diameter kayu bulat setelah dikurangi dengan dua kali tebal gubal atau tebal gubal yang terbesar (Gambar 34). Isi bersih dari kayu bulat tanpa gubal busuk dapat dicari dengan menggunakan tabel isi kayu bulat rimba. 105 Gambar 34. Bentuk cacad gubal busuk Sumber : Dirjen Pengusahaan Hutan (1993 dalam Wibowo, 2007) 2) Busuk Hati/Gerowong/Hati Rapuh Busuk hati adalah hati yang menderita pembusukan. Gerowong adalah lubang besar pada bontos kayu bulat dengan arah sejajar poros, dengan atau tanpa tanda-tanda pembusukan. Hati rapuh adalah hati dengan kayu disekitarnya yang memperlihatkan kerapuhan yang abnormal. Hati bolong adalah hati tanpa isi gabu, kapur sehingga merupakan lubang kosong menembus poros seluruhnya atau sebagian. Cacad kayu berupa busuk hati/gerowong/hati rapuh dihitung berdasarkan pada isi kayu bulat yang sisinya sama, yaitu dengan menggunakan cacad yang terbesar, sedangkan untuk panjang cacad sama dengan panjang dari kayu bulat tersebut. Jadi, volume kayu bersih didapat dari selisih antara volume kayu bulat tanpa cacad dengan volume kayu bulat yang mengandung cacad. 106 Gambar 35. Bentuk cacad busuk hati/gerowong Sumber : Dirjen Pengusahaan Hutan (1993 dalam Wibowo, 2007) 3) Cacad Kelurusan Penilaian cacad kelurusan dinyatakan dalam persen (%), besar kedalaman lengkung dibatasi dalam cm serta dihitung jumlahnya. Cara menghitung % kelurusan disajikan dalam Gambar 36. Gambar 36. Cara menilai kelurusan kayu Sumber : SNI 01-5007.3-2000 (2000 dalam Wibowo, 2007) dengan, Y adalah kedalaman lengkung. P adalah panjang kayu. 107 4) Cacad Kesilindrisan Kayu bulat dinyatakan silindris (Si) apabila persen kesilindrisan ≤ 1% hampir silindris (His) 1% - 2%, dan tidak silindris (Tsi) > 2%. Cara menghitung % kesilindrisan disajikan dalam Gambar 37. Gambar 37. Cara menghitung persen kesilindrisan kayu Sumber : SNI 01-5007.3-2000 (2000 dalam Wibowo, 2007) 5) Cacad Lubang Gerek Lubang gerek adalah lubang-lubang pada badan kayu bulat yang disebabkan oleh serangga penggerek atau larvanya. Lubang gerek dibedakan menjadi lubang gerek kecil, sedang dan besar. Lubang gerek kecil (Lgk) berdiameter kurang dari 1,5 mm, lubang gerek sedang (Lgs) berdiameter antara 1,5-3,0 mm dan lubang gerek besar berdiameter lebih dari 3,0 mm. Lubang gerek kecil dan atau lubang gerek sedang dianggap tersebar merata, bilamana untuk setiap luas permukaan 150 m2 terdapat lebih kecil atau sama dengan 30 buah. Pengukuran dilakukan pada tempat yang mengandung banyak cacad tersebut. 6) Mata Kayu Mata kayu adalah bagian dari lembaga (cabang) atau ranting yang tumbuh dalam kayu dan penampang lintangnya dapat berbentuk 108 bulat atau lonjong. Mata kayu sehat (Mks) adalah mata kayu yang bebas dari pembusukan, berpenampang keras, tertanam teguh pada kayu dan berwarna sama atau hampir sama dengan kayu disekitarnya. Mata kayu busuk (Mkb) adalah mata kayu yang menunjukkan tanda-tanda pembusukan dan bagian-bagian kayunya lebih lunak atau lapuk dibandingkan dengan kayu di sekitarnya. Pada setiap sortimen kayu bulat yang dihasilkan diadakan pemeriksaan dan pengukuran cacad. Lokasi mata kayu ditentukan dengan mengukur jarak mata kayu dari bontos ujung. Mata kayu sehat maupun mata kayu busuk dihitung jumlah dan jarak terdekat antara dua buah mata kayu untuk setiap sortimennya. Diameter mata kayu adalah rata-rata panjang dan lebar mata kayu terbesar, diukur pada batas gubal. 2. Cacad Teknis Cacad teknis adalah cacad yang terjadi atau terdapat pada kayu yang disebabkan oleh faktor teknis atau proses pengolahan. Yang termasuk ke dalam cacad teknis antara lain : 1) Pecah Pecah merupakan kelanjutan dari retak dengan ukuran yang lebih besar, celah-celah terbuka dengan ukuran maksimum 6 mm, sedangkan belah merupakan kelanjutan dari pecah dan merupakan celah terbuka. Panjang pecah dan atau belah diukur mulai dari ujung sortimen (bontos, dipotong siku) sampai ujung yang kelihatan seolah-olah terputus maka panjang pecah diukur keseluruhannya. Next >